NovelToon NovelToon
Di Gilir Keluarga Suami

Di Gilir Keluarga Suami

Status: sedang berlangsung
Genre:nikahmuda / Cinta Paksa / Romansa / Pembantu / trauma masa lalu
Popularitas:10.8k
Nilai: 5
Nama Author: bryan.gibran

Namaku Refelin, Gadis 19 Tahun yang harus rela mengorbankan masa muda untuk menikah dengan anak majikan ibuku.

Tapi sayangnya, kisah kehidupan rumah tangga ku tak seindah yang ku bayangkan.
Semua pilu ku berawal dari pernikahan itu, Aku diperlakukan bagai piala bergilir, diperbuat seenaknya dan hanya dicari ketika sedang dibutuhkan saja. Aku tidak menyangka pernikahan ku dengan anak majikan ibuku itu akan menjadi momok menakutkan yang membuatku trauma seumur hidup.

Hancur sekali hidupku, Mampukah aku melewati semua beban ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bryan.gibran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21 : - Melawan Stefani

"Are you ready?" Stefani melemparkan tubuh ku ke atas ranjang.

"Aah, Gila kamu!" pekik ku, tapi aku langsung beranjak dari atas kasur, aku tidak mau kalau Stefani sampai melancarkan aksi gilanya kepadaku.

"Haha, iya aku memang gila. Tergila-gila kepadamu sayang" ucap Stefani, aku rasa otak wanita yang satu ini hanya segaris, tidak bisa membedakan laki-laki dan perempuan, semuanya sama dimatanya.

"Fani, aku mohon biarkan aku keluar" mohon ku.

"Memang itu tujuan ku, tapi jangan egois dong, kita harus keluar berdua. Biar sama-sama enak. Ngerti kan maksud ku?" Kata Stefani, senyum miring nya membuatku ingin menonjok bibir itu karena geram, matanya juga berkedip menggodaku.

"Jangan mimpi kamu, aku tidak stres sepertimu. Jangan menguji kesabaranku" gertak ku, tapi Stefani malah tertawa dan berusaha menangkapku.

"Hahaha, uh takut banget. Ayo, aku ingin melihatmu marah, itu akan membangkitkan gelora nafsu ku" kata Stefani. Sial, si wanita jalang itu tidak takut dengan ucapan ku.

"Tolongggg..."

"Sstt, Diam sayang, nanti baby Zacky dengar dan dia terbangun. Lagi pula tidak akan ada yang mendengar mu" kata Stefani. Sepertinya dia semakin gemas melihatku, dia terus memberikan senyuman maut nya yang membuat ku merasa mual.

"Kemari kamu. Murahan sepertimu cukup jadi penurut saja, agar kamu bisa hidup tenang dirumah ini" ucap Stefani. Aku bingung, kenapa makhluk seperti dia ada dimuka bumi ini, apa motivasi yang membuatnya menjadi wanita berhati binatang yang tidak mengenal gender?.

Sungguh, Stefani sudah pantas diibaratkan sebagai binatang yang sesuka hati memilih lawan main, tidak peduli lelaki atau perempuan, saudara atau sedarah, selama nafsu nya tersalurkan akan terus dijalankan disetiap kesempatan.

Dengan segala upayaku yang masih nihil, kini Stefani kembali berhasil meringkus aku, aku kembali dijatuhkan kekasur, dia dengan sigap langsung menindihku. Tangannya menjalari leherku dan mengusap air mata yang mulai menetes di pipiku. Aku sangat risih, tapi untuk sementara aku akan membiarkan Stefani dengan aksi gilanya, menunggu saat-saat dia lengah agar aku dapat mencuri kesempatan untuk melepaskan diri.

Aku jadi teringat kepada kegilaan Pak Abra, aku memang bisa terlepas dari jerat birahi nya, tapi tidak Rivano, aku tidak bisa melawan kekuatannya, dia telah berhasil merusakku, merenggut kehormatanku sebelum suami sahku yang melakukannya, trauma itu pasti akan terus menghantui ku. Dan kini, diatas tubuhku sedang ada Stefani yang penuh gelora menghinggut diriku. Makhluk yang berjenis kelamin sama dengan ku, tapi tidak pandang bulu, semua sama rata dimatanya.

