Hati wanita mana yang tidak akan hancur melihat sang suami sedang melakukan hubungan suami istri dengan perempuan lain di ruang kerjanya. Wanita itu bernama Sofia, istri dari Rico yang sudah dinikahi selama enam tahun namun belum diberi keturunan.
Sofia tidak pernah menyangka jika sang suami yang selama ini selalu bersikap baik, lembut dan romantis ternyata dia tega mengkhianatinya.
Apakah Sofia bisa mempertahankan rumah tangganya yang sudah ternoda...?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21. Keguguran
Nyonya Merry mendekat ke arah Sofia dengan raut wajah penuh amarah.
"Plakk..." nyonya Merry menampar pipi Sofia.
"Tante tidak menyangka perempuan yang tante pikir lemah lembut ternyata tega mencelakai perempuan yang sedang hamil...! Di mana hati nurani kamu sebagai perempuan hah...!" seru nyonya Merry begitu murka.
Iya tentu saja nyonya Merry sangat murka, Viviana adalah satu- satunya putri kesayangannya. Dari Viviana masih bayi Nyonya Merry selalu menjaganya dengan baik. Bahkan nyonya Merry tidak akan rela jika Viviana digigit oleh nyamuk. Dan sekarang nyonya Merry harus menerima kenyataan bahwa putri kesayangannya telah dicelakai oleh Sofia.
"Nggak tante... Itu nggak benar, aku nggak mencelakai Vivi... Sungguh tante..." ucap Sofia sambil menangis.
"Tidak mencelakai apa...? tadi mertua kamu yang bilang kalau kamu mendorongnya sampai dia jatuh dan akhirnya pendarahan. Tapi kamu masih tidak mau mengakuinya...!" nyonya Merry kembali berteriak sambil mendorong tubuh Sofia hingga mundur beberapa langkah.
"A...aku memang mendorongnya tante... Tapi pelan, dan harusnya Viviana tidak akan jatuh jika didorong dengan pelan seperti itu..." Sofia berusaha membela diri.
"Diam kamu...! Sudah salah tapi masih saja tidak mengaku dan terus membela diri....! Ingat Sofia... Kamu tahu kan kamu sedang berhadapan dengan siapa...? Keluarga Wardhana... Keluarga terhormat dan berpengaruh di negara ini. Berani sekali kamu membuat masalah dengan keluarga kami...!" ucap nyonya Merry sambil menunjuk muka Sofia.
"Kalau sampai terjadi hal buruk pada anak saya dan calon bayinya, kamu akan menanggung akibatnya...!" seru nyonya Merry.
Sofia lagi- lagi hanya bisa menggeleng- gelengkan kepalanya. Semua orang menatapnya dengan penuh kebencian. Hanya Satria saja yang menatapnya tanpa ekspresi. Tatapannya begitu dingin dan tidak bisa ditebak apa yang ada di dalam pikirannya melihat semua yang terjadi di depan matanya.
Tak lama kemudian pintu ruang IGD terbuka dan keluarlah dokter yang menangani Viviana.
"Dok, bagaimana keadaan istri saya...?" tanya Rico.
"Dok, putri saya dan calon bayinya baik- baik saja kan dok...?" tanya nyonya Merry.
Dokter perempuan itu pun menghela nafas sebelum menjawab pertanyaan Rico dan nyonya Merry. Sedangkan Rico dan yang lainnya menunggu jawaban dari dokter dengan perasaan cemas.
"Putri anda sudah melewati masa kritisnya. Tadi dia sempat mengalami pendarahan hebat. Tapi sekarang pendarahannya sudah dapat dihentikan...." jawab dokter.
"Syukurlah..." ucap nyonya Merry dan yang lainnya.
"Tapi maaf, saya tidak bisa menyelamatkan janin yang ada di dalam kandungan nyonya Viviana. Dia mengalami keguguran..." sambung dokter.
"A...apa...?" semua orang kaget.
