"Patuhilah semua peraturan, hanya enam bulan, setelah itu kau bebas melakukan apapun."
"Nona, terimalah. Setidaknya Anda bisa sedikit berguna untuk keluarga, Anda."
Ariel dipaksa menikah dengan Tuan Muda yang selama bertahun-tahun menghabiskan waktunya di kursi roda. Enam bulan, inilah pernikahan yang sudah terencana.
Hingga waktunya tiba, Ariel benar-benar pergi dari kehidupan Tuan Muda Alfred.
Di masa depan, Ariel kembali dengan karakter yang berbeda.
"Kau, masih istriku, kan!"
"Tuan, maaf. Sepertinya Anda salah mengenali orang!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon acih Ningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21. Tuan Muda Terluka
Ariel kembali ke kursi yang menjadi alas tidurnya, meskipun takut wanita ini coba berbaring, memeluk ponselnya dan menutupi seluruh tubuhnya.
Tapi sampai matahari terbit Ariel tidak bisa tidur.
Setelah berpikir matang, Ariel memutuskan untuk tidak menceritakan apa yang dia lihat kepada Bibi Imel atau siapapun. Tidak ada bukti, dia tidak sempat memotret sosok semalam. Jika dia bercerita pada Arthur atau penjaga kebun, mereka pasti menganggap Ariel mengigau atau berhalusinasi.
“Nona Anda terlihat sangat lelah, apa Anda semalam tidur dengan baik?” Tanya Bibi Imel saat melihat Ariel begitu pucat.
“Aku tidak apa-apa,” sahut Ariel, yang terus berjalan menuju kamarnya untuk menyimpan selimut dan bantal.
“Nona, pagi ini Anda tidak perlu menyiapkan air hangat untuk tuan muda mandi.”
“Apa! Benarkah!” Kata Ariel memastikan, kalau-kalau telinganya salah mendengar, karena semalaman tidak tidur mungkin saja bisa menurunkan fungsi ketajaman indra pendengarnya.
“Benar Nona, tuan muda yang mengatakannya pada saya.”
Ariel mengangguk.
“Bibi!” panggil Arthur yang berada di ruang keluarga, panggilan lelaki itu nyaring sampai terdengar di kamar sempit Ariel.
Sadar sedang dicari, Bibi Imel langsung beranjak, “Nona, saya tinggal dulu.”
Dengan tergopoh-gopoh, Bibi Imel menghampiri Arthur, “Ada apa? Arthur.”
“Dimana kau menyimpan kotak obat?”
Kotak obat…
Bibi Imel terkejut sekaligus khawatir, “Untuk apa? Siapa yang terluka?”
“Tuan muda.”
“Astaga! Apa yang terjadi dengan tuan muda sampai membuatnya terluka? Apa parah? Apa saya harus memanggil tabib?”
“Tidak perlu bibi, tuan muda menolak, beliau hanya memerlukan kotak obat saja.”
“Baik!” Dengan berlari kecil, Bibi Imel menuju dimana letak kotak obat tersimpan.
“Terima kasih,” ucap Arthur setelah menerima apa yang dia butuhkan.
“Arthur, tunggu!” Cegah Bibi Imel sebelum lelaki itu kembali ke kamar Alfred.
“Ya!”
“Apa luka tuan muda, benar-benar tidak serius?”
“Tidak, Bibi tidak perlu khawatir.”
…
Kenapa lelaki itu bisa terluka? Padahal dia tidak pernah pergi kemanapun, kamar dan ruang kerjanya. Hanya dua tempat ini yang sering Alfred kunjungi sehari-harinya dan dua ruangan itu berada di dalam kastil, tidak ada benda berbahaya di sana apa yang membuatnya terluka?
Pertanyaan ini jelas terlintas di pikiran Ariel saat Bibi Imel mengatakan! ‘tuan muda, terluka.’
*Apa dia melakukan percobaan, mengakhiri hidupnya? Aaah... tidak mungkin, dia tidak terlihat seperti orang yang putus asa meskipun memiliki keterbatasan... justru dia terlihat menyeramkan seperti tokoh antagonis*.
“Semoga saja, luka tuan muda tidak parah,” kata Bibi Imel yang terlihat sangat khawatir, sudah bertahun-tahun dia mengurus Alfred. Sudah pasti rasa khawatir melanda saat mendengar lelaki itu terluka.
“Aku yakin lukanya tidak parah, jika parah, Arthur sudah pasti memanggil dokter,” sahut Ariel, menenangkan Bibi Imel.
“Ya, semoga saja Nona.”
“Bibi, boleh aku bertanya sesuatu?”
“Ya, katakan Nona.”
“Emm…untuk menuju hutan belakang kastil, harus melewati akses mana?”
Bibi Imel terkejut!
“Bibi jangan berpikir macam-macam, aku hanya ingin tahu saja, sungguh!” sambung Ariel cepat sebelum Imel mencurigainya.
*Semoga bibi Imel percaya. Ayolah*....
“Tidak ada akses keluar atau masuk melalui tembok belakang, Nona. Satu-satunya akses keluar hanya melalui gerbang depan.”
Ariel mengangguk.
*Tidak ada akses, bagaimana caraku bisa kehutanan itu*....
…..
Tiga hari setelah kejadian Ariel memergoki sosok misterius. Wanita ini tidak lagi melihat atau mendengar suara sosok itu. Padahal selama tiga malam itu Ariel selalu menaiki tangga memastikan sosok itu. Tapi dia tidak lagi melihatnya.
Mungkin saja penyusup itu takut hingga tidak lagi kembali.
“Nona, tuan muda meminta Anda datang ke ruang kerja,” kata Bibi Imel yang mengacaukan renungan Ariel, gadis ini tengah menatap serius tembok belakang kastil.
Sudah tiga hari Ariel tidak melihat Alfred karena lelaki itu mengurung diri di kamar, dia juga tidak menyiapkan keperluan lelaki itu selama tiga hari ini, dan sekarang! tiba-tiba Alfred ingin bertemu dengannya.
“Ya, aku akan segera ke sana.”
Di ruang kerja.
“Sudah beberapa hari ini, Nona Ariel tidak pergi kemanapun, hampir sepanjang hari dia berada di taman belakang. Menghabiskan waktu disana,” kata Arthur saat Alfred mempertanyakan Ariel.
Taman belakang…apa yang menarik di tempat itu….
Tok! Tok!
orang yang sedang dibicarakan mengetuk pintu.
“Masuk!”
Ariel membuka pintu dengan pelan nyaris tak bersuara, dan melangkah secara perlahan memasuki ruang kerja tuan muda, “Anda memanggil saya, tuan?”
“Ya!”
Setelah memastikan jika dia benar dipanggil, Ariel memberanikan diri mengangkat wajah melihat sosok yang duduk membelakangi tirai abu-abu.
Ariel menyipitkan matanya, kaki Alfred yang bertopang di kursi roda, terlihat berbalut perban putih.
*Kakinya yang terluka... dia tidak bisa berjalan kan! Kenapa terluka? Apa tergelincir saat dia mencoba bangun*?