"Cup cup cup, jangan menangis sayang. Sekarang saatnya, Let's do it!"

***

"Elin, kamu menginginkan tubuhku?, cepatlah lakukan sekarang, aku tidak akan berontak lagi" perintah ku, mencoba mengikuti kemauan nya dan membuat dia diriku seolah pasrah akan perbuatan nya.

"Akhirnya kamu luluh juga. Dengan senang hati, aku akan membawa mu ke dunia yang belum pernah kamu jelajahi sebelumnya" ujar Stefani, senyum nya semakin lebar saat mendapat lampu hijau dariku, tatapan matanya sangat tajam, sepertinya dia sudah berada dipuncak nafsu yang menggebu-gebu.

Dengan posisi yang terbaring terlentang, Stefani menaikkan kedua tanganku keatas kepalaku, perlahan dia mendekatkan wajahnya dengan posisi kepala sedikit miring kekanan, aku memejamkan mata, tidak sanggup membayangkan jika bibir Stefani sampai menyentuhku.

"Kamu benar-benar cantik Elin, aku iri pada Aldi karena dia bisa setiap hari menikmati mu. Aku benar-benar tidak bisa menahan hasrat ku saat pertama kali melihatmu, jiwa ku tergugah, sudah lama aku tidak menaruh rasa kepada seorang wanita, apalagi setelah menikah dengan Aldo. Tapi kamu, kamu berhasil membawaku terbang kelangit ketujuh" Stefani berbisik lirih ditelingaku, desah nafas nya juga terasa hangat dan aku bisa merasakan debar jantung nya sangat berdegup kencang karena posisi nya kini benar-benar telah menindih seluruh tubuhku, tidak ada jarak diantara kami.

Tapi satu hal yang masih harus aku syukuri, Stefani belum mendaratkan bibir nya ke wajahku, sesaat dia selesai berbisik kata-kata yang sungguh memuakkan itu, aku membalasnya dengan penuh rayuan.

"Jadi aku sangat istimewa dimatamu?, aku juga baru sadar, ternyata dalam jarak dekat seperti ini, kamu juga sangat cantik Fani" kata ku sambil mengelus kepalanya, aku memberikan senyuman termanis kepada nya dan tentu saja Stefani semakin bergairah dan tidak sabar ingin menerkam ku.

"Eitss, buru-buru amat. Kita mesra-mesraan dulu dong, bercanda dan saling merayu" kataku sembari menahan bibir Stefani yang hampir menyentuh wajahku, dia hanya diam saja menatapku.

Merasa dirinya sudah semakin hanyut dalam perlakuanku, kini aku bisa leluasa memimpin permainan, aku membalikkan posisi kami, kini Stefani yang berada dibawah, sementara aku duduk diatas perutnya.

Untuk mengalihkan perhatian nya, tangan kiri ku mulai mengelus lembut leher Stefani, sementara tangan kananku berusaha meraih bantal.

"Kamu suka?" Tanya ku saat tanganku terus menari sampai ke pipi Stefani. Dia hanya mengangguk dan tersenyum kecil.

"Aku juga suka. Suka kalau kamu pergi ke neraka"

Aku langsung membanting bantal dengan keras ke wajah Stefani, membekap nya dan menahan nya dengan kedua tanganku. Stefani kelojotan dan menggelepar, dengan rasa kesal dan terkejut, dia berusaha melepaskan bantal itu, tangannya juga sesekali memukul ku.

"Uhmmmm.. uhmmmm.." Teriak Stefani dari balik bantal.

Aku sebenarnya sangat ketakutan, tapi jika tidak melawan, Stefani akan semakin semena-mena terhadapku.

Setelah beberapa saat, akhirnya aku melepaskan bantal itu dari wajah Stefani, tapi sebelum dia kembali berusaha melawan, aku menampar wajahnya kuat.

Plakkk...