"Apa dok... istriku keguguran.. ? Tidak dok itu tidak mungkin... Itu tidak boleh terjadi dok... Itu calon anakku dok, anak yang selama ini saya tunggu- tunggu. Saya mohon dok, lakukan apapun untuk menyelamatkan janin yang ada di perut Vivi...Saya mohon dok..." ucap Rico sambil menangis begitu terpukul.
Iya tentu saja Rico sedih dan tidak bisa menerima kenyataan itu begitu saja. Selama ini dia begitu menginginkan anak, tapi baru beberapa bulan dia merasa bahagia karena akan segera dikaruniai anak, namun calon anaknya itu harus diambil lagi oleh Tuhan sebelum sempat dilahirkan.
"Maaf tuan Rico, kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi memang keadaan janin yang ada di perut istri anda tidak dapat diselamatkan lagi. Janinnya sudah hancur, dan oleh karena itu saya langsung melakukan kuretase. Karena kalau tidak itu akan sangat membahayakan nyawa ibunya..." ucap dokter memberikan penjelasan.
"Oh Ya ampun calon cucuku yang malang hik..hik..." bu Irma menangis.
Begitu juga dengan nyonya Merry yang tak dapat menyembunyikan kesedihannya. Sedangkan tubuh Rico langsung merosot ke lantai. Rico begitu sedih menerima kenyataan ini. Setelah mengetahui bahwa Viviana hamil anaknya, Rico begitu bangga karena sebentar lagi akan menjadi seorang ayah. Namun harapannya sirna begitu saja karena calon bayi yang begitu dia nantikan harus gugur.
Sementara itu hati Sofia begitu sakit melihat keadaan Rico yang begitu terpuruk. Dia merasa bersalah. Tapi bukan merasa bersalah karena Viviana keguguran, karena dia yakin kalau Viviana keguguran bukan karena dirinya. Sofia yakin kalau ada hal lain yang membuat Viviana keguguran dan semua itu bukan kesalahannya.
Namun yang membuat Sofia sedih adalah karena dia tidak bisa memberikan anak pada Rico ,sedangkan dibelakang Sofia, Rico begitu merindukan kehadiran seorang anak. Enam tahun bukan waktu yang singkat, itu terbilang cukup lama, tapi selama enam tahun pula tidak ada yang Sofia berikan pada Rico. Sofia merasa menjadi perempuan yang tidak berguna.
Melihat anak semata wayangnya terpuruk, bu Irma mendekati Rico. Bu Irma jongkok di samping Rico sambil mengusap punggungnya.
"Yang sabar sayang, kamu harus kuat menerima kenyataan ini. Kamu jangan khawatir, nanti Viviana bisa hamil lagi kok. Percayalah sama mama..." ucap bu Irma sambil tersenyum untuk menguatkan Rico.
Rico menatap wajah sang mama beberapa saat. Kemudian Rico memeluk sang mama dan kembali menangis di sana.
"Ini semua gara- gara kamu Sofia...! " Rico bangun dan menghampiri Sofia yang masih berdiri di belakang nyonya Merry.
"Gara- gara kamu aku harus kehilangan calon bayiku...!" seru Rico sambil mencengkeram kedua lengan Sofia.
Sofia menggeleng- gelengkan kepalanya sambil menangis.
"Aku tidak menyangka kamu akan setega itu menyakiti Viviana hingga dia keguguran...! Perbuatan kamu tidak dapat dimaafkan Sofia...!!! " Rico mengguncang- guncangkan tubuh Sofia.
"Nggak mas... Nggak... Aku tidak pernah melakukan itu... Percayalah padaku mas, aku tidak pernah menyakiti apa lagi mencelakai Viviana, aku tidak melakukan itu mas...." jawab Sofia sambil menangis dan meringis merasakan sakit di bagian kedua lengannya karena Rico mencengkeramnya dengan sangat kuat.
