Bulan Pembantu Licik

Gadis itu tertunduk sembari mengepal ke dua tangannya di atas paha. Ia terdiam untuk beberapa saat sembari melihat ke luar kaca. Tampak raut wajahnya rasa ketakutan dan tekanan sampai membuatnya membisu mengabaikan pertanyaan hansel. Ya, Bulan dengan sengaja memasang wajah memelas agar Tuan muda itu merasa iba padanya.

"Bulan, kamu kenapa?" tanya Hansel lagi seraya melihat wajah lembut gadis cantik itu.

Bulan memalingkan wajah seraya tersenyum manis sampai terlihat lesung pipinya. "Aku merasa senang karena baru kali ini aku bisa keluar melihat lampu kota, melihat bintang di langit dan bisa menghirup udara kebebasan tanpa ada tekanan," sahutnya santai sembari tersenyum manja.

"Bulan jangan bohong padaku. Mata kamu tak bisa berbohong dengan mengatakan malam ini kau sangat berbahagia," desak Hansel dengan nada bicara lembut.

Bulan menghela nafas panjang. "Sejujurnya tadi aku sengaja mau keluar jalan-jalan sebentar, karena aku merasa sangat bosan. Sejak aku bekerja di rumahmu, aku belum pernah sama sekali keluar rumah bahkan ambil libur," jelas gadis cantik itu.

"Malam ini ikutlah denganku," sambung Hansel.

Bulan menganggukkan kepalanya. Ya, malam ini rencananya untuk mengetahui apa yang di lakukan Hansel setiap malam akan segera di ketahuinya, sementara di dalam hati hansel, dirinya berfikir Bulan gadis yang polos dan lugu yang harus di lindungi agar tidak ada lelaki yang mempermainkannya.

"Tuan, kita akan pergi ke mana?" tanya Bulan.

"Nanti kamu juga akan tahu sendiri, tapi jangan panggil aku Tuan selama di sana, ya," jawab Hansel.

"Jadi saya harus memanggil Tuan dengan panggilan apa?"

"Emm.... panggil saja Hansel."

"Tapi,"

"Sudah tidak ada kata tapi-tapi, lakukan saja perintahku."

Bulan menganggukkan kepala.Selama dalam perjalanan yang memakan waktu hampir setengah jam lamanya mereka bercanda dan tertawa dengan lepas sampai terasa tidak ada beban di pundak mereka.

"Haha ... haha, Hansel ternyata kamu jahil juga orangnya. Aku pikir anak Mama ternyata bandel juga ya di belakang Mamamu. Bisa-bisanya selama di luar negeri kamu menekuni sebagai vokalis band sudah gitu bolos kuliah juga dan punya geng kalangan anak-anak orang kaya." Bulan tertawa dengan renyah sampai membuat perutnya sakit karena menahan geli.

"Bukan band, tetapi aku penyanyi solo. Iya sih, kalau di pikir-pikir sebenarnya aku badung juga, ya. Haha ... haha," sambung Hansel.

Hansel memarkir mobilnya di depan sebuah bar yang sangat mewah. Terlihat banyak orang berkelas dari berbagai kalangan tengah masuk ke dalam, termasuk wanita-wanita centil yang berpakaian sangat seksi yang biasanya menggoda om-om guna mendapatkan sugar daddy.

"Tuan muda, eh maksudku Hansel. kita ke sini mau ngapain?" tanya Bulan.

"Sudah santai saja, kamu nanti hanya duduk terus makan, minum sepuasnya. Ayo turun sekarang," ajak Hansel seraya turun dari mobil.

Bulan 'pun ikut turun lalu berjalan mengikuti Hansel dari belakang berlagak polos seraya menoleh ke kanan dan ke kiri sperti orang kampung yang baru tahu namanya bar. Pria spontan membalikkan badannya sampai berhadapan dengan Bulan, seketika gadis cantik itu menghentikan langkahnya seraya mendongak ke atas melihat wajah Hansel.

"Sini di sebelahku jangan di belakang seperti naik becak saja," ucap Hansel seraya menarik pergelangan tangan Bulan.

Lagi-lagi Bulan hanya menganggukkan kepala dengan polosnya. Apa Hansel sering minum-minum di sini atau ketemuan sama pacarnya, batin gadis cantik itu.

