NovelToon NovelToon
Di Persimpangan Rasa

Di Persimpangan Rasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Idola sekolah
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Candylight_

Alana tak percaya pada cinta—bukan sejak patah hati, tapi bahkan sebelum sempat jatuh cinta. Baginya, cinta hanya ilusi yang perlahan memudar, seperti yang ia lihat pada kedua orang tuanya.

Namun semuanya berubah saat Jendral datang. Murid baru yang membawa rasa yang tak pernah ia harapkan. Masalahnya, Naresh—sahabat yang selalu ada—juga menyimpan rasa yang lebih dari sekadar persahabatan.

Kini, Alana berdiri di persimpangan. Antara masa lalu yang ingin ia tolak, dan masa depan yang tak bisa ia hindari.

Karena cinta, tak pernah sesederhana memilih.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Candylight_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21 — Belum Dilirik, Katanya

"Jadi, tempat ini punya kalian?" tanya Nisya dengan mata membulat, terkejut saat Aska memberitahu rahasia kecil mereka—bahwa tempat makan yang sedang mereka kunjungi sebenarnya milik The Rogues.

Selama ini, The Rogues dikenal sebagai anggota geng sekaligus murid baru di SMA Negeri Bina Cita Mandala. Tidak banyak yang tahu kegiatan mereka di luar sekolah. Ternyata, The Rogues memiliki sebuah cafe—tempat mereka berada sekarang—dan juga bengkel. Anak-anak orang kaya yang memutuskan untuk membuat bisnis bersama. Iseng tapi serius, begitulah mereka.

"Iya," jawab Aska cepat. "Gimana menurut kalian? Konsepnya oke nggak?" tanyanya antusias, matanya berbinar penuh harap.

Bagi mereka, pendapat Alana dan Nisya bukan pendapat biasa. Mereka adalah murid pintar di sekolah—pandai, kritis, dan jujur. Jadi masukan dari mereka sangat berarti.

"Tempatnya bagus," jawab Nisya. cafe yang didanai oleh anak-anak konglomerat memang kecil kemungkinan akan terlihat biasa saja. Dan nyatanya, tempat ini memang bagus—nyaman dan tertata rapi.

"Cuma bagus?" Aska mengangkat alis, masih menanti tanggapan lebih lanjut. Ia ingin pendapat tentang konsep yang mereka rancang, bukan sekadar penilaian visual. Tapi sayangnya, Nisya hanya mengangguk pelan, seperti seseorang yang khawatir salah bicara.

Kini, pandangan Aska beralih kepada Alana. Entah kenapa, diam Alana malam ini terasa berbeda. Ia berharap setidaknya Alana bisa memberikan komentar jujur.

"Menurut lo gimana, Alana?" tanya Aska langsung pada Alana.

"Hah?" Alana tersentak. Ia tengah melamun dan tidak menyangka namanya dipanggil tiba-tiba.

"Jangan nanya apa-apa dulu sama Alana," potong Jendral cepat, menatap Aska tajam sebelum ia sempat bertanya lebih jauh.

Aska langsung menutup rapat mulutnya. Niat bertanya ke Alana pun langsung ia batalkan—karena pawangnya sudah memberikan peringatan keras.

Oh ya, Naresh memang tidak ikut makan bersama mereka. Katanya ada urusan yang harus dibereskan. Jadi yang ada di cafe malam itu hanya Alana, Nisya, dan para anggota The Rogues.

“Es krim buat ngembaliin mood,” ucap Dewa sambil menyodorkan satu cup es krim di meja depan Alana. Hanya Alana yang diberi, seolah ada perhatian khusus di dalamnya—dan itu cukup membuat Jendral menatap tajam ke arah Dewa.

“Makasih, Dewa,” ucap Alana sambil tersenyum kecil. Ia sebenarnya tidak terlalu suka makanan manis, tapi kebetulan yang diberikan Dewa adalah es krim cokelat—rasa favoritnya. Bagi Alana, cokelat tidak semanis vanilla atau stroberi, jadi masih bisa ditoleransi.

Jendral yang sempat bersiap marah langsung mengendur saat melihat Alana tersenyum. Apalagi sekarang Alana sudah mulai bicara lagi—semuanya berkat es krim dari Dewa.

"Aduh, sial. Gue dikasih senyuman sama Alana!" ujar Dewa sambil memegang dadanya secara dramatis, seolah tidak kuat melihat senyuman manis Alana. Ekspresinya dibuat-buat, seperti tokoh utama sinetron yang baru saja mengalami serangan jantung ringan.

Jendral kembali menatapnya tajam. Sekejap tadi ia hampir berterima kasih karena Dewa membuat Alana bicara—sekarang ia ingin lempar kursi.

"Lo pikir lo bisa dapetin hati Alana bersikap kayak gitu? Gue aja yang udah satu bulan deketin belum dilirik, tuh," ucap Jendral dengan nada sewot.

Alana menatap Jendral setelah mendengar ucapannya. Sorot matanya jelas mempertanyakan pernyataan itu.

"Belum dilirik, katanya?" pikirnya.

Padahal, Jendral sudah menyentuh bibirnya, memeluknya, menjadi tempat ia bersandar hingga tertidur. Lelaki itu sudah mengguncang detak jantungnya—dan sekarang bilang belum dilirik?

Rasanya Alana ingin tertawa sarkastik, tapi yang keluar hanya helaan napas tidak percaya.

