Dava adalah seorang menantu yang selalu dihina dan direndahkan oleh keluarga istrinya, karena dikira hidup miskin sehinggi numpang hidup dirumah mertua. pekerjaannya sebagai kuli bangunan membuat dirinya selalu dihina dan di rendahkan. Dava memiliki mertua yang jahat dan Saudara ipar yang angkuh dan sombong.
suatu waktu seorang pria tangguh datang mencarinya ia adalah orang kepercayaan, Tuan Adinata yang diperintahkan untuk mencari putra tunggalnya yang sudah lama pergi dari rumah. Karena Dava adalah penerus takhta dari orang terkaya nomor satu dinegara ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mike Lovez, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34:34
Karena bu Anjani merasa idenya tidak berhasil akhirnya ia diam, dan duduk di kursi kebesarannya seperti biasa dengan tatapan datar mematap kedepan dan tidak ada suara.
Bu Anjani memerintahkan semua pengawalnya berpencar untuk mencari Dinda, tapi sayangnya sudah hampir satu minggu ini pencarian pengawalnya tidak membuahkan hasil yang baik. Tapi bu Anjani tidak berhenti sampai disitu ia membayar seseorang untuk mencari tahu tentang dimana Dinda dan juga Dava.
Bu Anjani mengusir semua pengawal untuk kembali ke gerbang depan, namun tiba-tiba telpon rumah berdering.
Tringggg trinnngggg!
Suara telpon rumah yang terletak tidak jauh dari sebelah bu Anjani berdering. Ada yang menghubungi pemilik rumah itu. Semua orang diruang tengah menoleh ke arah terlpon tersebut. Bu Anjani bangkit dari duduknya dan mengangkat telpon tersebut karena bu Anjani berpikir kalau yang terlpon adalah orang terpenting atau orang kepercayaannya.
"Hallo..." Ujar bu Anjani lebih lebih dulu.
"Hallo ibu mertua yang terhormat apakabar"? jawab suara yang diseberang.
Bu Anjani sempat membekap mulutnya, bu Anjani tidak percaya kalau Dava berani menghubunginya lewat telpon rumah. Dengan suara datarnya bu Anjani bertanya kenapa Dava berani menghibunginya.
"Hay...ibu mertua yang baik hati, apa kabar semoga hari-hari anda menyenangkan ya."
"He...rakyat miskin mau apa kamu menghubungiku berani sekali, kamu masih punya nyali untuk telpon kesini lagi ha..."
"Memangnya kenapa kalau aku telpon ibu mertua aku sebagai menantu yang baik, aku harus tahu dong kabar keluarga istriku karena mereka yang merawat istriku selama ini, oh ya aku hanya mau pesan nanti aku akan datang jemput istriku jadi tolong jaga dia dengan baik"
Dava sengaja melakukan itu karena Dava mau memberikan perhitungan kepada keluarga Winata.
"He..jangan macam-macam kamu ya laki-laki miskin, berani sekali kamu mengancam keluarga Winata mau cari mati kamu"
"Haaha... Nyonya Anjani yang terhormat aku tidak perlu menghormati manusia seperti anda, yang berani menyiksa anak kandungnya sendiri hanya karena harta dan keserahkahan. Ingat nyonya, anda sama aku itu seperti langit dan bumi satu kali aku buka suara anda hancur sampai di akar-akar, lihat saja nanti jika istriku kalian tidak kembalikan. Aku pastikan perusahaan anda dalam bahaya."
"Hahaha....aduh....rakyat miskin jelata seperti kamu itu bisa juga ya mengertak aku yang terbilang orang terkaya nomor dua di negara ini. Memang bisa apa kamu, nafkahi istri kamu aja tidak bisa berani sekali berikan ancaman."
"Oh ya, kalau memang nyonya Anjani tidak takut kita lihat aja nanti, tapi ingat jika istriku tidak kalian kembalikan aku pastikan Suaminya Lexza yaitu Kenedy mantu kesayangan anda tidak akan lolos dipilpres. Ingat aku masih menyimpan video yang pas kalian semua keluarga jahat menyiksa istriku."
Perkataan Dava membuat bu Anjani tengang, karena ia tidak percaya kalau Dava sekarang sudah sangat berani terhadapnya.
"Tolong sampaikan salamku untuk istriku karena secepatnya akan aku jemput, kalau berani aku datang dan kalian belum menemukan istriku makan kalian tahu akibatnya paham anda nyonya Anjani"
"Woy....laki-laki miskin anak ingusan kamu pikir kamu siapa, aku nyonya Anjani Winata tidak takut dengan rakyat jelata seperti kamu, jadi hentikan ancaman omong kosong kamu itu. Kalau kamu tidak mau mati cepat di tangan pengawalku mendingan kamu hapus video itu."