"Diam kamu Sofia...! Tidak usah mengelak terus...! Kamu sudah mencelakai Vivi dan kamu yang sudah membuat dia keguguran...!''Rico semakin murka pada Sofia.
"Tu...tuan Rico..." ucap dokter ingin mengatakan sesuatu pada Rico.
Namun Rico sudah terlanjur murka, dan dia tidak mendengar dokter memanggilnya. Dia terus marah pada Sofia.
"Dengar Sofia...! Hari ini juga aku talak kamu...! Aku tidak sudi mempunyai istri jahat seperti kamu...! Mulai hari ini, kamu sudah bukan istriku lagi...! Dan mulai hari ini, kamu jangan berani muncul di depan aku...! Karena aku muak...!! Mengerti kamu....!" bentak Rico.
Mendengar kata talak keluar begitu saja dari dari mulut Rico, hati Sofia terasa mencelos begitu saja. Iya, Sofia memang pernah meminta cerai dari Rico. Tapi Sofia tidak pernah menyangka jika Rico akan menceraikannya dalam situasi dan kondisi seperti ini.
Iya, Rico menjatuhkan talak di depan banyak orang, bahkan dia melakukannya di tempat umum. Di rumah sakit, di depan ruang IGD, dan selain ada anggota keluarga, di sana juga ada beberapa orang yang sedang menunggu keluarganya yang ada di ruang IGD. Dan ada juga beberapa pengunjung rumah sakit juga pegawai rumah sakit yang berlalu lalang di sekitar ruang IGD.
Sofia harus merasakan malu karena dia harus menjadi pusat perhatian bagi orang- orang yang mendengar saat dia dijatuhkan talak oleh Rico.
Sofia menatap nanar wajah Rico. Bibirnya bergetar, dan air matanya mengalir begitu saja. Sedangkan Rico menatap tajam wajah Sofia dengan penuh kemarahan di wajahnya. Sofia berusaha mengumpulkan tenaga agar dia bisa mengucapkan sesuatu untuk Rico.
"Terima kasih, kamu akhirnya menjatuhkan talak padaku mas, walaupun aku tidak ingin caranya seperti ini..." ucap Sofia dengan suara bergetar.
"Aku minta maaf jika selama aku menjadi istrimu aku punya banyak salah padamu. Dan terima kasih kamu sudah menjadi suami yang baik selama enam tahun ke belakang...." sambung Sofia dengan air mata bercucuran.
"Aku janji padamu, sesuai dengan apa yang kamu mau, aku tidak akan menunjukan wajahku lagi di depan kamu. Dan aku tidak akan mengganggu kebahagiaan kamu ke depannya...."
"Tapi sampai kapanpun aku tidak akan mengakui kesalahanku pada Viviana, karena memang aku tidak pernah merasa menyakiti ataupun melukai Viviana...."
"Aku pamit mas, sampai ketemu di pengadilan agama ..." ucap Sofia lalu segera pergi dari depan ruang IGD.
Rico mengepalkan kedua tangannya sambil menatap kepergian Sofia.
"Kenapa kamu hanya menjatuhkan talak pada dia Rico...? Harusnya kamu membalas perbuatannya yang sudah membuat Vivi keguguran..." ucap nyonya Merry masih tidak bisa terima Sofia dibiarkan begitu saja.
"Benar Rico, lihat lah, dia begitu sombong tidak merasa bersalah sedikitpun..." sambung bu Irma.
Rico hanya diam tidak menyahut ucapan sang mama maupun ibu mertuanya.
Sementara itu dokter kandungan yang menangani Viviana memilih untuk masuk lagi ke ruang IGD untuk mengecek keadaan Viviana. Sebenarnya dia ingin mengatakan hal penting pada Rico tentang penyebab Viviana keguguran. Namun dia urungkan karena situasinya tidak memungkinkan. Mereka semua sedang dalam keadaan emosi. Jadi dokter kandungan itu akan menundanya dan mencari waktu yang pas untuk mengatakannya.
