"Hai Om, ganteng banget sih. mana lucu, gemesin lagi."
"Odel. a-ah, maaf tuan. teman saya tipsy."
Niccole Odelia jatuh cinta pada pandangan pertama pada seseorang pria dewasa yang ditemuinya di bar. meski mabuk, dia masih menginggat dengan baik pria tampan itu.
Edgar Lysander, seorang pengusaha yang tampan dan kaya. dia tertarik pada Odelia yang terus menggodanya. namun dibalik sikap romantisnya, ada sesuatu yang dia sembunyikan dari Odelia.
Akankah cinta mereka semulus perkiraan Odelia? atau Odelia akan kecewa dan meninggalkan Edgar saat mengetahui fakta yang disembunyikan Edgar?
ikuti terus kisah cinta mereka. jangan lupa follow akun Atuhor.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Addryuli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 33
Suara dentuman musik terdengar memekakan telinga, di ruang VIP Edgar duduk bersama Theodore sambil menikmati minuman dimeja mereka. Tatapan mata Edgar menatap lurus ke depan, namun pikirannya sedikit berisik karena pertemuan tak sengaja Odelia dan Alysa.
Gluk.
Gluk.
Edgar kembali meminum minumannya, dia menyandarkan tubuhnya ke sofa. Disamping Edgar, Theodore memperhatikan sahabatnya sengan kening berkerut.
"Ada masalah?" tanya Theo.
Edgar kembali menegakkan tubuhnya lalu mengangguk.
"Bukannya masalah perceraian kalian udah hampir beres?"
"Bukan itu, masalah ini jauh lebih rumit."
"Apa?"
Edgar menatap Theo dengan tatapan serius.
"Odelia pernah bertemu Alysa."
"Uhuk..uhuk.." Theodore tersedak ludahnya sendiri.
"Apa? Bagaimana bisa?"
"Saat anak buah lo mata-matain Alysa di Mall, Odelia juga ada disana sama Aston." jawab Edgar.
"Aston? Ponakan Alysa?"
Edgar menganggukan kepalanya. "Iya, dan kemarin mereka ketemu lagi di toko kue."
"Pffttt." Theodore menahan tawanya.
Edgar melirik sahabat sekaligus asistennya itu dengan tajam. Disaat seperti ini Theodore malah menertawakannya.
"Diam." desis Edgar.
Theodore berdehem agar tawanya berhenti.
"Sorry sorry. Tapi bukankah ini keajaiban, calon mantan istri bertemu calon pacar."
Plak.
Edgar memukul kepala belakang Theodore dengan kuat.
"Sakit Ed."
Tak mempedulikan ringisan Theodore, Edgar kembali menuangkan minumannya. Pikirannya yang tadi kacau sedikit tenang saat minuman itu mulai menguasai tubuhnya.
"Tapi, apa nggak sebaiknya lo jujur sama Odelia Ed?"
"Gue masih ragu."
"Lo tahu selicik apa Alysa, takutnya akan berimbas pada Odelia."
Cekrek.
Seseorang dari kejauhan mengambil beberapa gambar Edgar dan Theo yang tengah minum. Sejak kedatangan mereka berdua, dirinya selalu mengawasi keduanya namun tak ada hal yang mencurigakan sama sekali.
Tatapan Theo mendegar, dia melihat seseorang berpakaian serba hitam tengah menatap keatah mejanya. Tak lama orang yang dilihatnya pergi saat menyadari tatapannya.
"Mencurigakan." batin Theodore.
Melihat Theodore yang menatap ke arah pojok ruangan membuat Edgar mengikuti arah pandang Theo. Namun dia tak menemukan apa-apa disana atau sesuatu yang mencurigakan.
"Ada apa The?"
"Ah nggak. Tadi kaya lihat teman lama tapi ternyata bukan."
Edgar mengangguk percaya kemudian kembali menyesap gelasnya.
●
●
Hari ini merupakan hari pertama ujian semester satu dilaksanakan. Odelia dan kedua sahabatnya tengah membaca buku di luar kelas sambil memakan cemilan yang sengaja dibeli tadi.
"Susah banget sih hafalinnya."
Cessa meletakan buku tulisnya dengan kasar ke pangkuannya. Dia mencomot coklat milik Zara lalu memakanya.
"Jangan berisik Cess, gue nggak konsen nih." ucap Zara.
Tap.
Tap.
Sepasang sepatu berhenti didepan mereka, Cessa mendongakkan kepalanya menatap siapa yang berdiri disana.
"Aston." ucap Cessa.
Odelia yang tengah membaca buku seketika meletakkan bukunya lalu mendongak saat mendengar nama Aston.
"Hai Del." sapa Aston.
Cessa san Zara saling sikut saat Aston hanya menyapa Odelia saja. Mereka kompak berdehem untuk menggoda keduanya.
Odelia menatap sahabatnya dengan tajam. "Apaan sih." lirihnya.
Aston hanya tersenyum menanggapi kedua sahabat Odelia. Dia kemudian berjongkok di hadapan Odelia kemudian memberi kantung plastik pada Odelia.