Suara dentuman musik jedag-jedug begitu menggema di seluruh ruangan. Mereka berdua langsung menuju ruangan VIP yang sebelumnya sudah di pesan oleh Hansel. Ruangan yang hanya bisa di pesan olehnya lantaran nama Hansel sudah cukup terkenal di seluruh tamu-tamu dan juga staff ataupun pelayan di bar tersebut.

"Tuan muda Marvin selamat datang, mau pesan apa?" tanya pelayan.

"Marvin?" ucap spontan Bulan seraya melihat Hansel dari samping.

Hansel sektika memegang tangan Bulan, agar tidak bertanya lebih banyak terlebih dahulu sebelum pelayan itu pergi.

"Berikan aku dua botol mocktail dan juga keluarkan semua makanan ringan di sini."

Setelah selesai mencatat pesanan Hansel. Pelayan itu segera pergi.

"Hansel, apa maksudmu dengan Tuan muda Marvin?" tanya Bulan penasaran. Dia anak yang cerdas jangan sampai dirinya tahu kalau aku adalah musuh dalam selimut. Tapi, boleh juga aku mempermainkan perasaannya denga berpura-pura menjadi anak polos , baik hati dan juga terlihat bodoh , batin Bulan seraya tersenyum tipis melihat wajah tampan Hansel.

Semua pesana Hansel sudah tersaji di atas meja dengan mewah. Bukan Hansel namanya jika tidak ada kemewahan di dalam dirinya yang sejak dari kecil sudah di terapkan gaya hidup mewah oleh Hana.

"Bulan, kamu jangan salah sangka. Kamu tahu 'kan nama Mama itu sangat di kenal banyak orang, kalau aku memakai nama Hansel dengan nama Mama di belakangnya, pasti semua orang akan tahu. Akan tetapi, kalau nama palsu pasti mereka tidak menyangka kalau aku ternyata anak pengusaha kaya raya," jelasnya seraya menuangkan mocktail dalam gelas.

"Apa setiap malam kamu pergi ke sini?"

"Tidak, hanya hari ini aku ingin merasa santai saja. Biasanya aku bernyayi pada salah satu choffe shop hanya untuk bersenang-senang saja. Bagaimana sih rasanya melakukan keinginan diri sendiri tanpa aturan dari Mama."

"Apa memakai nama lain juga selain Marvin?" tanya Bulan seperti polisi.

Hansel menoyor jidat Bulan pelan sampai ke belakang. "Kamu itu tanya, apa sedang mengintrogasiku," sahut Hansel  dengan tertawa kecil melihat Bulan mengusap-ngusap keningnya.

Ada sisi lain dari Hansel yang tidak di warisi dari Hana seperti sikap lembut dan juga rasa pedulinya terhadap orang lain. Dia juga kadang merasa tekanan dan gak bisa menjadi sesuai keinginannya, menarik juga. Hemm ...., Hana akan aku ku masukkan tanganku ke dada anakmu dan aku rebut hati dan jantungnya dengan perlahan sampai dia membencimu atas perbuatanmu, sama seperti dulu. Bukankah aku dan Hansel waktu kecil pernah makan satu piring yang sama dari tanganmu sendiri, batin Bulan tersenyum tipis.

"Tuan Marvin yang tampan," goda Bulan memanggil nama palsu Hansel.

"Hei di sini hanya ada kita berdua panggil Hansel saja, jangan ketahuan sama Mama,kalau sampai tahu kamu yang akan aku cari pertama kali dan aku bilang bahwa kamu yang mengajakku ke tempat seperti ini," cicit Hansel yang tidak serius dengan ucapannya.

"Kenapa aku yang di salahkan , Tuan Hansel?" sahut Bulan seraya menunjuk dirinya sendiri.

"Bercanda Bulan, kenapa tampangmu serius sekali. Haha ... haha, lucu sekali mukamu itu kalau sedang serius seperti bebek saja bentuk bibirmu," sahut Hansel seketika tertawa terbahak-bahak.

Gadis cantik itu meminum segelas mocktail dengan santai seraya melirik Hansel di sampingnya. Bukan untuk pertama kalinya Bulan meminum jenis minuman seperti ini, baginya ini hanyalah air putih biasa.

Bersambung ✍️

Batu Vote, like, komentar, follow ya teman2 🥰

Matur nuwun 🙏