Sementara itu Sofia langsung memesan taksi on line untuk pulang ke rumah Rico. Dua puluh menit kemudian taksi on line yang mengantarnya berhenti di depan rumah. Sofia segera turun dan bergegas masuk ke dalam rumah menuju kamarnya di lantai dua.
"Non, bagaimana keadaan non viviana dan janinnya...? Apa mereka baik- baik saja...?" tanya bi Iyam begitu melihat Sofia menaiki anak tangga menuju kamarnya.
Namun Sofia tidak memperdulikan pertanyaan bi Iyam. Dia terus berjalan lalu masuk ke kamarnya. Sampai di dalam kamar, Sofia mengambil koper di atas lemari. Kemudian Sofia memasukkan pakaian dan barang- barangnya. Dia hanya memasukkan barang- barang yang dia beli sendiri. Sedangkan yang dibelikan oleh Rico dia tidak membawanya.
Tak lupa Sofia juga membawa berkas- berkas yang akan dia gunakan untuk menggugat cerai ke pengadilan agama. Iya, Sofia akan mengajukan gugat cerai ke pengadilan agama. Sofia memasukkan kartu keluarga, buku nikah dan beberapa berkas lain yang kira- kira akan dibutuhkan di pengadilan nanti.
Barang- barang dan berkas sudah masuk ke dalam koper, Sofia terdiam sambil melihat ke sekeliling kamar. Iya, kamar ini lah yang menjadi saksi perjalanan rumah tangganya bersama Rico. Kamar ini juga lah yang menjadi saksi kemesraan dan keharmonisan rumah tangganya selama enam tahun ke belakang.
Namun semuanya itu telah berlalu dan hanya akan menjadi kenangan saja. Rumah tangganya telah hancur oleh kehadiran orang ketiga. Dan keharmonisan serta kemesraan itu telah ternoda. Dan yang tersisa hanyalah serpihan luka yang masih basah di dalam hati Sofia.
Setelah semuanya siap, Sofia segera keluar dari kamar dan menuruni anak tangga satu demi satu. Di bawah tangga bi Iyam memperhatikan sang majikan yang turun dengan menenteng koper.
"Non, non Sofia mau ke mana...? Kok bawa koper segala...? Apa non mau liburan...?" tanya bi Iyam.
Sofia menghentikan langkahnya pada anak tangga terakhir. Sofia lalu menghela nafas panjang.
"Bi, aku pamit ya, aku akan pergi dari rumah ini. Maaf kan aku ya bi kalau aku ada salah sama bibi selama saya kenal bibi..." ucap Sofia.
"Ya ampun non , apa yang terjadi...? Kenapa non Sofia mau pergi...?" bi Iyam sedih.
"Aku dan mas Rico akan bercerai bi. Dia sudah menjatuhkan talak satu padaku. Jadi mulai hari ini saya bukan istrinya lagi dan bukan penghuni rumah ini lagi. Saya akan pergi bi..." jawab Sofia.
"Ya Alloh non, kenapa bisa seperti ini...? Ini pasti karena non Viviana kan non...?" bi Iyam menangis.
Iya, bagaimana bi Iyam tidak sedih, selama dia kerja di rumah ini Sofia begitu baik padanya. Dia tidak pernah memandang rendah padanya walaupun posisi bi Iyam hanya pembantu di rumah ini. Tapi bi Iyan sudah dianggap saudara oleh Sofia.
"Nggak bi, ini sudah menjadi keputusan saya dan mas Rico..." sahut Sofia.
"Saya pamit ya bi..." ucap Sofia.
"Non...hik..hik..."
"Bi..."
Sofia dan bi Iyam berpelukan dan menangis bersama. Setelah berpamitan pada bi Iyam, Sofia lalu pergi dari rumah itu mengunakan mobil miliknya.
Sofia menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang membelah jalanan raya. Di sebuah taman kota, Sofia mengehentikan laju mobilnya dan menepikannya ke tempat parkir. Sofia lalu turun dari mobil dan berjalan masuk ke taman kota dan duduk di kursi panjang yang ada di tengah - tengah taman.
