NovelToon NovelToon
Rengganis Larang

Rengganis Larang

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Action / Misteri / Hantu / Roh Supernatural / Fantasi Wanita
Popularitas:865
Nilai: 5
Nama Author: Saepudin Nurahim

Warisan darah. Kutukan leluhur. Perburuan yang tak pernah usai.

Di tengah kabut kelam tanah Pasundan, garis batas antara dunia manusia dan dunia gaib mulai menipis. Makhluk-makhluk yang seharusnya tersegel mulai bermunculan kembali, membawa kutukan, kematian, dan kegilaan. Hanya satu nama yang masih ditakuti oleh mereka yang hidup dalam kegelapan: Rengganis Larang.

Sasmita Wibisana, keturunan terakhir dari pemburu siluman, kini memikul beban warisan berdarah keluarganya. Dengan keris pusaka yang haus jiwa dan senjata api yang diberkahi mantra, ia menyusuri lorong-lorong gelap Nusantara untuk memburu entitas yang tak bisa dilawan manusia biasa. Tapi setiap makhluk yang ia bunuh, semakin dekat pula ia pada satu kebenaran yang telah dikubur berabad-abad: sebuah pengkhianatan di dalam garis darahnya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saepudin Nurahim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Segel Darah

Manglayang Merah meraung.

Suara itu bukan sekadar suara. Itu teriakan dimensi.

Teriakan yang membuat akar pepohonan mencair seperti lilin.

Langit berubah hitam—bukan malam, tapi kegelapan purba yang keluar dari perut bumi.

Tubuh siluman itu terbakar dari dalam, diserang oleh energi Kujang Kembar dan suara Elang Sembara.

Namun ia belum mati.

Tidak.

Ia tidak bisa mati, bukan tanpa ritual pemisah jiwa.

Tanpa segel darah.

Tanpa penutup abadi.

Sasmita tahu itu. Dan waktunya hampir habis.

Sasmita jatuh.

Tubuhnya meluncur seperti boneka robek.

Namun sebelum menghantam tanah, Tri dan Ningsih menangkapnya.

“Guru!”

“Sasmita!!”

Tubuh Rengganis Larang gemetar. Mata kirinya buta sementara, darah merembes dari pelipis dan mulut.

Tapi ia tetap kuat. Ia tetap komandan perburuan.

“Kenan…!” teriaknya, suara serak, keras, penuh perintah.

“Kau yang harus menyegelnya! Sekarang!!”

---

Kenan berdiri terpaku.

Anak laki-laki 10 tahun itu melihat sosok Manglayang Merah yang setengah terbakar, tetapi masih berdiri.

Tanduknya menghitam.

Tangan raksasanya mencakar langit, mencoba menangkap dimensi.

Lidahnya mengeluarkan darah panas.

Dan ia menatap Kenan.

"Kau… anak Rafael…"

Suara itu menembus batin Kenan.

Menggali trauma yang ia sembunyikan di dalam diri.

Kenan takut.

Seluruh tubuhnya menggigil.

Sasmita berteriak lagi, memukul tanah dengan ujung Kujangnya.

“KENAN!!! INI GILIRANMU!!”

Maya dan Aditya menatap anak angkat mereka.

Aditya berlutut di sebelah Kenan, tangannya gemetar saat memegang bahu anak itu.

“Kamu bisa, Nak… Ini takdirmu…”

Suster Ira pun mendekat, menggenggam salibnya, bibirnya memucat.

“Tuhan sudah mempersiapkanmu sejak kecil, Kenan. Jangan takut. Ayahmu ada di sini.”

Kenan menatap api.

Menatap Manglayang Merah.

Menatap gurunya yang terbaring nyaris mati.

Lalu…

ia memejamkan mata.

“Kalau ini takdirku… maka aku akan menghadapinya.”

---

Langkah pertama.

Ia menggambar lingkaran darah di tanah, menggunakan belati kecil peninggalan Pastor Rafael yang diselipkan di pinggangnya.

Langkah kedua.

Ia duduk di tengahnya. Mengatupkan tangan.

Dan mulai berdoa.

Tapi ini bukan doa biasa.

"In nomine Patris, et Filii, et Spiritus Sancti..."

Tangannya mulai bergetar.

Tanah di bawah tubuhnya berpendar merah.

"Segel darah... kunci dunia…"

Mata Kenan terbuka.

Dua cahaya berbeda muncul di iris matanya: putih dan merah.

---

Lalu… udara menjadi hening.

Dan dari belakang Kenan…

muncul sosok samar.

Tinggi. Bersorban. Tubuh berjubah putih berlumur darah.

Di tangannya—salib patah dan tasbih kayu tua.

Pastor Rafael Latuheru.

Sasmita melihatnya. Nafasnya tercekat.

“Bapaknya…”

Kenan tak menoleh. Tapi ia merasakan hangatnya.

Tangannya kecil, tapi kini ada tangan besar memegang dari atas bahunya.

“Kau tak sendiri, Kenan.”

Suara itu dalam… menggelegar… tapi lembut.

Kenan mulai menangis. Tapi mulutnya tetap melantunkan mantra.

“Dengan darah bapak… dengan tubuhku sendiri…”

“Dengan iman, dan keberanian yang diwariskan…”

“Kunci ini akan menutup, dan hanya bisa dibuka oleh Tuhan…”

---

Manglayang Merah mulai meronta.

Ia menyadari apa yang sedang terjadi.

"TIDAK!!! TIDAK!!!"

Ia mencoba melompat ke arah Kenan, walau separuh tubuhnya telah hancur.

Namun tanah di bawah altar terbuka.

Cahaya merah keluar dari dalam.

Simbol-simbol kuno muncul dari tubuh Kenan.

Huruf Latin, Arab, dan aksara Sunda kuno berpijar dari tanah ke langit.

“TIDAAAAAAAAAAAKK—!!”

“ADIKU…”

“KITA SUDAH BERJALAN JAUH, MANUSIA… JANGAN KAU KURUNG AKU LAGI—!!”

Kenan membuka tangan.

Salib kecil di lehernya bersinar.

Dan dari mulutnya keluar teriakan—

"SEGELKAN!!!"

---

TANAH MELEDAK.

Sinar putih dan merah meledak dari tubuh Manglayang.

Tanduknya patah.

Matanya menguap.

Dagingnya menjadi arang.

Tubuhnya terseret ke dalam lubang darah di tanah, seperti dikurung dalam peti dimensi.

Jeritan terakhirnya menembus awan:

"AKU AKAN KEMBALI!! TAKDIR BELUM BERAKHIR!!"

BLAARRRR!!!

Lubang menutup.

Tanah pecah.

Cahaya menghilang.

Sunyi.

---

Kenan terjatuh.

Tubuh kecilnya lemas.

Tapi…

ia tersenyum.

“Aku berhasil, Pak…” bisiknya pelan, lalu pingsan di pelukan Maya.

---

Sasmita masih terbaring.

Namun air mata jatuh dari matanya.

“Anak kecil sialan… hebat juga lo…”

Lalu ia pun pingsan.

Langit kembali mendung.

Tapi bukan lagi karena siluman.

Melainkan karena harga dari kemenangan ini.

Bersambung....

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!