"Aarghh, gila kamu Elin" Teriak Stefani sambil memegangi bekas tamparan ku. Aku turun dari kasur, menyelamatkan diriku sendiri, ingin keluar dari kamar meninggalkan si wanita otak dengkul itu.

"Kamu yang gila, kamu belum tau siapa aku, jadi jangan pernah bermain-main denganku" tegasku.

Saat berjalan menuju pintu, aku tidak menyadari ternyata Stefani mengikuti ku.

"Kurang ajar kamu pembantu murahan" kata Stefani, aku sempat menoleh kebelakang tapi dia berhasil menendang kaki ku.

"Aawhh" Aku terjatuh.

"Itu balasan karena kamu hampir membunuhku tadi" Gerutu Stefani, kemudian dia menjambak rambutku, dengan perasaan kaki yang masih sakit, aku terpaksa berdiri akibat jambakan dari Stefani. Aku berusaha melepaskan tangannya, tapi Stefani semakin menarik kuat rambutku.

"Aku juga perempuan sama seperti mu, jadi bukan kamu aja yang bisa menjambak"

Karen tidak bisa melepaskan tangannya dari rambutku, aku membalasnya dengan cara menjambak rambut nya juga.

Buggg... Buggg...

Aku juga menonjok perut wanita sialan itu, tanpa belas kasihan seperti perlakuan nya padaku, tangan kiri menjambak rambutnya, dan tangan kanan ku melayangkan tonjokan diperutnya sebanyak dua kali. Stefani pun melepaskan jambakan nya dari rambutku, dia terjatuh dan memegangi perutnya, akhirnya dia merasakan seperti yang aku rasakan.

"Aarghh, Elinnnnn!" Teriak Stefani. Tapi aku tidak peduli lagi dengan kondisi nya, lebih aku segera mengambil kesempatan untuk keluar dari kamar sebelum dia menangkap ku kembali.

"Awas kamu elinnnn!"

Aku masih mendengar teriakan Stefani, sepertinya dia tidak akan membiarkan aku tenang sampai Aldi pulang. Dan benar saja, baru saja aku hendak mencari tempat untuk bersembunyi, Stefani sudah keluar dari kamar dengan langkah sempoyongan sambil memegangi perutnya.

"Mau kemana kamu?, kamu harus mempertanggung jawabkan perbuatan mu. Kamu harus membayar lunas semua ini" kata Stefani, geram terhadapku.

"Fani, sudahlah. Jangan gila lagi, aku cape" kata ku.

***

Oek... oek.. oek..

Terdengar suara tangisan bayi, langkah Stefani terhenti saat mendengar suara tangisan itu. Aku berterima kasih kepada baby Zacky karena telah membebaskan aku dari jerat ibunya yang sangat diluar nalar.

"Lolos kamu kali ini, urusan kita belum selesai" kata Stefani.

"Dari pada mengurus urusan yang tidak penting, sana urus saja bayi mu" balas ku, bernapas lega. Stefani menatapku sangat sinis, kemudian dia berlalu kekamarnya untuk memeriksa keadaan baby Zacky.

"Ya Tuhan, semoga Aldi setuju dengan permintaan ku untuk pindah dari rumah neraka ini. Aku benar-benar tidak sanggup jika harus setiap hari begini, aku lelah" ucap ku dalam hati. Keinginan terbesar ku saat ini hanyalah terbebas dari belenggu anggota keluarga Abra.

Sebelum Stefani kembali, lebih baik aku langsung bergegas ke kamar Aldi, mengunci diri ku sendiri didalam kamar itu agar aman sampai Aldi pulang.

1
bryan.gibran
Apa yang akan kalian lakukan jika berada di posisi Refelin?
Akbar Cahya Putra
Mantap banget, author! Jangan berhenti menulis ya!
Tōshirō Hitsugaya
cerita ini layak dijadikan best-seller, semangat terus!
bryan.gibran: thanks kak, ikuti terus update nya ya
total 1 replies
♞ ;3
Sama sekali tidak mengecewakan. Sebelumnya aku berpikir bakal biasa saja, ternyata sangat bagus!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!