NovelToon NovelToon
Spring Song For You

Spring Song For You

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Romansa
Popularitas:997
Nilai: 5
Nama Author: Violetta

cerita tentang seorang serigala penyendiri yang hanya memiliki ketenangan tapi musik menuntun nya pada hal-hal yang terduga... apakah itu musim semi...

aku hanya bermain musik untuk mencari ketenangan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21 - Sekolah

Di meja makan, aroma roti panggang dan telur orak-arik memenuhi udara. Hilda duduk dengan tenang, menyeruput kopinya sambil membaca berita dari tablet. Tissa sudah hampir menghabiskan sarapannya ketika langkah kaki Vio terdengar menuruni tangga, masih dengan rambut sedikit basah dan mata yang belum sepenuhnya terbuka.

“Pagi,” ucapnya pelan sambil duduk di kursi biasa.

“Pagi juga, Kak Vio,” sahut Tissa ceria, mulutnya masih sedikit penuh.

Hilda melirik sekilas ke arah adiknya dan tersenyum kecil. “Akhirnya bangun juga. Kamu kelihatan seperti kurang tidur.”

“Sedikit…” Vio mengambil sepotong roti dan mengoleskan selai kacang dengan gerakan lambat. “Semalam bantuin Tissa ngerjain PR soalnya.”

Tissa langsung menoleh, “Eh? Itu bukan salahku dong! Aku cuma—”

“Bicara berputar-putar selama sepuluh menit sebelum akhirnya ngaku minta bantuan,” potong Vio sambil mengunyah pelan, menatap Tissa dengan ekspresi datar.

Hilda tertawa pelan. “Kalian ini seperti kakak-adik beneran ya.”

Tissa hanya tersenyum tipis, tidak menjawab. Sementara itu, Vio menyelesaikan sarapannya dalam diam. Begitu selesai, ia langsung berdiri dan menggantung tasnya di bahu.

“Yuk, berangkat.”

---

Langit pagi itu cerah dengan angin sepoi yang menyegarkan. Suasana jalanan mulai ramai oleh siswa-siswi berseragam dan para pekerja yang berlalu lalang.

Vio dan Tissa berjalan berdampingan, menyusuri trotoar yang teduh oleh pepohonan. Tidak banyak percakapan terjadi, hanya suara langkah kaki dan lalu lintas yang mengiringi mereka.

Setibanya di gerbang sekolah, Vio seperti biasa mengantar Tissa terlebih dahulu ke kelas miliknya.

“Apa kamu tidak lupa dengan payung? Katanya bisa saja hujan nanti,” ucap Vio saat mereka berhenti di depan kelas Tissa.

“Bawa, Kak!” sahut Tissa sambil berdiri tegak, kemudian tertawa kecil. “Dan makasih ya… buat tadi malam.”

Vio hanya mengangguk singkat, tidak berkata apa-apa lagi sebelum berbalik dan melanjutkan langkahnya menuju gedung kelasnya sendiri. Pagi itu masih panjang, dan entah kenapa, pikirannya belum sepenuhnya terjaga meski tubuhnya terus berjalan.

Pagi di kelas terasa seperti biasa suara gaduh dari murid-murid yang baru datang, langkah kaki tergesa di lorong, dan tumpukan kertas PR yang dikumpulkan menjelang pelajaran pertama. Vio duduk di bangkunya, membuka buku catatan sembari sesekali menguap kecil. Matanya memang terbuka, tapi pikirannya belum sepenuhnya fokus.

Reina duduk di sebelahnya, memerhatikan Vio yang tampak masih melayang.

“Kamu kelihatan ngantuk banget hari ini,” ucap Reina sambil mengeluarkan alat tulis.

Vio hanya mengangguk pelan. “Kurang tidur dikit.”

Reina tidak bertanya lebih jauh. Mereka sudah cukup dekat untuk saling memahami bahwa Vio bukan tipe yang suka ditanya terus-menerus soal urusan pribadinya.

Tak lama, guru masuk dan kelas pun dimulai. Pelajaran pertama hari itu adalah literatur. Vio sebenarnya menyukai mata pelajaran ini, tapi pagi ini, setiap paragraf yang dibaca di papan terasa seperti deretan huruf kabur. Ia mencatat secukupnya, mendengarkan setengah sadar, dan sesekali memandangi jendela, membiarkan pikirannya melayang ke postingan komunitas tadi malam dan lagu yang ia nyanyikan sebagai Violetta.

Saat jam istirahat tiba, suara bel seperti angin penyelamat. Vio menyandarkan tubuh ke sandaran kursi, melepaskan napas panjang.

“Aku ke kantin dulu, kamu mau nitip sesuatu?” tanya Reina.

“Air mineral aja, makasih.”

