"Ganteng banget, pasti burungnya gede."
Penulis gila yang masuk ke dalam novel orang lain, karena malas berurusan dengan plot alay. Dia mengadopsi man villain dan menikahi second male lead.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mellisa Gottardo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
apa karena Yola?
Sky jadi teringat dengan ucapan Yola, tidak ada manusia yang hidup tanpa penderitaan dan cobaan. Sky memang kehilangan orangtua, tapi dia masih memiliki warisan dan hidup dengan nyaman. Bahkan semasa orangtuanya hidup, dia tidak dekat dengan mereka lantas kenapa dia marah?.
Berbeda darinya Langit kehilangan Ibu yang hangat dan menyayanginya, dia masih ingat saat dulu pembantu dirumahnya selalu menawarkan banyak hal. Bahkan Langit adalah teman pertamanya, tapi kebencian semudah itu menghancurkan semuanya.
Sky berbalik, dia hendak keluar dari ruang rawat. Dia butuh rokok saat ini, alasan dia kecanduan rokok pun karena stres. Hanya rokok yang bisa menenangkan pikirannya yang berisik, dia sendiri bertanya-tanya apakah alasan dia menyelematkan Langit semata-mata karena Yola? atau dalam lubuk hatinya dia masih menganggap Langit sebagai temannya?.
Sebelum membuka pintu, Sky bicara tanpa menoleh. Punggungnya yang tegap, lebar dan tinggi itu terlihat sangat kokoh.
"Kalo Yola tanya gue dimana, bilang kalo gue lagi ngrokok." Ucap Sky, lalu menghilang dari balik pintu.
Langit terdiam, pikirannya kacau. Hidupnya selalu menderita, dia bahkan harus pura-pura jadi preman supaya tidak menjadi target perudungan. Dia menyembunyikan penyakitnya dari banyak orang, dengan pura-pura sok kuat dan tidak takut apapun.
Ceklak
"Loh Sky dimana?." Heran Yola, baru slesai mandi.
"Lagi ngrokok." Jawab Langit.
"Lo pengen makan apa? kayaknya lingkungan sekolah lo ngga baik deh, mending pindah ke sekolah gue aja gimana?." Tanya Yola.
"Bentar lagi ujian, tanggung." Tolak Langit.
"Bisa kalo ada uangnya." Ucap Yola.
"Daripada buang-buang uang mending lanjut aja sampe selesai, toh tinggal empat bulan lagi." Tolak Sky.
"Tenang aja bukan pake duit gue kok, gue mau palak Sky. Dia kan duitnya banyak." Ucap Yola.
"Bisa ngga, gausah sangkutin gue sama dia. Oke gue berterimakasih karena lo udah bantu hidup gue. Tapi, situasi gue sama dia jadi sulit, kita ini musuh." Ucap Langit.
"Apa bener kalian musuh? aku ga liat ada tatapan kebencian diantara kalian." Ucap Yola.
Deg.
"Hah? hahahahah lo lupa waktu dia pukulin gue dulu." Langit tertawa miris.
"Itu tatapan marah, bukan benci. Dia marah karena gue, bukan semata-mata karena lo. Sebenernya hubungan kalian di masalalu itu kaya gimana? gue udah denger sih kisahnya, tapi emang ngga ada jalan keluar biar kalian akur lagi?." Ucap Yola.
"Mustahil, dari pada lo susah-susah ngobatin gue. Mending lo biarin gue mati aja, dengan begitu gue bisa gebang dan dia juga bakal lupain dendam karena kesalahan gue." Ucap Langit.
Deg.
"Ngga... kenapa ngomong kaya gitu, gue ngga akan pernah nyerah buat ngobatin lo." Yola terkejut, dia jadi sedih.
"Apa alasan lo sampe sebegininya? apa yang lo dapetin?." Langit heran.
"Karena lo anak gue." Tegas Yola.
"Cuma sebatas adopsi, umur kita berdua bahkan sama. Stop nglakuin hal yang ngga perlu apalagi buat orang asing kaya gue." Ucap Langit.
"Ngga, lo ngomong apa sih. Udah mending lo istirahat aja dan makan yang banyak, Sky ngga akan berani nyentuh lo sampe lo dinyatakan sembuh. Karena itu gue mohon, semangat buat sembuh dan jangan pernah nyerah. Gue bakal bantu sebisa gue buat pengobatan lo, gue tau lo pasti bisa sembuh dan bahagia setelah ini." Ucap Yola.
