"Dendam bukan jalan keluar. Tapi bagiku, itu satu-satunya jalan pulang"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zhar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
"Kalau hanya penonton, jangan duduk di tempat ini... sana, pergi!" bentak seorang pelayan, disusul dengan cemoohan dari penonton lainnya. Dua pelayan segera menggiring Raka keluar. Raka tidak melawan, hanya menuruti dengan tenang.
Terlihat jelas ada raut kecewa di wajah Putri Racun Barat. Sementara itu, Racun Barat hanya tersenyum tipis. Sebagai tokoh tua dunia persilatan, ia cukup melihat sekilas untuk menilai kemampuan seseorang. Beberapa luka di tubuh pemuda itu, serta sebilah kayu yang terselip di pinggangnya jelas bukan benda sembarangan membuatnya yakin bahwa Raka bukan orang biasa.
Ada rasa kecewa yang tersirat dari hembusan napasnya.
"Baik, pencarian jodoh untuk putri bungsuku akan segera dimulai. Syaratnya cukup mudah: siapa yang lebih dulu tercebur ke danau, dialah yang kalah. Pemenangnya boleh memilih untuk melanjutkan ke lawan berikutnya atau beristirahat sejenak," jelas Racun Barat.
Seketika tubuhnya melenting ke udara, lalu mengirimkan pukulan jarak jauh ke arah gong besar di sisi barat panggung.
GONGGGGGGGGG!
Tepuk tangan riuh membahana dari para penonton saat kaki Racun Barat mendarat di atas pentas dan ia duduk tenang di samping putrinya.
Tak lama kemudian, seorang pendekar melayang ke udara dan mendarat di tengah arena, memegang sebilah golok besar.
"Aku, Golok Setan, ingin menunjukkan kelayakanku untuk mempersunting Putri Racun Barat dengan menantang para pendekar sekalian!" serunya lantang sambil mengangkat golok besarnya ke udara, diiringi tepuk tangan riuh para penonton.
Tak lama kemudian, melenting lah sesosok tubuh dan mendarat di samping Golok Setan.
"Aku, Tapak Besi, ingin menjajal kehebatanmu!" ujar pendekar yang baru datang, menatap tajam ke arah Golok Setan.
Dengan anggukan dari Putri Racun Barat, sayembara itu pun dimulai. Kedua pendekar segera mempertontonkan kemampuan masing-masing. Sekilas tampak jelas bahwa Golok Setan berada sedikit di atas Tapak Besi; goloknya menderu ganas, membabat setiap inci tubuh lawan. Pertempuran pun menjadi adu antara pendekar bersenjata golok dan pendekar bertangan kosong.
Namun sungguh di luar dugaan tak salah jika dia dijuluki Tapak Besi golok besar milik Golok Setan mampu ditangkis dengan tangan kosong. Pemandangan itu membuat semua penonton terpana. Mereka bertarung seimbang, saling memberi dan menerima serangan dengan cekatan.
Pertarungan berlangsung sengit. Hingga tujuh puluh jurus berlalu, belum juga terlihat siapa yang pantas keluar sebagai pemenang.
"Tapak Besi Membara!" teriak pendekar Tapak Besi. Seketika, kedua tangannya yang keras bagai besi memancarkan aura panas yang menyala…
Seketika suasana menjadi tegang. Serangan mendadak itu membuat semua orang terkejut. Namun, Golok Setan tetap memburu lawannya dengan golok besarnya.
TRANGGG!
Golok besar itu beradu dengan Tapak Membara milik Pendekar Tapak Besi. Benturan keras itu membuat Pendekar Golok Setan terkejut. Ia segera mundur dengan cepat, berusaha mengendalikan goloknya yang bergetar hebat bahkan hampir terlepas dari genggamannya.
Saat ia masih berusaha menenangkan senjatanya, tanpa disadari, Pendekar Tapak Besi sudah melancarkan serangan mendadak.
BUGGG!
Tak ayal, serangan itu menghantam tubuh Golok Setan dengan telak. Tubuhnya terlempar jauh dan mencuat ke udara.
BYUUUUURRR!
Tubuh Golok Setan jatuh dan tenggelam ke dalam danau.
Tanpa menunggu lama, pasukan kerajaan yang sudah bersiaga sejak tadi segera melompat ke dalam air, bergerak cepat untuk menyelamatkan pihak yang kalah.
Sorak sorai dan gemuruh tepuk tangan penonton memenuhi udara. Sementara itu, Pendekar Tapak Besi mengangkat tangannya tinggi-tinggi sambil tersenyum penuh kemenangan.
"Aku tidak butuh istirahat! Langsung saja, siapa pun yang ingin mencoba, majulah!" teriak Tapak Besi dengan nada sombong.
WESSSSSSSS!
Sebuah serangan dari samping mengejutkannya. Ia buru-buru menghindar sebuah guci arak berukuran besar hampir menghantam tubuhnya.
BUMMMM!
Guci itu mendarat keras di tengah arena, membuat lantai berguncang. Debu mengepul, disusul dengan melentingnya sesosok tubuh yang mendarat dengan rapi di atas guci tersebut.
Seorang pria tambun duduk bersila di sana.
"Aku, Tuak Seta," ujarnya tenang.
Tanpa menunggu aba-aba dari tuan rumah, Tapak Besi langsung menerjang ke arah Tuak Seta. Amarahnya meledak akibat serangan mendadak barusan.
Melihat serangan datang, Tuak Seta melenting ke belakang dan menendang guci besarnya yang terbuat dari besi. Guci itu meluncur deras ke arah Tapak Besi.
Terkejut oleh serangan tak terduga itu, Tapak Besi buru-buru menangkupkan kedua tangannya untuk menangkap guci tersebut.
TAPPPP… GEEERRRRR!
Namun alangkah terkejutnya dia saat tangannya menyentuh permukaan guci itu dia tak bisa langsung..
Tuak Seta menghentikannya. Bahkan, lawannya masih tersurut ke belakang, Belum sempat bangkit, Tuak Seta sudah melompat tinggi dan menghantam guci itu dengan tendangan yang dahsyat.
Tak ayal, Tapak Besi yang sudah kewalahan oleh serangan pertama, kini dihantam lagi dengan serangan kedua yang jauh lebih kuat. Tubuhnya terjungkal ke dalam danau
BYUUUUUURRRR!
"Hahahahaaa! Jurus picisan, cuma pamer di sini!" tawa Tuak Seta lantang.
Penonton terbelalak. Tak menyangka sang pemenang ronde pertama digilas begitu mudahnya. Teriakan dan tepuk tangan pun meledak, menambah riuh suasana arena.
Tiba-tiba, sesosok pendekar melenting ke udara. Melihat lawan baru datang, tanpa menunggu pendekar itu menjejak tanah, Tuak Seta langsung melempar guci besinya ke atas, lalu tubuhnya turut melenting mengejar.
Pendekar itu tergagap, berusaha menahan guci besi yang meluncur ke arahnya namun gagal. Tubuhnya terpental ke belakang. Tuak Seta menangkap kembali gucinya dan mendarat gagah di tengah arena.
Sementara itu, pendekar yang terpental tadi bernasib apes. Ia jatuh di tepian danau yang dipenuhi batu-batu tajam
BUGGGG!
Ia langsung tak sadarkan diri...
lanjut dong