NovelToon NovelToon
I Am Morgan Seraphine

I Am Morgan Seraphine

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Playboy / Cinta Beda Dunia / Diam-Diam Cinta / Sugar daddy / Ayah Darurat
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: Maeee

Bagaimana jadinya ketika bayi yang ditinggal di jalanan lalu dipungut oleh panti asuhan, ketika dia dewasa menemukan bayi di jalanan seperti sedang melihat dirinya sendiri, lalu dia memutuskan untuk merawatnya? Morgan pria berusia 35 tahun yang beruntung dalam karir tapi sial dalam kisah cintanya, memutuskan untuk merawat anak yang ia temukan di jalanan sendirian. Yang semuanya diawali dengan keisengan belaka siapa yang menyangka kalau bayi itu kini sudah menjelma sebagai seorang gadis. Dia tumbuh cantik, pintar, dan polos. Morgan berhasil merawatnya dengan baik. Namun, cinta yang seharusnya ia dapat adalah cinta dari anak untuk ayah yang telah merawatnya, tapi yang terjadi justru di luar dugaannya. Siapa yang menyangka gadis yang ia pungut dan dibesarkan dengan susah payah justru mencintai dirinya layaknya seorang wanita pada pria? Mungkinkah sebenarnya gadis

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maeee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hug Me

"Maaf aku sedikit terlambat menjemput. Apa kamu menunggu lama?" tanya Morgan, melirik Cherry sekilas sebelum kembali fokus pada jalanan yang sedang ia lewati.

Tapi ekspresi wajah Cherry terlihat sedih.

"Tidak papa," jawab Cherry pelan. Ia menatap ke samping, memerhatikan kendaraan yang berjalan di sampingnya.

"Bagaimana di sana? Apa menyenangkan?" tanya lagi Morgan, kali ini suaranya lebih ceria.

"Rumahnya memang bagus dan nyaman," jawab Cherry. "Kamu tahu, kan aktris dan aktor Diana dan Charles?"

Morgan langsung mengangguk. "Mereka cukup terkenal. Mereka, kan pasangan yang romantis dan banyak digemari orang. Aku salah satu penggemar mereka juga."

"Mereka adalah orang tua Drake," tukas Cherry.

"Apa?" pekik Morgan, cukup terkejut mendengar kabar itu. Pasalnya dua pasangan sejoli itu tidak pernah mengumumkan punya anak, mereka hanya selalu tampil menjadi pasangan yang romantis.

"Aku pun baru tahu. Mungkin ada alasan tertentu kenapa mereka memilih tidak mengekspos anaknya ke publik."

Morgan mengangguk mengerti.

"Setelah bermain dengan temanmu, rumahnya mewah, dan orang tuanya adalah selebriti terkenal, tapi kenapa setelah pulang kamu justru tampak sedih?" tanya Morgan, melambatkan laju mobilnya hanya untuk menatap Cherry lebih lama.

"Itu karena aku sangat mirip mereka."

Saat itu juga mobil langsung berhenti mendadak. Morgan tak mengindahkan tentang itu, dirinya langsung menghadap Cherry.

"Apa maksud mu?" tanya Morgan tak sabar.

Cherry menoleh padanya. Ia tahu Morgan akan sangat antusias setelah mendengar tentang hal ini.

"Aku pun tidak tahu." Cherry mengangkat dua bahunya. "Hanya saja aku sangat mirip mereka dan aku benci itu."

"Kamu ingat, kamu selalu mengatakan aku mirip artis Diana. Setelah aku bertemu dengannya secara langsung ternyata aku memang sangat mirip dengannya, tapi sekarang aku merasa benci itu."

"Apa dia memarahi mu?" tanya Morgan, meraih tangan gadis itu yang tampak semakin bersedih.

"Tidak, aku hanya tidak suka ada yang mirip dengan ku. Aku takut mereka orang tua ku."

"Kenapa takut? Seharusnya kamu senang dengan itu. Kalau seandainya benar Diana adalah ibumu, bukankah itu kabar terbaik sepanjang masa?"

"Tidak," bantah Cherry yakin. "Aku tidak pernah mau mengetahui tentang orang tua ku maupun bertemu dengan mereka. Aku membenci mereka. Bahkan jika mereka datang ke hidup ku dan memohon untuk aku pergi bersama mereka, aku bersumpah tidak akan pernah melakukannya."

"Aku tidak ingin punya orang tua dan aku tidak ingin sekali pun kenal bersama mereka. Aku hanya ingin hidup bersama mu selamanya."