"Belum dilirik, katanya, Al," celetuk Aska sambil mengangkat-angkat alis ke arah Alana. "Coba deh dilirik dulu, atau sekalian aja tatap-tatapan."

Nisya yang duduk di sebelah Alana langsung menunduk. Gerak tubuhnya tampak menahan sesuatu—entah emosi, entah rasa tidak nyaman. Tapi Alana melihatnya sebagai bentuk cemburu. Dan itu membuatnya mulai merasa tidak enak hati.

"Padahal tadi gue lihat kalian pelukan," sambung Dewa tanpa beban. Ucapannya membuat Alana refleks menoleh cepat, terkejut. Ia tidak menyangka ada saksi mata dari atap sekolah.

Faktanya, saat Jendral dan Alana berada di atap, The Rogues sempat naik dan menyaksikan momen tersebut. Namun, mereka memilih untuk menunggu di parkiran dan tidak mengganggu.

Alana melirik Nisya sekali lagi. Ekspresinya bukan sekadar kaku—ada yang mengganggu. Sesuatu yang belum bisa dia pahami, tapi cukup mengusik.

"Lo suka sama Jendral?"

Pertanyaan itu keluar tiba-tiba dari mulut Alana, membuat semua orang langsung diam. Suasana hening seketika. Bahkan suara musik latar dari cafe seolah mengecil.

Nisya menatap Alana dengan bingung. Ia merasa pertanyaan itu ditujukan padanya, tetapi tetap saja terdengar tidak wajar. Ia tidak pernah sekalipun merasa tertarik pada Jendral.

"Maaf," ucap Alana tenang. "Tapi lo kelihatan nggak nyaman sama topik yang mereka bahas."

Bukan untuk menjatuhkan Nisya, tapi agar yang lain berhenti jika memang Nisya memiliki perasaan terhadap Jendral.

"Apa maksud kamu? Aku? Nggak!" Nisya buru-buru menyangkal. Suaranya meninggi bukan karena marah, tapi karena takut kehilangan kepercayaan Alana.

Tidak ada yang bicara. Semua saling pandang, mencoba memahami arah pembicaraan. Tapi itu tidak berlangsung lama, Mahen bukan tipe yang bisa membiarkan sesuatu menggantung. Rasa penasarannya menang, dan ia bicara.

"Lo beneran suka sama Jendral?" tanya Mahen kepada Nisya. Pasti ada alasan mengapa Alana tiba-tiba melontarkan pertanyaan itu, dan Mahen ingin memastikannya juga.

Nisya panik. Bukan karena ketahuan menyimpan perasaan terhadap seseorang, tetapi karena sepertinya orang-orang mulai salah paham. Tangannya meremas roknya sendiri, pertanda ia memang sedang panik dan gugup.

"Nggak, serius. Aku juga bingung kenapa Alana mikir aku suka sama Jendral," ucap Nisya seadanya.

Aska dan Dewa—bahkan Jendral—percaya wajah polos seperti Nisya tidak mungkin berbohong. Tapi Alana juga bukan tipe orang yang sembarangan bertanya. Pasti ada sesuatu yang membuatnya salah paham.

"Aku nggak nyaman bukan karena suka sama Jendral," ungkap Nisya, berusaha meyakinkan semuanya. Ia tidak ingin kesalahpahaman itu terus berlanjut.

"Jadi bener lo nggak nyaman sama pembahasan kita? Kenapa?" tanya Mahen kembali memastikan.

Ada jeda sesaat. Nisya menunduk, memikirkan jawaban yang tepat. Ia tidak mungkin mengatakan bahwa ia tidak terlalu suka kedekatan Alana dan Jendral karena itu pasti akan menyakiti Naresh, lelaki yang selama ini selalu ada untuk Alana dan menjadi garda terdepan dalam hidupnya.

"Aku cuma khawatir kalau kedekatan Alana dan Jendral diketahui orang tua Alana," akhirnya, jawaban itu yang bisa Nisya pikirkan.

"Alana kan dilarang pacaran sama Papahnya," lanjut Nisya.

Semua yang Nisya katakan terdengar masuk akal, dan sekarang tidak ada lagi alasan untuk mempertanyakan perasaannya terhadap Jendral. Justru, mereka jadi tahu bahwa mungkin Alana bukan sekadar susah membuka hati, tapi juga takut pada larangan pacaran dari ayahnya.

"Baru dilarang pacaran, lo bisa lamar aja langsung, Jen," seru Aska, menganggap enteng hal itu.

"Gue juga bisa izin langsung buat macarin anaknya," sahut Jendral, membuat The Rogues tertawa.

Nisya ikut tersenyum kecil, lega karena perhatiannya teralihkan. Tapi Alana masih menatapnya. Ada yang mengganggu—entah apa, tapi cukup untuk membuatnya tak sepenuhnya percaya. Karena Nisya tahu betul, Alana bukan tipe yang takut melanggar larangan.

1
Syaira Liana
makasih kaka, semoga baik baik terus 😍😍
Syaira Liana
ceritanya sangat seru
Syaira Liana
alana percaya yuk
Syaira Liana
jadi bingung pilih naresh apa jeje😭😭
Syaira Liana
alana kamu udah jatuh cinta😍😍 terimakasih kak
Farldetenc: Ada karya menarik nih, IT’S MY DEVIAN, sudah End 😵 by farldetenc
Izin yaa
total 1 replies
Syaira Liana
lanjutt kaka, alana bakal baik2 aja kan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!