"Oh ya, kalau begitu boleh aku kirim sesuatu ke nomor hp Lexza, siapa tahu nyonya Anjani mengenal orang tersebut dan sekarang lagi menunggu kepulangannya atau bisa jadi anda menanti berita penting darinya."
Tak lama kemudia hp Lexza berbunyi tandanya ada notivikasih masuk, karena memang selama ini Dava hanya menyimpan nomor Lexza aja makanya diq berani mengirim video ke Lexza.
Ting ting!
Secepatnya Lexza membuka hpnya dan membuka file yang dikirim oleh Dava, betapa terkejutnya Lexza melihat siapa yang dibelenggu didalam video itu.
"I..ibu bukannya ini orang suruhan ibu untuk mencari tahu tentang Dava dan Dinda kenapa ada sama dia"
"Apa.....Jaston ada sama dia kok bisa." bu Anjani terkejut bukan kepalang bu Anjani benar-benar tidak habis pikir dan tidak percaya. Kalau orang yang bu Anjani bayar untuk mencari tahu Dinda dan Dava bisa di tangkap oleh Dava.
"Hallo nyonya Anjani apakah masih hidup disana, sudah lihat belum siapa yang ada didalam video itu. Ingat nyonya Anjani yang terhormat orang kepercayaan anda ada ditanganku sekarang, dan banyak bukti yang sudah aku miliki. Jadi silakan berbangga diri terlebih dahulu sebelum anda menangis darah."
Bu Anjani pucat pasih padahal perempuan sehebat bu Anjani tidak pernah takut dengan gertakan siapapun, apalagi jika dia merasa lebih diatas orang tersebut dia hajar sampai akar-akar.
Bu Anjani yang masi memikirkan semua tentang orang kepercayaannya tiba-tiba panggilan telpon dari Dava terputus, membuat bu Anjani makin murka karena Dava tidak menghargainya sedikitpun sebagai mertua.
Bu Anjani membuang tubuhnya di atas kursi kebesarannya dengan kasar dan tatapan datar kedepan.
"Kak ipar ada apa, apakah ada masalah" tanya Gibran dan disambung oleh istrinya.
"Iya kak, ada apa cobak ceritakan ke kita siapa tahu kita bisa membantu kak, kalau kak diam saja mana bisa selesai masalahnya."
Kalau Lexza, Dea dan kedua suami mereka masih diam belum berani membuka suara, karrba mereka melihat ibu mertua mereka seperti lagi murka.
Bu Anjani memandang orang yang ada di hadapanya satu persatu dan mulai bicara.
"Apakah jika aku katakan kepada kalian, bisa kalian bantu sedangkan kalian selama ini tidak bisa berbuat apa-apa. Terutama kamu Gibran memangnya kamu bisa apa, yang kamu bisa hanya bangun tidur dan makan kerjaan aja tidak ada."
"Ibu..jangan marah begitu. Benar kata paman Gibran siapa tahu kami bisa membantu ibu ada apa, aku Mas Tahir dan paman Gibran pasti bisa membantu ibu asal ibu beritahu dulu."
"Ok baiklah, kalain tahu siapa yang menelpon ibu tadi"? Tanya bu Anjani tapi semua justru mengelengkan kepala tandanya mereka tidak tahu.
Memang mereka tidak tahu karena bu Anjani dari tadi bicara tidak menyebut nama.
"Yang telpon tadi adalah laki-laki miskin itu suaminya Dinda, dia katanya mau kesini untuk menjemput Dinda namun kalau Dinda tidak ada ia akan menghancurkan perusahaan dab kehidupa. Kita berani sekalian dia kan"
"Apa.... Pria miskin itu berani berkata begitu bu" tanya Lexza..namun anenya perkataan bu Anjani di anggap lelucon oleh semua orang yang ada didalam rumah itu. Dan justru mereka tertawa terbahak-bahak, seolah mereka menertawakan kebodohan ibu Anjani yang sudah terpancing dengan ancaman dari Dava.
"Astaga kak, kirain ada masalah apa, jadi kak percaya juga sama omonga rakyat jelata itu, kak dia hanya ngetes kak aja
/Joyful//Joyful//Joyful/
/Proud//Proud//Proud/
/Chuckle//Chuckle//Chuckle//Chuckle/