Pengantin Tuan Adam

Episode 20 : Dia cantik sekali.

***

Waktu akhirnya berlalu,

Malam penuh penderitaan dan penyesalan bagi para pelayan sedangkan bagi Alice merupakan malam paling hangat dan nyaman sepanjang hidupnya.

Untuk kali pertama dia tidak bermimpi buruk atau merasa ketakutan, malah sebaliknya tadi malam dia sedang bermimpi memeluk seekor panda berbadan gempal dan imut, dan dia mengusap-usap rambutnya gemas.

Itu adalah mimpi yang sangat aneh bagi Alice, mengingat dia belum pernah bermimpi hal lucu itu sebelumnya.

Alice tidak sadar saja, jika rambut yang ia usap bukanlah seekor panda, melainkan rambut Adam Duke.

Dan malam itu sungguh merupakan malam penyiksaan bagi Adam karena dia tidak bisa melakukan apapun walau dia sedang bergairah sekali.

***

Pagi itu matahari cerah sekali, menyinari ruangan Adam Duke melewati kaca yang ada di ruangannya.

Sinarnya membuat Alice terbangun, matanya mulai membuka secara perlahan, dia menemukan dirinya terbangun diatas ranjang yang luas dan empuk, terang dan hangat.

Dia sedikit kebingungan untuk beberapa saat, tetapi saat ia menoleh ke sisinya dia terkejut sekali, menemukan ika dia ternyata tertidur dengan seseorang.

Alice membelalakkan matanya dan secara spontan langsung menutup mulutnya, matanya melekat menatap lelaki yang masih terlelap terbaring di sampingnya.

“Tu … Tuan Adam? kenapa aku bisa ada di sisinya?”

“Tidak tahu diri kau Alice, apa yang sudah terjadi tadi malam? sehingga aku bisa naik dan tidur di ranjang yang seharusnya tidak aku tiduri!”

Alice menyalahkan dirinya sendiri, dia tidak terlalu ingat apa yang terjadi tadi malam, yang ia tahu setelah ia membersihkan tubuhnya dia kelelahan dan tertidur begitu saja.

Dia tidak mengerti mengapa dia tiba-tiba saja bisa ada di atas ranjang Adam Duke.

“Aku harus segera turun, jika Tuan melihatku dengan lancang tidur di sisinya bisa-bisa dia akan membuangku!” geram Alice hendak beranjak.

Namun saat ia menatap kearah Adam Duke yang kelihatan masih memejamkan mata, Alice sedikit terlena.

Dia berhenti sejenak, dia menatap wajah tampan yang bersinar di matanya, tubuhnya yang atletis benar-benar terpampang nyata di hadapan Alice.

Hal itu entah mengapa membuat Alice malu dan pipinya sudah merah merona.

Lelaki yang menjadi penyelamat hidupnya itu terlihat sangat tampan, semakin ia perhatikan semakin tampan wajahnya, Alice sudah duduk di samping Adam, dia menunduk agar bisa melihat wajah Adam lebih dekat lagi.

Tangan mungilnya secara refleks hendak menyentuh pipi Adam, dia juga kebingungan mengapa dia ingin mengusap wajah Adam, akan tetapi Alice tidak bisa menahannya.

Sampai ketika saat tangannya hendak mengusap pipi Adam, Adam yang merasa ada sesuatu mendekat ke wajahnya langsung siaga.

Walaupun Adam memang masih tidur, akan tetapi dia memiliki kemampuan yang hebat, dia sangat siaga walaupun dalam tidurnya, mungkin karena kerasnya hidup yang ia alami sejak ia masih muda membuatnya terbiasa siaga dan tanggap seperti ini.

“Srek!”

Adam langsung menarik tangan yang mendekat kearahnya, dan mendorong Alice sampai terjerembab ke kasur.

Namun saat ia membuka matanya, yang ia lihat bukanlah musuh akan tetapi istrinya sendiri yang terkejut dan dengan wajah yang terlihat cemas.

“Tu … Tuan,” Alice langsung ketakutan, dia mengira Adam Duke sangat marah padanya karena dengan lancang sudah naik keatas ranjangnya dan dengan seenaknya tidur begitu saja.

Yah, walaupun Alice juga kebingungan mengapa dia bisa diatas ranjang lelaki yang sudah menjadi suaminya ini, karena seingatnya dia tidur diatas kursi sofa bukan diatas ranjang.

Sedangkan Adam yang menyadari jika yang ada di bawahnya bukan orang lain melainkan Alice langsung bernafas lega.

Posisinya Adam sekarang sedang mencengkeram kedua tangan Alice, yang ia naikkan keatas kepala Alice dan Adam sedang ada di atas tubuh Alice, jarak mereka hanya beberapa centimeter saja sekarang ini.

“Glek!”

Pagi itu saat bangun, hal pertama yang dilihat oleh Adam adalah wajah cantik istrinya, yang hanya mengenakan kemeja putih miliknya tanpa mengenakan apapun didalam sana.

“Sial, dia cantik sekali, terlalu cantik sampai aku tak bisa memalingkan wajahku,” gumam Adam secara tidak sadar sama sekali tidak mengubah posisinya, tetap mencengkeram tangan Alice dan berada di atas tubuhnya.

.

.

.

.