Cherry mengusap kedua matanya yang berair.

"Come here!" Morgan menarik pelan lengan Cherry, membawa gadis itu naik ke atas pangkuannya.

Tak masalah walaupun sempit yang penting bisa menenangkan gadis itu.

"Hug me!" pinta Cherry sambil merentangkan tangannya. Morgan tersenyum, menarik Cherry masuk ke dalam pelukannya.

"Kamu harus berjanji padaku, jika suatu hari nanti tiba-tiba orang tua ku datang ke rumah kita, kamu tidak boleh menyerahkan ku pada mereka."

"Aku berjanji," jawab Morgan seketika.

"Aku tidak mau mengenal mereka."

"Aku pun tak akan membiarkan mereka mengenalmu," sahut Morgan lagi.

Perlahan Cherry melepaskan pelukannya, menatap manik mata Morgan. "Kamu berjanji?"

"Ya." Morgan mengangguk yakin. Dua ibu jarinya menghapus air mata gadis itu.

"Kita sudah hidup bersama sampai sejauh ini, aku pun tidak akan rela jika tiba-tiba kamu diambil oleh orang tua mu. Karena untuk membuat mu seperti ini tidaklah semudah mengucapkan bim salabim dan tiba-tiba kamu menjadi dewasa seperti ini," tutur Morgan.

"Kecuali jika atas keinginan mu sendiri," tukasnya.

...----------------...

Cherry keluar dari sekolah berbondong-bondong bersama yang lainnya. Hari ini Morgan tak akan menjemputnya, makanya ia buru-buru supaya bisa ikut naik bus bersama temannya yang lain.

"Hai Cherry!" sapa Diana, dia langsung berdiri tegap setelah sekian lama bersandar di pintu mobil.

Cherry menoleh pada orang yang memanggilnya. Di sana ada orang tuanya Drake yang melambaikan tangan padanya.

Cherry tersenyum dan balas melambaikan tangannya. Ia hendak kembali berjalan tapi Diana berjalan ke arahnya. Ia pun terpaksa diam di tempat.

"Kenapa kamu terlihat sangat buru-buru?" tanya Diana.

"Ayahku hari ini tidak datang menjemput,xg jadi aku akan pulang naik bus bersama temanku," jawab Cherry tergesa-gesa.

"Oh, kebetulan sekali. Kalau begitu aku akan mengantarmu pulang," tawar Diana lalu merangkul Cherry.

Cherry terkekeh canggung. "Tidak perlu, terima kasih. Aku tidak ingin merepotkan mu."

"Cherry, ayo cepat. Mobil sebentar lagi berangkat!" ajak temannya di pintu bis.

"Nak, kamu bisa pergi duluan saja. Cherry biar saya yang mengantarkan," ujar Diana pada teman Cherry yang menunggu di ambang pintu.

"Oh, baiklah kalau begitu." Pun dia langsung masuk ke dalam bis.

"Eh?" Cherry tak bisa berbuat apapun lagi. Sekarang mobil sudah pergi.

"Maaf, aku jadi merepotkan mu." Cherry menggaruk lehernya.

"Tidak, aku yang memintanya jadi ini tidak merepotkan sama sekali. Ayo ke mobil!" ajak Diana menuntun Cherry ikut dengannya ke arah mobil.

Dari gerbang sekolah Drake berlari sambil membawa bola basketnya dan berhenti tepat di depan Cherry.

"Hai, anak manja, kenapa kau belum pulang?" sapanya.

"Aku mengundang dia untuk makan bersama kita," jawab Diana. Drake pun menoleh padanya tapi tanpa seucap kata apapun.

"Ayo masuk!" ajak Drake pada Cherry.

"Tapi aku belum meminta izin pada Morgan," kata Cherry di ambang pintu mobil. Ia enggan untuk masuk ke dalam sana.

"Tidak papa. Kamu bisa meminta izin saat di mobil nanti. C'mon!" Drake sangat antusias mengajak Cherry masuk ke mobil. Ia pun sedikit menarik Cherry agar mau masuk.

"Huft!" Cherry menghela napas. Percayalah, perasaannya saat ini sangat tidak enak. Entah apa yang akan terjadi nanti. Ia hanya berharap dan berdoa semua ini berlangsung tidak lama.

"Anak manja!" panggil Drake.

"Jangan terus panggil aku dengan sebutan itu," gerutu Cherry, menatap tajam Drake dari sudut matanya.

