Fania seorang gadis cantik yang berasal dari desa, ia seorang anak art yang bekerja di sebuah rumah mewah.
Rumah yang terdapat tidak jauh dari tempat tinggalnya, menjadi misteri oleh penghuni desa, karena rumah tersebut sudah tidak dihuni oleh pemilik rumah.
suatu ketika Fania mendengar suara aneh dari balik kamar, kamar yang terbilang aneh itu membuat Fania penasaran.
Saat melihat itu Fania merasa.... mau tau kelanjutan ceritanya, jangan lupa baca terus novel ini ya semoga kalian suka dengan karyaku
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21. tanda kepemilikan
Wanita cantik memakai dress pendek duduk di tepi ranjang, wanita itu menatap album foto yang selama ini dia simpan bertahun-tahun.
Kini wanita itu menatap foto itu dengan begitu dalam, "aku sudah lama mencari keberadaan anak kita, kali ini aku menemukannya. Dia sangat cantik dan mirip denganmu, tapi dia tidak bisa melihat kamu lagi."
"Andai kamu mengikuti ucapanku mungkin sekarang kamu masih hidup." Balqis mengatakan isi hatinya sambil memandangi sebuah foto.
Foto yang begitu indah sebelum dia bertemu dengan Snowden, Snowden pria yang baik dan mencintainya dengan tulus tetapi dia tidak pernah membalas cinta itu.
Perjodohan yang diadakan oleh orang tuanya, terpaksa dia menerima Snowden. Pria yang dipilih oleh ayahnya, dia juga yang akan menjadi pemimpin dunia.
Walaupun Snowden sudah menjadi suaminya, dan ia memiliki anak sampai detik ini Balqis tidak pernah memiliki rasa sedikitpun kepada Snowden.
Yang dia cinta saat ini adalah suami manusianya, bertahun-tahun dia mencari keberadaan anak kandungnya ternyata dia masih hidup dan sangat mirip dengan pria manusia itu.
"Andai aku punya kesempatan untuk bertemu denganmu mungkin aku akan mengatakan merindukan kamu. Dan aku akan bilang bahwa anak kita masih hidup." ucapnya dalam hati, saat Balqis masih memandangi foto masa lalunya tiba-tiba saja dia mendengar suara langkah kaki dari luar.
Balqis dengan cepat menutup album foto itu, dia dengan cepat menyimpannya dengan rapih. Ternyata yang datang adalah Snowden pria itu tersenyum saat melihat sang istri belum tidur.
Pria itu duduk di samping Balqis lalu menatap Balqis, "Istriku kenapa kamu belum tidur. Bukannya jam segini kamu sudah tidur, ada apa? Apa ada masalah denganmu."
Balqis tersenyum, "Tidak ada suamiku. Aku hanya tidak bisa tidur saja."
"Baiklah, kalau gitu kita tidur bersama." Snowden membawa tubuh Balqis ke ranjang, mereka berdua tidur dalam satu selimut dengan tubuh saling memeluk.
Berapa hari ini Edward selalu berada di sampingnya, mulai dari membantunya mengurus rumah sampai melakukan hal romantis yang pria itu lakukan.
"Sayang, apa tidak lelah melakukannya terus menerus." ujar Fania saat melihat Edward terus menciumi seluruh tubuhnya.
Saat ini mereka berdua berada di kamar, mereka berdua saling menatap saat Edward tak memakai sehelai pakaian begitu juga dengan Fania, hanya balutan selimut untuk menutupi setengah badan mereka.
"Tidak sayang. Aku tidak akan lelah kalau melakukannya denganmu." jawab Edward, Edward kembali menyerang tubuh Fania bertubi-tubi.
Fania terus mengimbangi kekuatan yang dimiliki Edward, memang tenaga Edward ekstra kuat dari pada dirinya. Kalau di pikir-pikir pria ini apakah manusia atau makhluk yang lain, gak mungkin seorang manusia memiliki tenaga yang begitu kuat sepertinya.
Sekitar dua jam barulah kegiatan panas membara itu selesai, Fania memejamkan mata saat Edward habis menghajarnya. Edward kini masuk ke dalam toilet untuk membersihkan tubuh, Edward tersenyum melihat Fania masih nyaman dengan posisi tidur.
"Kamu sangat nikmat bagiku Fania. Tidak ada wanita lain yang bisa menggantikan kamu, walaupun suatu saat wanita iblis bisa menggantikan posisi kamu tapi kamu tidak bisa tergantikan." Edward terus mengelus rambut Fania dengan lembut.
Setelah memandangi wajah Fania barulah Edward kembali ke dunia iblis, dia akan kembali setelah tugasnya selesai.
Balqis memakai jubah kerajaan dengan mahkota kecil di atas kepala, mereka berdua duduk berdampingan dengan tempat duduk raja dan ratu.
Di dekat mereka terdapat Edward yang sibuk memperhatikan para tamu terhormat, kali ini mereka akan mengadakan sidang untuk para menteri.
Banyak sekali rakyat yang terlantar hanya seorang menteri yang tidak bertanggung jawab. Raja Snowden menatap menteri tersebut dengan pandangan marah.
"Kenapa kamu melakukan ini kepada rakyat."
...•••...