Sofia menatap lurus ke depan. Ingatannya kembali pada tujuh tahun lalu di mana dia masih pacaran dengan Rico. Iya, Sofia dan Rico menjalin pacaran selama tiga tahun. Setelah keduanya siap menjalin rumah tangga, mereka pun akhirnya memutuskan untuk menikah.
Dan di sini lah Rico melamar Sofia. Dengan sangat romantis dia meminta pada Sofia bahwa dia akan menikahinya. Tentu saja saat itu hati Sofia berbunga- bunga. Sofia pun menerima lamaran Rico. Walaupun lamaran sesungguhnya akan di lakukan di rumah yang akan disaksikan oleh anggota keluarga.
"Maukah kamu menikah denganku sayang...?" tanya Rico pada sat itu.
Sofia begitu terharu mendapat pertanyaan dari Rico. Dengan bercucur air mata kebahagiaan ,Sofia menganggukkan kepalanya menandakan bahwa dirinya mau menerima lamaran Rico.
Rico memakaikan cincin berlian di jari manis Sofia lalu mencium punggung tangan Sofia. Sofia lalu memeluk Rico dingan penuh cinta.
Sofia menggeleng- gelengkan kepalanya mengingat moment indah itu. Moment yang sekarang hanya tinggal kenangan saja. Semua sudah selesai dan berakhir dalam sekejap.
Sofia menghapus air matanya yang lagi- lagi harus keluar membasahi kedua pipinya. Sofia lalu bangun dari duduknya hendak pergi dari taman. Namun tiba- tiba kepala Sofia tiba- tiba terasa pusing. Sofia memijit keningnya untuk menghilangkan rasa pusingnya.
Sementara itu dari kejauhan ada seorang laki- laki yang sedang memperhatikan gerak- gerik Sofia. Laki- laki yang sejak dari rumah sakit mengikuti Sofia pulang ke rumah, hingga dia pergi ke taman. Dia terus membuntuti mobil Sofia menggunakan mobilnya tanpa diketahui oleh Sofia.
Sementara itu Sofia terus memegangi keningnya. Kepalanya bertambah pusing dan pandangannya semakin gelap.
"Brukkk.." Sofia jatuh pingsan.
Melihat Sofia pingsan, laki- laki yang sejak tadi membuntutinya pun lari untuk menolongnya. Laki- laki itu mengangkat tubuh Sofia dan membaringkannya di atas bangku panjang.
"Ya ampun , dia kenapa...?" tanya seorang perempuan paruh baya dan seorang perempuan berumur sekitar tiga puluh tahunan mendekat ke arah Sofia yang pingsan.
"Dia pingsan..." jawab laki- laki itu.
"Bu, bisa tolong bantu dia...?" tanya laki- laki itu.
"Iya.. Iya..." jawab ibu itu kemudian mendekat ke arah Sofia dan mengoleskan minyak kayu putih di area hidung Sofia.
"Nak apa kamu kenal dia...?" tanya ibu parah baya.
"Ti...tidak bu, ta... Tadi saya hanya kebetulan lewat saja daj melihat dia jatuh pingsan..." jawab laki- laki itu.
"owhh...
"Neng sadar neng..." ucap ibu separuh baya menepuk- nepuk pipi Sofia.
Sofia mengerjab dan perlan- pelan membuka matanya. Dan di saat bersamaan laki- laki yang tadi menolong Sofia pun langsung pergi dari tempat itu.
Bersambung...
smuanya trbongkar.... viviana sndiri yg menggurkn kndungannya...
& tak ada lgi ksempatan buat rico kmbali dgn sofia...
ya g pp wes.... klo utuk mnjemput bahagia yg akn datang.... hrus lewat pnderitaan hidup dgn rico trlbh dahulu....
pdahal viviana hbis minum obat penggugur janin.... sengaja cari ribut dgn sofia...