Penculikan yang terjadi membuatnya merasa bersalah dan bertekad untuk pergi dan menjadi lebih kuat agar bisa melindungi seorang gadis kecil yang sangat ia sayangi yaitu cucu dari Boss ayahnya. Tanpa ia sadari rasa sayangnya terhadap gadis kecil itu berubah menjadi rasa cinta yang sangat mendalam saat mereka tumbuh besar namun menyadari statusnya yang merupakan seorang bawahan, ia tidak berani mengungkapkan hati kepada sang gadis.
Namun siapa sangka saat mereka bertemu kembali, ternyata menjadi kuat saja tidak cukup untuk melindungi gadis itu. Nasib buruk menimpa gadis itu yang membuatnya hidup dalam bahaya yang lebih dari sebelumnya. perebutan kekayaan yang bahkan mengancam nyawa.
Apakah pria tersebut dapat melindungi gadis yang disayanginya itu? dan apakah mereka bisa bersama pada akhirnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Skyla18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Rapat dewan di gelar di lantai 50, di ruangan yang besar itu ada meja panjang yang melingkar dan 12 kursi besar menghadap ke layar monitor. Di tengah ruangan, duduk seorang pria tua yang memakai jas hitam dengan rambut putih yang tertata rapi. Dia adalah Tuan Hengky, Kakek Alya dan pemilik terakhir suara warisan perusahan Hartono.
Kursi di sisi kiri Kakek Alya di duduki oleh para pemegang saham minoritas dan penasihat hukum. Sedangkan kursi di sisi kanan kakek Alya di duduki oleh lima anggota dewan lama, yang di antaranya adalah Yudi Hartono. Paman Alya itu terlihat mengenakan perban di tangan kirinya, Ia menatap tajam ke arah Azka dan Alya yang baru masuk ke dalam rapat itu.
Azka berdiri di belakang Alya yang duduk di kursi sebelah Kakeknya. Ia berdiri hanya sebagai pengawal Alya ,namun semua orang tahu bahwa kehadirannya lebih dari seorang pengawal.
Setelah semuanya sudah hadir di ruangan rapat itu, Kakek Alya pun mulai membuka rapat itu.
"Selamat sore, semuanya. Seperti yang kita tau, hari ini kita di hadapkan pada 2 pilihan yaitu melanjutkan perusahaan ini dengan bersih atau membiarkan perusahaan ini di kendalikan oleh jaringan bawah tanah yang telah lama menyusup," ucap Kakek Alya memulai rapat itu
Semua orang pun hanya terdiam dan memandang ke arah Alya. Alya yang mengerti bahwa mereka sudah menunggu dirinya untuk bicara pun segera bangkit berdiri.
"Saya tau bahwa nama saya tercantum dalam surat warisan sebagai pewaris utama. Tapi hari ini saya tidak datang sebagai cucu dari kakek saya ataupun sebagai anak dari mendiang ayah saya. Melainkan saya datang sebagai seseorang yang siap membersihkan perusahaan ini," ucap Alya dengan penuh keyakinan
Beberapa orang di rapat itu pun mulai berbisik-bisik saat mendengar ucapan Alya namun Alya tidak menghiraukannya.
"Beberapa hari yang lalu, saya menerima dokumen yang membuktikan bahwa salah satu dari kita di ruangan ini telah terlibat dalam aliran dana ilegal dengan jaringan kriminal yang di sehut Regan," ucap Ayla yang langsung menatap ke arah pamannya itu.
"Kau punya bukti keponakanku?" tanya Yudi sambil tersenyum sinis
Alya pun segera mengambil flashdisk dan menghubungkannya ke layar monitor ditengah ruangan dan kemudian data-data pun mulai bermunculan, mulai dari data transaksi demi transaksi, laporan dan bahkan salinan kontrak. Semua orang pun terdiam mengamati data-data itu, hingga salah satu dewan pun berdiri.
"Jika tuduhan ini benar dan memiliki bukti sekuat ini, maka posisi pak Yudi Hartono dalam dewan harus dipertimbangkan ulang. Segala pengaruhnya dalam kebijakan investasi selama 5 tahun terakhir dan orang-orang yang sering berinteraksi dengannya juga harus di selidiki lebih lanjut," ucap seorang dewan itu
Yudi yang tidak terima dengan ucapan mereka pun segera berdiri
"Kalian akan menghancurkan satu-satunya jalan untuk menyelamatkan perusahaan ini dari kebangkrutan jika kalian melakukan itu. Dan kalian memilih gadis yang bahkan belum lulus kuliah untuk memimpin perusahaan ini? Kalian sungguh konyol," ucap Paman Alya itu sambil tertawa melihat Alya
Azka mengepalkan tangan dibelakang punggungnya, ia mencoba menahan diri untuk tidak meninju Paman Alya itu.