Reina pergi, meninggalkan Vio sendirian di kelas yang mulai sepi. Beberapa anak berkumpul di pojok kelas, membahas soal ranking mingguan yang mulai keluar hari ini.

Tanpa sadar, Reuxen muncul dari pintu kelas, melambaikan tangan sambil membawa dua roti dalam plastik.

“Yo! Mau?” tanyanya sambil mendekat.

“Enggak, makasih,” jawab Vio singkat.

“Tissa nitip bilang jangan lupa istirahat,” kata Reuxen, duduk di kursi depan Vio dan memutar badan menghadapnya.

Vio mengangguk kecil. “Dia di kelasnya?”

“Kayaknya sih masih ribut sama temen-temennya. Kayak biasa.” Reuxen menggigit rotinya sambil bicara, “Kamu kelihatan kayak butuh tidur seharian.”

“Punya waktu tidur aja udah syukur.”

“Apa kau begadang?” tanya Reuxen setengah berbisik.

Vio menatapnya tajam sejenak sebelum menjawab datar, “Entah.”

---

Bel berbunyi kembali, menandakan pelajaran kedua dimulai. Hari itu diisi dengan Matematika dan Kimia, dua pelajaran yang membuat kebanyakan siswa mengeluh. Namun, Vio berusaha tetap fokus meski pikirannya terus kembali ke lagu yang diminta oleh Zeo semalam. Kata-kata dalam lirik itu masih terngiang, membekas seperti lukisan samar di benaknya.

Saat bel akhir pelajaran berbunyi dan murid-murid mulai bersiap pulang, Vio hanya ingin cepat-cepat keluar dari gedung dan menghirup udara luar yang segar.

Tak lama kemudian, sosok mungil dengan seragam sedikit kusut muncul di depan pintu kelas terlihat buru-buru. Tissa dengan rambut diikat dua dan senyum cerah khasnya berdiri sambil melambai kecil ke arah Vio.

“Kak!” sapanya, lalu masuk ke dalam dan langsung menghampiri Vio.

“Hai, Reina!” sambungnya lagi dengan ceria, memberi lambaian sopan pada gadis di sebelah Vio.

Reina mengangguk sambil tersenyum. “Hai, Tissa. Udah selesai juga ya?”

“Iya! Aku buru-buru ke sini, takut kak Vio udah pulang duluan.” Tissa cemberut manja.

Tak lama, Reina menghampiri mereka, diikuti oleh Reuxen yang seperti biasa membawa aura santai dan senyum lebarnya.

“Eh, kita jadi, kan?” tanya Reuxen sambil mengacak rambutnya yang sedikit berantakan oleh angin. “Kemarin katanya mau keluar sebentar cafe kecil di blok sebelah sekolah, inget nggak?”

Tissa langsung menepuk tangannya pelan seperti baru teringat. “Oh iya! Yang kamu bilang tempatnya lucu dan ada dessert aneh itu, ya?”

Reuxen mengangguk penuh semangat. “Betul banget. Katanya juga ada live musik kecil, siapa tahu bisa dapet inspirasi baru, ya kan, Vio?”

Vio tak langsung menjawab. Tapi dari samping, Tissa menatapnya dengan wajah setengah memohon, ekspresi yang biasa dia pakai kalau sedang ingin sesuatu. Meski tak berkata apa-apa, matanya menyiratkan: Boleh ya, Kak? Sekali ini aja.

Vio menghela napas pelan, lalu menatap Tissa sebentar.

“…Kalau kamu mau ikut, nggak apa-apa. Tapi jangan pulang terlalu larut, ya,” ucap Vio dengan tenang.

Namun, Tissa langsung menggeleng kecil, senyum cerahnya memudar sedikit.

“Nggak jadi, deh. Kalau kakak nggak ikut, aku juga pulang. Lagi pula, aku udah janji bantuin Kak Hilda nyiapin sesuatu malam ini.”

Reina juga menambahkan, “Aku juga pulang aja. Aku harus ada di rumah jam delapan.”

Reuxen mengangkat bahu santai, tidak tampak kecewa sama sekali. “Wah, ya sudah. Mungkin lain kali. Tapi jangan bilang aku nggak ngajak, ya.”

“Tentu saja tidak,” jawab Vio, masih dengan ekspresi datarnya.

Mereka pun berjalan pulang bersama, menyusuri trotoar di bawah sinar matahari sore yang hangat, langkah mereka ringan walau arah tujuannya tetap sama rumah.

1
Finn
ahhhhh..... lagunya bagusss kak /Cry/
_Graceメ: makasih (⁠╥⁠﹏⁠╥⁠)
total 1 replies
Finn
ohhh!!! 😲
Finn
ohh!!! ada lagu original nya /Drool/
_Graceメ: ada dong ヾ⁠(⁠・⁠ω⁠・⁠*⁠)⁠ノ
total 1 replies
Finn
main dobrak aja ya /Facepalm/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!