"Maafkan saya raja Snowden saya melakukan perintah dari anda. Tapi ada satu kesalahan yang membuat saya lalai melaksanakan tugas saya."
"Apa itu."
Akhirnya menteri tersebut malah melimpahkan tuduhan yang dia lakukan, Edward yang berada di sana merasa pusing mendengar perdebatan di ruang debat.
Bukan pertama kalinya dia mendengarkannya, hampir setiap harinya pasti ada aja masalah yang mereka buat. Edward menatap dengan cermat, sepertinya ada yang aneh dari para menteri.
Gak mungkin mereka melakukan kesalahan, apalagi mereka sudah tahu konsekuensinya seperti apa kalau berhadapan dengan Snowden.
Pasti ada sesuatu yang ganjal sampai mereka semua tidak bisa mengatakan yang sebenarnya. Edward terus menatap mereka semua, banyak sekali yang pada mempertahankan tahta untuk kepentingan diri sendiri.
Edward terus mengamati masalah yang mereka buat, setelah setelah Edward kembali ke kamar. Edward meminta Resta untuk menyelidiki masalah yang ada di kastil.
Diam-diam Edward mencari tahu kebenaran masalah yang mereka buat, apakah yang mereka katakan benar atau tidak. Pasti ada dalang dari semua ini, gak mungkin kalau tidak asap kalau tidak ada api.
Dalam sekejap saja Resta berhasil menemukan titik masalah dari sidang yang mereka adakan. Tengah malam Resta menjumpai Edward di ruang kerja, pria itu seperti mengetahui semuanya.
Edward membaca sebuah isi dari perjanjian yang mereka sepakati, Resta memang orang kepercayaannya selama bertahun-tahun. Mungkin Resta adalah kaki tangannya, yang selama ini membantunya.
Edward melipat surat perjanjian itu, perjanjian dari orang dalam yang ingin menghancurkan Snowden.
"Jadi selama ini ulah mereka. Mereka juga yang membuat kehilangan sebelumnya menjadi kacau balau." ujar Edward membuat Resta mengamati apa yang diucapkan Edward.
"Jadi pengeran apa yang harus saya lakukan. Apakah saya harus menangkapnya dan membuat mereka semua mati secara hidup hidup." kata Resta.
"Tidak perlu Resta, kita ikuti saja permainan mereka semua. Kamu terus selidiki apa yang mereka lakukan di belakang kita, sampai kita menemukan bukti semuanya." pinta Edward dengan tegas.
"Baik tuan. Saya akan melakukan tugas yang anda katakan barusan, kalau gitu saya pamit undur diri. Nanti saya akan kabarkan setelah saya mendapatkan bukti selanjutnya."
Edward mengangguk, lalu Resta pergi menghilang menggunakan kekuatan. Edward merasa bahwa dirinya sudah dipermainkan, selama berabad-abad dia percaya untuk menghidupkan kastil tapi mereka juga yang membuat keadaan kastil seperti ini.
Selesai berbicara dengan Resta Edward memutuskan untuk menemui Fania, diam-diam dia sudah berada di kamar Fania. Wanita itu sedang tertidur pulas menggunakan selimut.
Edward berjalan saat lampu kamar Fania gelap gulita hanya ada cahaya dari lampu tidur, Edward masuk ke dalam ranjang dan mulai memasuki tubuhnya ke dalam selimut.
Ketika pagi hari Fania tersenyum melihat pria yang dia rindukan, entah dari mana dia masuk tiba-tiba saja pria ini sudah berada di dalam kamar.
Fania menyentuh wajah Edward dengan lembut, tanpa sadar Edward merasakan sentuhan itu tanpa Fania sadari. Saat Fania sibuk menyentuh wajah Edward tangan kekar Edward memeluk pinggang Fania dengan erat, tubuh Fania yang awalnya jauh kini tidak ada jarak di antara mereka.
"Sudah puas belum memandangi wajah kekasihmu ini." ucap Edward membuat Fania tersenyum malu.
Edward mencium kening Fania dengan lembut, "Pagi sayangku."
"Kapan kamu masuk ke kamarku?" tanya Fania bingung, lagian pintu rumah sudah dia kunci dengan rapat.
"Melalui hati." Fania menatap Edward dengan sinis, bagaimana bisa masih pagi Edward sudah pandai gombal.
"Aku serius Edward."
"Hahaha, aku bercanda sayang. Aku datang ke kamarmu memakai kekuatan, tanpa kunci aku bisa masuk kapan saja."
"Apa hari ini aku bisa meminta hakku lagi." Fania dengan cepat memukul tangan kekar Edward membuat pria itu terkekeh.
Setiap malam Edward suka datang untuk menemui Fania, pagi harinya Edward suka bermain dan melakukan apapun secara bersamaan sampai keduanya memiliki rasa nyaman dan cinta tanpa mereka sadari.
Udah kaya dunia milik berdua yang lain ngontrak 🤭🤣🤣🤣!!
Maklum yang namanya lagi jatuh cinta pasti pengennya berdua😁😁
Sekitar pukul 7 pagi Edward kembali ke kastil, sedangkan Fania sibuk dengan pekerjaannya. keduanya sama-sama disibukan dengan dunia masing-masing, walau begitu mereka berdua tidak dapat dipisahkan satu sama lain.