Drake terkekeh. "Kalau seandainya kita bersaudara apa yang akan kamu lakukan?"

Diana yang sedang menyetir tiba-tiba melambatkan laju mobilnya, hatinya berdebar kencang, takut jika Drake tiba-tiba mengungkapkan sesuatu yang belum pasti.

"Aku akan mengusir mu dari rumah," jawab Cherry enteng, membuat Drake tertawa lebih keras.

Sesampainya di restoran.

Cahaya lampu remang-remang restoran mewah itu membias pada wajah cantik Diana. Ia melangkah anggun, diikuti oleh Drake dan Cherry yang berjalan beberapa langkah di belakangnya.

Cherry mengamati sekelilingnya dengan rasa kagum yang tercampur sedikit canggung. Interior restoran yang didominasi warna cokelat tua dan emas memberikan kesan elegan dan mewah.

"Apa yang ingin kalian pesan?" tanya Diana, suaranya lembut namun terdengar memerintah. Ia membuka menu dan menyerahkannya pada Drake dan Cherry.

Cherry membuka menu dengan hati-hati, matanya beralih dari satu hidangan ke hidangan lainnya. Harga yang tertera di samping setiap menu membuatnya sedikit tertegun. Ia terbiasa dengan restoran semewah ini, tapi entah kenapa sekarang rasanya ia bingung sendiri.

"Aku... apa saja," jawabnya akhirnya, memilih hidangan yang paling sederhana.

Diana tersenyum tipis. "Jangan sungkan, sayang. Pesan saja apa yang kamu suka."

Drake melirik Cherry yang tampak tak nyaman.

"Aku akan memesan steak yang paling terbaik di sini. Buatkan untuknya juga" ujarnya sambil menunjuk Cherry.

Cherry hanya bisa mengangguk patuh agar semuanya bisa cepat selesai. Ia berusaha menikmati suasana restoran, namun pikirannya melayang ke berbagai hal. Ia memikirkan tentang perbedaannya dengan kehidupan anak dan ibu yang sedang bersamanya saat ini.

Mereka hidup dalam dunia yang sangat berbeda, dunia yang terasa begitu jauh baginya.

Ia tidak pernah merasakan suasana seperti ini. Makan bersama seorang wanita. Hidupnya sudah terbiasa dikelilingi oleh banyak pria. Tapi meski tanpa ada sosok wanita di sampingnya, ia tetap bahagia.

Saat makanan tiba, Cherry hanya mengambil sedikit dari setiap hidangan. Ia lebih banyak mengamati Drake dan Diana yang tidak terlihat begitu akrab.

Diana mengulurkan tangannya, mengelus kepala gadis di depannya yang tampak melamun.

"Apa yang sedang kamu pikirkan? Apa kamu tidak suka dengan makanannya?" tanya Diana lembut.

"Ah, tidak. Aku hanya ingin segera pulang. Aku takut ayahku belum makan."

"Ayo!" celetuk Drake sambil beranjak berdiri. Diana dan Cherry serentak menoleh padanya.

"Aku akan mengantarmu pulang. Ayo!" ulangnya.

"Oke." Cherry tersenyum lega. Akhirnya ia bisa pulang.

"Terima kasih untuk makanannya. Aku izin pulang," pamit Cherry sambil menentang tasnya.

"Hm, baiklah. Kalian hati-hati, ya!" pesan Diana, menatap kepergian Drake dan Cherry.

Setelah mereka benar-benar tak ada di depannya, Diana membuka genggaman tangannya, kini ada beberapa helai rambut milik Cherry di tangannya.

"Aku harus memastikan semuanya."

1
Vanilabutter
agresif kali si cherry
Vanilabutter
ini kenapa dar der dor sekali baru chap awal /Facepalm/.... semangat thor
my_a89
Kein Problem Thor, santai aja..semangat Thor✊
Elmi Varida
lanjut thor
Elmi Varida
kasihan sih sebenernya cherry...
wajar dia nggak peduli lg dgn ortu kandungnya secara dia dr bayi sdh dibuang.🥲
Elmi Varida
ikut nyimak thor. lanjut ya..
Elmi Varida: Amen, sama2 Thor. sukses terus dan tetap semangat ya..
Fairy: Makasih udah baca cerita aku yang tak sempurna ini☺️ kakaknya semoga sehat selalu, dikasih rezeki yang berlimpah, dan selalu dalam lindungan Tuhan☺️
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!