Menjadi istri Demon tidaklah mudah. Banyak hal yang harus dihadapi Rosela tang semua dari hidup normal menjadi tidak normal lantaran ia hidup tak hanya berdampingan dengan sesama manusia saja, melainkan dengan para makhluk tak kasat mata. Namun Rosela tidak mengeluh, ia justru cepat beradaptasi mengungkap semua permasalah. makhluk astral dan segala permasalahannya. Dari sini Rosela juga tahu siapa orang yang melenyapkan kedua orangtuanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Titin Supriatin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21
BAB 21
Disaat semua lagi heboh dengan tingkah konyol para pasukan demitnya Refald, Rosela malah sibuk mengamati apa yang dilakukan Yuna yang begitu cekatan saat merawat semua orang sakit yang ada di rumah sakit ini. Walau istri dari Yeon itu hanyalah seorang bidan desa, tapi ia bisa mengobati siapa saja yang membutuhkan pertolongannya. Rumah sakit ini sedang kekurangan dokter, sedangkan jumlah pasien yang sakit semakin bertambah banyak.
Sakitnyapun macam-macam dan menyerang berbagai kalangan, mulai dari bayi, hingga yang tua, baik laki-laki maupun perempuan. Para dokter di rumah sakit ini jadi kualahan. Untung Yuna banyak membantu. Yeonpun juga setia menemani istrinya. Sebab ia juga harus mengontrol kondisi warga desanya yang mendadak sakit seolah terkena virus yang tak diketahui dari mana asalnya.
"Bagaimana Sayang? Apa kau tahu penyebab virus ini?" tanya Yeon berdiskusi dengan istrinya.
"Kami masih harus menguji sampel darah mereka dan itu butuh waktu lama karena di sini tidak ada lab khususnya. Pihak rumah sakit harus membawa semua sampel darah warga yang terkena virus ke kota untuk diteliti."
"Berapa lama?" tanya Yeon.
"Paling cepat seminggu, dan paling lama bisa sebulan. Tergantung tingkat kesulitan penelitannya. Maafkan aku Sayang, aku tidak bisa membantu banyak lebih dari ini. Sebenarnya ini di luar profesiku. Namun rumah sakit ini kekurangan tenaga medis."
"Tidak apa-apa my dear Yuna, kau sudah melakukan yang terbaik. Kau sangat luar biasa. Apa jadinya aku jika tanpamu disisiku." Yeon merangkul pinggang istrinya tapi Yuna mencoba melepaskan pelukan suaminya.
"Yeon, jangan begini, malu dilihat banyak orang."
"Biarkan saja, toh kita kan pasangan suami istri sah."
"Yeon, dibelakangmu ada Rosela, apa kau tidak sungkan padanya?"
Yeon menoleh ke belakang dan Rosela hanya diam menunduk. Ia juga memalingkan wajahnya agak merasa tak enak hati juga karena dikira mengganggu momen romantis pak kades dan bu bidan itu.
"Kenapa dia ada di sini? Hand mencarinya tadi," bisik Yeon.
"Sejak tadi dia membantuku. Dia bisa membalut luka pasien dengan baik. Pekerjaanku jadi ringan berkat Rosela. Memangnya Hans tidak mengatakan apa-apa padamu? Tentang kondisi para warga desa yang mendadak sakit?"
"Hans bilang sesuatu yang aneh. Desa kita, dikutuk seseorang. Tapi Hans masih mencari tahu siapa dan apa penyebabnya. Hanya saja dia juga butuh waktu. Aku tak tahu apa yang ia rencanakan. Sepertinya berhubungan dengan para demit pasukan paman Refald."
"Apa Paman Refald tahu?"
"Aku yakin dia tahu. Selagi maslaah ini bisa diatasi, ia takkan muncul kemari."
"Kalau begitu aku harus melanjutkan pekerjaanku. Sampai ketemu lagi nanti. Bye... " Yuna pergi sambil mengajak Rosela ke tempat pasien lain. Ia melambaikan tangannya pada Yeon suaminya.
"Bibi Yuna, apa Bibi keberatan kalau aku terus mengikuti Bibi. Aku bingung apa yang harus aku lakukan di sini. Hans bilang aku harus dekat dengan Bibi kalau mau aman sementara dia katanya ada urusan lain."
"Tentu saja tidak Rose. Akhlu malah berterimakasih karena kau mau membantuku. Aku dengar kau lulusan jurusan keperawatan. Kenapa kau tidak lanjut kuliah?"
"Itu karena ibu tiriku. Dia terus berusaha mencegah agar aku tidak bisa melanjutkan pendidikanku. Tapi tidak masalah, berkat Hans, aku terbebas darinya dan bisa hidup bahagia." Rosela memaksakan diri tersenyum walau tersimpan sejuta duka didalamnya.
