NovelToon NovelToon
Trial Of Marriage

Trial Of Marriage

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / Romansa / Pernikahan rahasia
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Coffeeandwine

Jae Hyun—seorang CEO dingin dan penuh perhitungan—menikahi Riin, seorang penulis baru yang kariernya baru saja dimulai. Awalnya, itu hanya pernikahan kontrak. Namun, tanpa disadari, mereka jatuh cinta.

Saat Jae Hyun dan Riin akhirnya ingin menjalani pernikahan mereka dengan sungguh-sungguh, masa lalu datang mengusik. Youn Jung, cinta pertama Jae Hyun, kembali setelah pertunangannya kandas. Dengan status pernikahan Jae Hyun yang belum diumumkan ke publik, Youn Jung berharap bisa mengisi kembali tempat di sisi pria itu.

Di saat Jae Hyun terjebak dalam bayang-bayang masa lalunya, Riin mulai mempertanyakan posisinya dalam pernikahan ini. Dan ketika Seon Ho, pria yang selalu ada untuknya, mulai menunjukkan perhatian lebih, Riin dihadapkan pada pilihan: bertahan atau melepaskan.
Saat rahasia dan perasaan mulai terungkap, siapa yang akan bertahan, dan siapa yang harus melepaskan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Coffeeandwine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Burning Wires, Burning Hearts

Ruang kantor masih dalam suasana pagi. Aroma mesin kopi yang menyala, desis printer yang mulai bekerja, dan suara sepatu karyawan beradu dengan lantai mengisi ruang kerja yang terang oleh sinar matahari dari jendela besar.

Riin baru saja melangkah masuk melewati pintu kaca utama. Langkahnya lambat, tubuhnya terasa lebih berat dari biasanya. Bahu sedikit membungkuk, wajahnya dipulas bedak tipis untuk menyamarkan kelelahan dan kantung mata yang menghitam karena tidur tak nyenyak. Namun, senyumnya tetap dipaksakan seperti biasa.

Tubuhnya memang belum sepenuhnya pulih. Pinggangnya masih nyeri, perutnya kadang berdenyut tak menentu, dan kelelahan yang seharusnya bisa hilang setelah tidur malah tetap menggerogoti tubuhnya seperti rayap yang mengikis kayu. Tapi ia tetap datang. Bukan karena ingin terlihat tangguh, melainkan karena sudah terlalu sering dicap sebagai ‘favorit bos’_rumor yang sudah menyakitkan sejak dulu, apalagi sekarang setelah ia benar-benar menjadi istri sang CEO.

Seon Ho menjadi orang pertama yang menyambutnya di dekat meja resepsionis, dengan ekspresi cemas yang tak mampu ia sembunyikan. "Kau seharusnya tetap beristirahat hari ini," katanya pelan sambil menyesuaikan langkahnya dengan langkah Riin yang lemah. "Apa kondisimu sudah membaik?"

Riin hanya menatap lurus ke depan, sebelum akhirnya menjawab dengan suara rendah namun tegas, “Aku tak bisa, tanggung jawabku terlalu banyak. Kalau aku menghilang lebih lama, orang-orang bisa mulai menyalahkan atau_lebih buruk_membenciku.”

“Riin,” Seon Ho mengerutkan kening. “Itu bukan alasan yang bagus untuk mengabaikan kesehatanmu.” Ia mendekat sedikit, suaranya berubah menjadi lembut tapi mengandung teguran. “Dan untuk yang kemarin... Lain kali aku tidak akan membiarkanmu minum alkohol lagi.”

Riin melirik pria itu dengan helaan napas pelan. “Kenapa kau dan Ah Ri mengatakan hal yang sama? Dia tadi juga menceramahiku setengah mati sebelum aku berangkat.”

Seon Ho tersenyum miris. “Karena kau keras kepala. Dan sesekali kau memang perlu diingatkan bahwa tubuhmu bukan mesin.”

Riin tidak menjawab. Senyumnya kecil, tapi pahit. Mereka berjalan berdampingan menuju meja kerja saat suara gaduh dari sisi kanan ruangan memecah kesunyian pagi.

Salah satu staf editorial, Mi Na, berjalan dengan langkah cepat dan ekspresi seperti baru saja menemukan rahasia kerajaan. Ia menghampiri kelompok kecil yang sedang menyeduh kopi dan langsung membuka cerita, meski suaranya pelan seperti ingin merahasiakannya_tapi jelas tidak cukup pelan untuk luput dari telinga Riin dan Seon Ho.

“Pagi ini aku dapat berita yang lumayan menarik soal Sajangnim,” bisiknya, matanya melirik kanan-kiri memastikan perhatian penuh.

Riin menghentikan langkahnya. Jantungnya seperti terhenti sepersekian detik.

“Cho Sajangnim?” gumam salah satu staf, setengah penasaran.

Mi Na mengangguk, senyum penuh rahasia. “Aku tadi pagi tidak sengaja melihat Cho Sajangnim di rumah sakit. Kalian tahu siapa yang bersamanya?” Ia berhenti, memberi efek dramatis.

Pegawai lain mulai mendekat.

“Aku melihatnya... berpelukan dengan seorang wanita. Bukan hanya pelukan formal, ya. Tapi seperti... sangat dekat. Dan kalian masih ingat wanita cantik yang pernah datang ke kantor beberapa waktu lalu dan terlihat sangat akrab dengan CEO kita? Dialah orangnya.”

“Apa kau punya bukti?” tanya yang lain dengan skeptis.

