Izinkan Aku Memanggilmu Bunda

Setelah empat hari menjalani perawatan, akhirnya Zizi sudah diizinkan pulang. Mama Zahra sedih setelah persalinan, karena pulang tanpa membawa bayi. Zizi yang masih murung enggan diajak bicara membuat keluarga tidak membahas tentang putranya. Zizi pulang dijemput oleh papa dan Zaki, karena Zafran dan Zidan masih ada di tempat kerja. Amel yang selalu ada di dekat Zizi bisa membuat Zizi tenang.

"Zi apa rencana lo setelah ini, tanya Amel?"

"Belum tahu Mel, gua masih bingung, malu juga kalau keluar rumah."

"Nggak perlu malu Zi, nggak ada yang tahu masalah ini kok. Nanti kalau lo udah enakan kita keluar yuk."

"Mel, nenen gua sakit banget, gimana nih?"

"Mungkin itu karena asi lo banyak. Coba gua lihat, udah nggak usah malu, sama-sama cewek juga. Lah Zi keras gini, badan lo juga demam. Bentar ya gua kasih tahu tante Zahra." Amel melangkah ke luar kamar Zizi mencari keberadaan bu Zahra.

"Tan, badan Zizi demam, nenennya bengkak, katanya sakit banget." kata Amel memberitahu bu Zahra.

"Ayo kita lihat Mel." Keduanya berjalan menuju kamar Zizi.

"Ini karena asimu banyak dek, nggak ada yang mimik jadinya bengkak. Akibatnya badanmu demam, nanti minum obat penurun demam.

"Nanti sakit nenenya bisa ilang pelan-pelan, nggak perlu khawatir. Sekarang istirahat aja, biar jahitanya cepat kering." Mama Zahra menenangkan Zizi, mengelus rambutnya lalu mencium pucuk kepalanya.

"Iya ma."

***

Nicco tengah menikmati peran barunya sebagai ayah. Tapi ada rasa sedih dihatinya melihat putranya yang belum pernah disentuh ibu yang melahirkannya. Dalam hati Nicco berjanji akan memberikan perhatian terbaiknya. Mama Nilam sudah mendapatkan baby sitter untuk cucunya namanya Utari umurnya 35 tahun, perempuan berbadan berisi dengan tinggi sekitar 150. Tapi untuk urusan mandi tetap Nicco yang melakukan sendiri dan kalau malam Nicco junior tidurnya sama papa.

"Co, kamu sudah memikirkan nama anakmu kan?" Tanya mama Nilam.

"Iya ma, panggil saja Dennis, untuk nama lengkapnya Nicco harus minta pendapat bu Zahra, takut Nicco dibilang lancang." Kata Nicco yang sangat menghormati bu Zahra.

"Iya Co, keluarga Wiguna berhak memberi nama pada cucunya, yang penting kita sudah bisa memanggil namanya." Mama Nilam membenarkan pendapat Nicco

Nicco jadi lebih bersemangat kerja, tugas di kantor dikerjakan dengan baik agar bisa cepat pulang untuk bisa memberi waktu lebih banyak untuk Dennis. Kalau pekerjaan tidak selesai diberikan kepada Yuda. Tapi kalau memang harus dia yang mengerjakan Nicco membawa pulang berkasnya dan di kerjakan malam saat Dennis sudah tidur.

Pak Mario sangat senang dengan perubahan Nicco, anak yang dulu sangat susah diatur sekarang menjadi papa muda yang bertanggung jawab. Kariernya semakin bagus dan sebagai orang tua tunggal sangat bisa menjalani peran.

"Ma, Nicco benar-benar bisa berubah ya, bisa ngatur waktu juga." kata pak Mario memuji anaknya.

"Iya pa, mama juga nggak nyangka, anak yang bandelnya kelewatan, bisa jadi ayah yang bertanggung jawab. Mama bangga sama dia pa, luwes banget megang bayi, mama aja kalah ha....ha.....ha...."

"Ma, apa dia nggak jijik kalau Dennis lagi pup?"

"Enggak pa, pokoknya Nicco bisa ngurus anaknya total, semua kebutuhan Dennis dia urus sendiri kalau lagi di rumah."

"Itulah ma, laki-laki bisa berubah karena wanita, seorang ayah bisa menjadi beruban karena anaknya, semoga Nicco bisa menemukan wanita yang baik ya ma."

"Aminnnn."