"Apa yang lo mau dari gue?." Langit tau tidak ada yang geratis di dunia ini.
"Gue cuma pengen punya keluarga." Jawaban Yola selalu sama.
"Bukannya kalo lo nikah sama Sky, lo bisa buat anak dan bangun keluarga. Apa pentingnya gue?." Sinis Langit, tatapannya kosong.
"Lo penting, karena sejak lo gue adopsi artinya lo itu anak pertama gue. Kalo emang Sky cinta sama gue, dia pasti mau jadi Ayah sambung lo. Kalo dia gamau, gue masih bisa cari calon Ayah yang lain." Ucap Yola.
Langit terdiam tidak habis pikir, pertama kali melihat manusia dengan pola pikir seperti Yola. Dia bahkan ingin seorang pria yang lebih tua tiga bulan darinya menjadi anak pertama? logika yang tidak bisa dicerna oleh Langit.
"Udah lo Istirahat aja, dimana hp lo? gue cari ngga ketemu." Ucap Yola, mengalihkan pembicaraan.
"Gue ga punya hp." Jawab Langit.
"Hah? terus selama ini?." Kaget Yola.
"Udah gue jual. Uang saku dari lo masih ada, gue bakal beli hp setelah keluar dari rumah sakit." Ucap Langit.
"Yaudah istirahat aja, gue bakal keluar nyuruh Sky beli makan. Jangan berani nglakuin yang ngga-ngga, gue cuma keluar sebentar." Ucap Yola.
Yola bergegas keluar mencari dimana Sky berada, dia berjalan di lorong sepi karena sudah malam. Melihat Sky sedang merokok di balkon lantai lima, cahaya bulan dan lampu menerangi wajahnya. Dia terlihat sangat menawan, membuat Yola merasa jantungnya berdebar.
"Sky." Panggil Yola.
Sky menoleh, menatap Yola lalu tersenyum. Dia mematikan rokoknya dan mendekat pada Yola, sepertinya dia sudah pergi terlalu lama hingga Yola menjemputnya.
"Kenapa? di luar dingin, ayo masuk aja." Ajak Sky.
"Sky....ternyata gue ini Ibu yang buruk ya." Lirih Yola.
"Jangan bilang bajingan itu bikin lo sedih lagi? lo udah lakuin yang terbaik, dia aja yang gatau trimakasih." Ucap Sky, dia jadi kesal.
"Ngga, dia bahkan bilang kalo mau nyerah aja. Gue mau dia sembuh Sky, gue mau banget dia sembuh dan menikmati hidup tanpa ngrasain sakit." Yola menangis lagi.
"Jangan nangis, dia cuma ngrasa jadi beban dan ngrepotin kita. Udah mending masuk aja, apa lo mau makan sesuatu biar gue beliin?." Tawar Sky.
"Iya, pesenin Gofood aja. Gue ngrasa lebih aman kalo ada lo di sisi gue." Ucap Yola.
"Oke, ayo balik." Ajak Sky.
"Bentar, Langit itu pasien asma tapi kenapa Lo malah ngrokok. Buang sweater Lo itu, cuci tangan dan kumur sana." Ketus Yola.
"Hah emang ngaruh? kan gue udah ngga ngrokok." Heran Sky.
"Ngaruh lah." Kesal Yola, pergi duluan.
Sky mau tidak mau menurut, dia kembali ke kamar rawat setalah memesan gofood dan membuang sweater nya. Dia langsung masuk kamar mandi untuk mandi sekalian saja, Langit terlihat masih murung meskipun wajahnya tetap datar.
Pesanan makanan sudah sampai, Sky mengambilnya di lobi setelah mandi. Dia benar-benar menjadi bodyguard Yola, Langit sendiri merasa heran kenapa Sky sebegitunya penurut pada seorang wanita.
"Kenapa?." Yola tersenyum mengamati.
"Kaya orang tolol." Ceplos Langit.
"Hahahah, Justru dia pria sejati. Dia dewasa banget, masih mau tetep disini dan nerima kehadiran lo meskipun setengah hati. Kalo cowo seumuran dia pasti udah kabur kan? meskipun dia keliatan ketus dia sebenernya baik." Ucap Yola, dia kecintaan pada Sky.
Langit hanya terkekeh geli, terlalu alay di telinganya. Seorang Sky baik? mungkin itu benar karena yang jahat di dunia ini adalah dirinya.