Yuna tidak bersuara, ia hanya mengusap lembut rambut hitam lurus Rosela sambil tersenyum manis. "Kau gadis yang baik, tak heran Paman memilihmu sebagai pasangan si bengal Hans. Akhirnya, anak nakal itu bisa membuat seorang gadis bahagia. Syukurlah Hans mendapatkanmu."
Yuna masuk ke ruangan Pak Po yang baru saja keluar dari ICU setelah dijadikan tumbal nggak jelas teman-temannya. Karena Pak Po ini manusia jadi-jadian, ia pulih dengan cepat. Secara medis hal tersebut tidaklah masuk akal. Namun secara fantasi apa yang dialami Pak Po adalah hal yang biasa.
Rosela kaget karena pasien ICU bisa sembuh secepat itu. Benar-benar ajaib. Walau ia sudah sering diperlihatkan hal-hal magic saat bersama dengan Hans, tetap saja Rosela takjub dengan keajaiban kesembuhan Pak Po yang sudah tidak lagi di perban.
"Bagaimana kabarmu Pak Po?" tanya Yuna sambil memeriksa denyut nadi Pak Po. Hanya kepalanya saja yang masih diperban.
"Baik Nona Yuna, apakah saya sudah diperbolehkan pulang?"
Yuna tidak langsung menyahut, ia masih memeriksa kondisi Pak Po dan ternyata Pak Po sudah baik-baik saja. Masalahnya, kalau sekarang Pak Po ia izinkan pulang sekarang, yang ada orang-orang akan menganggap aneh Pak Po. Soalnya baru beberapa waktu lalu Pak Po jadi mumi masa sekarang sudah bisa lari.
"Kau masih belum bisa pulang Pak Po. Orang akan curiga kalau kau bukan manusia biasa. Kau harus tetap di rumah sakit ini dan pura-pura sakit sampai 3 hari ke depan. Itu lumayan masuk akal ketimbang kau pulang sekarang."
"Tapi saya bosan Nona Yuna."
Yuna tahu kalau Pak Po ini susah sekali di bilangi. Kalau dilarang itu artinya perintah baginya. Makanya Yuna harus putar otak untuk menjaga identitas Pak Po agar tidak terbongkar.
"Begini saja, kau boleh main keluar, tapi saat malam, kau harus kembali dan berbaring seperti orang sakit. Kau pahan?"
"Paham Nona, terimakasih." Pak Po langsung berlari keluar menyusul ke tempat teman-temannya berada tanpa memedulikan Yuna dan Rosela.
Saking senangnya, Pak Po sampai berlarian ke sana kemari mencari-cari rekan-rekannya yang juga sedang asyik bersenang-senang seperti burung yang lepas dari sangkar.
Dari kejauhan Pak Po melihat rekan demitnya sedang bergandengan tangan satu sama lain untuk mengambil sesuatu yang terjatuh ke sungai. Kedua tangan mereka terlentang seperti tali di mana yang bagian depan mencoba mengambil sesuatu yang ada di tengah sungai sementara yang paling belakang memegangi tangan teman-temannya.
Karena yang paling belakang ada di atas dan di pinggir jalan. Rekan Pak Po satu itu langsung menoleh saat di sapa oleh Pak Po.
"Hei Bro, ngapain?" tanya Pak Po. Ia mengangkat kedua tangan dan mengajak tos rekannya.
Tanpa sadar rekan Pak Po itupun membalas tos tangan Pak Po sambil berkata, "Hai Bro, kau sudah sembuh ternyata. Kami baru saja mau menjengukmu. Tapi sandal si Tuyul jatuh dan kami sedang berusaha mengambil ...."
Rekan Pak Po itupun menyadari sesuatu dan ketika ia menoleh ke belakang, semua teman-temannya sudah terjebur ke dalam sungai karena pegangan tangannya terlepas.
"Alamak! Ngapain kalian berenang di sana!"
"Berenang kepalamu! Kenapa kau lepas tanganmu ha! Dasar biji kecambah!"
Para demit yang ada di dalam sungai langsung menatap marah si demit yang tak setia kawan itu. Mereka bangun dan siap menyerang rekannya sendiri. Tahu kalau dirinya dalam bahaya, demit yang ada dihadapan Pak Po langsung lari tunggang langgang dan dikejar oleh rekan-rekannya.
Pak Po hanya tertawa saja melihat kejadian lucu itu. Ia sengaja menyapa supaya tautan tangan rekannya itu terlepas sehingga demit yang ada di bawah jatuh ke sungai semuanya.
"Rasain, emang enak kukerjain. Hahaha ... Selamat berkelahi! Mas Gen Mas Ger, tunggu saja pembalasan dariku!" gumam Pak Po.
BERSAMBUNG
***