"Buat kamu." ucap Aston.
Odelia tersenyum canggung. "Sebenarnya nggak perlu repot-repot As, aku juga usah punya makanan sendiri kok."
"Nggak papa, ambil aja. Jangan lupa dimakan ya."
Terpaksa Odelia menerima lagi makanan pemberian Aston.
"Makasih, lain kali nggak perlu repot-repot."
Aston mengangguk, tangannya terangkat lalu mengacak pelan pucuk kepala Odelia.
"Aku balik ke ruanganku dulu."
Setelah Aston pergi, semua murid yang melihat sikap manis Aston pada Odelia kompak menyoraki Odelia termasuk kedua sahabatnya.
"Cie cie, apakah kapal ini akan segera berlayar?"
Odelia mencubit lengan Cessa yang kebetulan duduk disampingnya.
"Berlayar-berlayar, gue sedang memperjuangkan cinta gue buat om duda ya. Enak aja." ucap Odelia.
"Serem Cess, sedang memperjuangkan cinta yang lain ternyata."
"Ish, kalian ngeselin deh."
Srak.
Zara merebut plastik yang tadi diberikan Aston, dia membuka plastik itu untuk melihat apa isinya.
"What? Roti sama susu lagi?" ucap Zara tak percaya.
Cessa merebut plastik itu lalu mengeluarkan isisnya.
"Aston kaya ibu-ibu posyandu ngasih susu sama roti. Dia pikir Odelia stunting apa?"
"Makan aja, gue takut ada jampi-jampinya nanti gue suka lagi sama Aston."
Cessa dan Zara kompak melongo mendengar ucapan Odelia.
"Gue juga ogah, gue alergi susu sapi." ucap Cessa lalu memberikan plastik itu pada Zara.
"Kok gue sih, gue juga ogah." Zara memberikannya pada Odelia.
Odelia membelakan matanya. "Kalian-"
Tet.
Tet.
Bunyi bel masuk menghentikan ucapan Odelia, Cessa dan Zara segera membereskan barang-barangnya.
"Aish, kalian ini."
Odelia memasukan roti dan susu pemberian Aston tadi ke dalam tas. Dia takut saat hendak membuangnya, lebih baik nanti diberikan pada yang membutuhkan saja.
Karena hanya ujian, sekolah Odelia pulang lebih awal. Kini dia sedang berjalan menuju parkiran bersama dua sahabatnya.
Ting.
Ponsel Odelia berdenting, dia mengambilnya dari saku seragamnya lalu melihat siapa yang mengirimnya pesan.
"Om Edgar, tumben." gumamnya sambil tersenyum.
"Kalo udah senyum-senyum gini, pasti dari sugar daddynya." ucap Cessa.
"Guys, kayanya gue nggak bisa ikut nongkrong deh." ucap Odelia.
"Mau kemana lo?" tanya Zara.
"Gue mau makan siang sama om Edgar." jawab Odelia.
Zara dan Cessa mengerlingkan bola matanya. "Sana-sana pergi, geng kita cuma buat jomblo."
"Iya, yang otw punya pacar kita diskualifikasi." sambung Cessa.
Odelia mengerjap-ngerjapkan matanya pelan.
"Babay jomblo."
"Wah, makin ngelunjak mentang-mentang punya papa gula." seru Zara.
Odelia masuk ke dalam mobilnya, dia segera melajukan mobilnya keluar dari parkiran sekolah menuju tempat janjiannya makan siang dengan Edgar.
Tanpa berganti pakaian terlebih dulu, Odelia langsung menuju restoran. Kebetulan tempat restoran itu tak terlalu jauh dari sekolahnya. Beberapa menit kemudian dia sampai di parkiran restoran itu.
"Kenapa setiap makan harus di ruang VIP?" gumam Odelia.
Odelia segera keluar dari mobil takut Edgar menunggu terlalu lama. Dia masuk ke dalam restoran kemudian mencari letak ruang VIP berada. Setelah menemukannya dia bertemu dengan Theodore yang berdiri didepan pintu.
"Om Theo."
Theo segera membuka pintu. "Ayo masuk."
Odelia segera masuk lalu Theo menutup pintunya.
"Hai." sapa Edgar.
Odelia tersenyum lalu duduk di samping Edgar.
"Tumben ngajak makan siang bareng om?"
Edgar mengangguk. "Iya kebetulan ada pekerjaan disekitar sini."
"Gimana ujiannya, bisa?"
"Bisa dong."
Theodore duduk didepan Edgar, dia memutar bola matanya malas saat melihat bosnya seperti anak abg jatuh cinta.
Tak lama makanan mereka datang, Edgar segera memulai makan siangnya karena masih ada pekerjaan lain nanti.
"Makan yang banyak." ucao Edgar sambil meletakkan potongan daging ikan.
"Makasih om."
Di luar, seseorang tersenyum sinis saat melihat hasil jepretannya. Dia segera pergi dari sana sebelum pihak restoran mencurigai gerak geriknya.