“Tentu saja.” Mi Na membuka ponselnya dan menunjukkan sebuah foto. Jelas sekali itu Jae Hyun_dengan mantel hitam khasnya_berdiri terlalu dekat dengan seorang wanita yang wajahnya terlihat samar tapi cukup dikenali.

Mata Riin membelalak, lalu perlahan membeku.

Rasanya seperti seseorang baru saja menampar pipinya keras-keras.

Tubuhnya terasa dingin, seolah-olah darahnya berhenti mengalir sesaat. Di otaknya, ia mencoba berpikir logis. Mungkin itu hanya pelukan simpati. Mungkin itu tidak seperti yang mereka pikirkan. Mungkin...

Tapi “mungkin” tak cukup untuk menahan luka yang mulai menjalar di dadanya. Terutama saat seseorang dari kelompok itu melanjutkan, “Hei, bukankah Cho Sajangnim pernah bilang bahwa dia sudah menikah?”

“Jangan bilang dia punya wanita simpanan?” ujar yang lain, dan tawa kecil menyebar seperti virus, menyakitkan di telinga siapa pun yang masih punya hati.

Seon Ho langsung menoleh pada Riin. Wajah gadis itu pucat pasi. Jemarinya menggenggam cangkir kopi dengan begitu erat, hingga buku jarinya memutih. Mata Riin menatap kosong_ia terlihat seperti hendak runtuh kapan saja.

“Riin-ssi…” Seon Ho bersuara lirih.

Tapi Riin buru-buru berdiri. “Aku... aku ke toilet sebentar.” katanya, kemudian melangkah cepat, nyaris setengah berlari menuju toilet. Ia tak peduli beberapa orang memandang keheranan. Yang penting sekarang hanya satu hal: ia harus menemukan tempat tersembunyi untuk meluapkan amarahnya, emosinya, semuanya. Dan jika menangis adalah jalan keluar yang terbaik baginya, maka ia akan melakukannya.

***

Riin bersandar pada pintu salah satu bilik, duduk bersandar dengan lutut ditarik ke dada. Bahunya masih berguncang pelan. Tangisnya sudah mulai reda, tapi sisa-sisa isak tangisnya masih terdengar lirih.

Air mata sudah mengering di pipinya, namun perihnya masih tertinggal. Di dalam benaknya, bayangan Jae Hyun yang memeluk Youn Jung berulang-ulang seperti kaset rusak. Ia tahu, Jae Hyun punya sejarah dengan wanita itu. Ia tahu, perasaan cintanya pada wanita itu mungkin sudah tidak lagi ada, tapi rasa tanggung jawab itulah yang selalu jadi penghalang dan menghantui mereka.

Perutnya kembali nyeri, kali ini disertai rasa mual ringan. Ia menahan napas, menekan dada dengan kedua tangan, mencoba menenangkan diri. Tapi emosinya terlalu berantakan hari ini. Mungkin karena tubuhnya juga sudah terlalu lelah. Atau mungkin karena hatinya terlalu rapuh untuk menghadapi kenyataan bahwa ia mencintai seseorang yang masih dihantui masa lalu.

***

Sementara itu, di ruang desain yang hanya berjarak dua ruangan dari meja redaksi utama, suasana awalnya berjalan biasa. Beberapa karyawan masih sibuk memeriksa file desain novel berikutnya, sebagian lagi menikmati kopi pagi mereka.

Salah satu staf perempuan, Hye Jin, berdiri di dekat mesin laminasi otomatis yang digunakan untuk mencetak mock-up materi presentasi klien. Mesin itu, model lama yang sering rewel, mulai mengeluarkan bunyi aneh—berdecit dan tersendat.

"Ck... kenapa lagi ini," gerutunya sambil menekan tombol pause dan mencoba membuka panel samping.

Saat ia menunduk, uap panas mengepul dari bagian dalam mesin.

“Mingyu-ssi!” panggil Hye Jin, panik. “Bisa bantu lihat ini sebentar?”

Mingyu segera datang menghampiri. Ia mengenakan hoodie abu-abu dan celana jeans, dengan lencana ID yang tergantung setengah miring di dadanya.

"Mesin laminasi-nya bermasalah lagi?" tanyanya sambil menunduk memeriksa kabel dan sirkuit dalam panel. “Sepertinya ada kertas yang tersangkut di dalam. Tapi bau terbakar juga mulai muncul. Mungkin kabel power-nya lepas atau overheat,” gumamnya, setengah berbicara kepada dirinya sendiri.

Namun, saat ia mencoba menyambung ulang kabel sirkuit yang longgar, percikan api kecil muncul—cepat dan nyaris tak terlihat. Lalu dalam hitungan detik…

Sebuah suara ledakan kecil terdengar. Api menyambar ujung kabel dan menghanguskan bagian bawah mesin. Asap tipis mengepul, bau plastik terbakar segera memenuhi udara. Hye Jin menjerit. Suara mesin-mesin lain di sekitarnya ikut mati mendadak karena korslet.

Mingyu jatuh terdorong, mengenai meja belakangnya. Tangannya terkena serpihan logam panas dari bagian mesin yang meledak.

“Astaga! Mingyu!” teriak salah satu staf lainnya.

Suasana berubah kacau. Lampu darurat menyala. Alarm kebakaran berbunyi keras, melengking dan menusuk telinga. Cahaya merah berkedip-kedip di dinding dan langit-langit. Orang-orang panik. Beberapa langsung berlari ke arah pintu darurat, beberapa lainnya sibuk menutup dokumen atau menyelamatkan laptop mereka. Aroma kabel gosong menyebar cepat ke seluruh ruangan.

***

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!