"Saya tidak datang untuk mengambil semua keputusan. Tapi saya datang untuk membersihkan apa yang kotor. Saya tidak ingin hal kotor ini terus menghantui masa depan kita. Tidak kah kalian ingin menjalankan perusahaan dengan bersih dan aman untuk masa depan kalian dan keluarga kalian kedepannya? Jika hal ini membuat saya harus kehilangan semuanya sekarang demi masa depan yang lebih baik dan aman, maka saya siap," ucap Alya tegas dengan penuh keyakinan
Suasana pun kembali hening setelah mendengar kata-kata Alya. Kakek Alya pun mengambil alih pembicaraan.
"Kita adakan voting. Siapa yang setuju agar Alya Hartono ditunjuk sebagai CEO sementara dan semua aset di bawah pengawasan legal hingga investigasi selesai? silahkan angkat tangan," ucap Kakek Alya
Lima orang mengangkat tangan mereka dan hasilnya seri. Namun tidak lama kemudian seseorang mengangkat tangan lagi yang menyatakan bahwa kebanyakan dari mereka setuju dan keputusan pun ditetapkan.
Yudi menatap mereka semua dengan mata yang berapi-api. Ia kesal tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa.
_______________
Setelah rapat, Alya keluar dari ruangan lebih cepat. Napasnya memburu. Di balik ketegasannya di meja rapat barusan, jantungnya nyaris pecah dan tangannya sedingin es batu yang membeku.
Azka menyusul dalam diam, tetap menjaga Alya dari belakang. Tapi saat Alya masuk ke ruangannya dan menutup pintunya, Azka ragu untuk ikut masuk. ia pun mengetuk pintu pelan.
"Jangan masuk, Azka," ucap Alya dari dalam dengan suara serak
Azka pun mengerti dan tetap berdiri di depan pintu menunggu Alya keluar.
Di dalam ruangan, Alya terjatuh duduk di lantai di sudut ruangan. Ia memeluk lututnya dan air mata yang ia tahan selama berjam-jam tadi akhirnya jatuh keluar. Bukan karena takut tapi karena kecewa kepada ayahnya, kepada keluarganya dan kepada semua kenangan yang penuh kebohongan.
Di luar ruangan, Azka yang bisa mendengar sedikit suara tangisan Alya pun menutup matanya. ia bisa merasakan semuanya dan mengerti keadaan Alya tanpa melihat Alya secara langsung. Ingin rasanya Azka segera masuk kedalam untuk memeluk dan menenangkan Alya, namun ia tahu ia tidak diperbolehkan melakukan itu. ia tidak ingin menambah masalah yang membuat hidup Alya semakin kacau nanti.
Saat Azka terdiam menunggu Alya, matanya tidak sengaja tertuju pada tanggal di atas meja. 28 Agustus. Ia teringat sesuatu, ini adalah hari ulang tahunnya dan Alya. Mereka memiliki hari ulang tahun yang sama. Bagaimana ia bisa melupakan hari yang penting bagi Alya itu?
Azka pun memikirkan cara untuk merayakan hari ulang tahun Alya sekalian menghibur Alya tanpa harus melewati batasnya sebagai pengawal. Setelah mendapatkan cara , ia pun segera menghubungi seseorang untuk meminta bantuan.
__________________
Setelah selesai menenangkan diri, Alya kembali pulang ke rumah yang paling aman milik Hartono itu. Sesampainya di rumah, Ia naik ke atas untuk beristirahat. Namun hingga jam 8, ia bingung kenapa pelayan masih belum mengantarkan makanan.
Alya pun segera membuka pintu kamarnya dan bersiap untuk turun ke lantai bawah, namun saat keluar dari kamarnya tiba-tiba lampu rumah itu mati. Alya pun terkejut, ia hendak kembali ke kamarnya dengan pelan untuk mengambil hp dan menyalakan senter.
Namun sebelum ia sempat masuk ke kamarnya, seseorang menutup mulutnya dengan kain. Dan sebelum ia sempat menoleh, orang itu menutup matanya dengan kain jg. Kemudian mengikat tangannya dan mengangkat tubuhnya, membawanya pergi.
Alya berusaha memberontak dengan menendang orang yang menculiknya itu, namun orang itu tidak kesakitan sama sekali. Alya hendak memanggil Azka namun mulutnya terikat kain. Dia berharap Azka menyadari bahwa ia di culik dan menolongnya secepatnya, ia tidak ingin kejadian lama terulang lagi.
Bersambung