***

Satu bulan setelah Zizi melahirkan, Amel merasa Zizi sudah kembali seperti dulu, jadi tidak membutuhkannya lagi. Amel ingin mengundurkan diri dari kerjaannya sebagai asisten Zizi. Ia ingin mencari kerja sesuai ijazahnya. Sudah hampir sepuluh bulan tidak keluar rumah, hanya di rumah keluarga Wiguna karena Zizi tidak pernah mau keluar rumah. Waktu makan malam bersama, Amel ingi menyampaikan keinginannya di depan seluruh anggota keluarga Wiguna.

"Maaf om, tante, Zizi, dan abang semua. Ada yang ingin Amel bicarakan, Amel ingin mengundurkan diri sebagai asisten Zizi. Sekarang Zizi tidak membutuhkan asisten lagi om, tante. Zizi sudah seperti dulu, jadi Amel ingin cari kerja lain sesuai ijazah Amel, terima kasih atas semua kebaikan om, tante dan semuanya." Amel menitikkan air mata saat mengutarakan keinginannya.

"Kamu ingin pergi dari rumah ini?" Tanya Zafran.

"Iya bang, Amel mau cari kontrakan dan cari kerja lain."

"Kamu mau nggak kerja di kantorku, jadi karyawanku, nanti kamu bisa tinggal di apartemenku." Tawar Zafran.

"Di kantor abang memang membutuhkan karyawan atau abang kasihan sama Amel?" Tanya Amel sendu.

"Lagi butuh Mel, sekarang kantor lagi sibuk banget, perlu penambahan karyawan. Erik ngeluh terus kebanyakan kerjaan. Jadi nggak usah mikir karena abang kasihan sama kamu." Jawab Zafran menjelaskan.

"Tapi Mel, gua masih butuh lo!" Kata Zizi yang langsung berdiri meninggalkan meja makan dengan mata yang mengembun menahan tangis.

"Permisi om, tante, Amel mau bicara dulu sama Zizi." Kata Amel yang langsung berdiri mengejar Zizi.

Didalam kamar Zizi menangis memeluk kakinya di atas ranjang, Amel masuk dan duduk di sebalah Zizi,

"Zi, maafin gua, tapi emang gua harus pergi, ini juga demi kebaikan lo. Lo nggak bisa ngurung diri seperti ini Zi. Lo harus bangkit, semua sudah berlalu Zi, lo harus menata hidup lo kembali. Gua sayang banget sama lo, makanya gua harus pergi agar lo bisa kembali menjadi Zizi yang dulu, Zizi yang mandiri.

"Gua nggak bisa jadi Zizi yang dulu Mel, udah beda. Gua udah jadi orang yang kotor dan ga bisa masa depan." kata Zizi ditengah tangisnya.

"Zi, lo tetep Zizi yang dulu, nggak ada yang berubah, lo nggak kotor, ayo lihat cermin!" Amel menuntun Zizi turun dari ranjang dan membawanya ke depan cermin.

"Lihat, lo masih cantik, lebih cantik malah, lo harus bersyukur keluarga lo sayang banget sama lo. Hidup lo berkecukupan, lo bisa kejar cita-cita lo yang sempat tertunda. Lo lihat hidup gua Zi, gua harus pisah dari orang tua, orang tua gua jauh di kampung. Kuliah dengan beasiswa pemerintah, itu pun gua masih harus kerja untuk biaya hidup gua. Tapi gua bersyukur bisa ditahap sekarang. Jadi tolong izinin gua meraih cita-cita gua, gua pingin kerja kantoran. Dan lo harus hidup bahagia, belajar menerima apa yang udah terjadi. Gua minta satu hal sama lo, belajarlah menerima anak lo, dia nggak dosa Zi. Suatu saat kalau lo udah bisa terima dia, peluk dia, gua yakin lo bisa sayang sama dia, karena nggak ada ibu yang sanggup membenci anaknya."

"Tapi gua nggak tahu harus mulai menata hidup gua dari mana?"

"Tanya ke diri lo sendiri, lo bisa kerja, usaha papa lo banyak, lo bisa pimpin salah satu, atau lo mau lanjut study. Lagian gua nggak pergi jauh dari lo lagi, tiap libur kerja kita bisa jalan bareng. Gua juga pingin sekali-kali traktir lo, nggak minta ditraktir mulu sama lo, malu gua." Amel bercanda dan membuat Zizi tersenyum.

***

Sudah sebulan Nicco merawat buah hatinya, hari-harinya jadi penuh warna. Ada rasa sedih dalam hatinya, karena sebulan Dennis dirawatnya tak seorangpun keluarga Wiguna menjenguk Dennis. Dalam hatinya bertanya apa memang tak ada peduli sama sekali pada Dennis. Rasa itu membuat Nicco semakin sayang pada Dennis. Mama papanya juga sangat sayang pada cucunya.

Dennis bayi yang lucu menggemaskan.