Apakah tujuan dari sebuah pernikahan?
Hidup bersama atau hanya sekedar tinggal bersama.
Ayana adalah seorang istri yang telah tinggal bersama sang suami selama dua tahun, namun ia merasa jika suaminya tidak mencintai dirinya sepenuh hati. Sebagai seorang istri, Ayana bukan hanya membutuhkan sentuhan namun ia juga membutuhkan pengakuan dari sang suami, pengakuan yang tegas jika dirinya merupakan teman hidup bukan hanya sekedar teman tidur untuk suaminya.
Dapatkah Ayana bertahan dalam kehidupan pernikahannya di kala prahara mulai datang menerpa hingga menggoyahkan hatinya.
Apa yang akan Ayana pilih, bertahan atau justru berpisah?
Mampukah ia menghapus jejak sang suami sementara hatinya telah terbelenggu cinta yang mendalam?
Ikuti sekuel
SANG MANTAN 2 ~Arti Cinta.
Semoga kalian semua menyukainya
Happy Reading,,,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chayahuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEPUTUSAN
Satu minggu kemudian, sesuai janjinya pada Ayana tempo hari, akhirnya Romi mengabulkan permintaan sang istri untuk pindah rumah. Romi membelikan sebuah rumah untuk Ayana dan rumah tersebut berada tidak jauh dari rumah yang ia tempati bersama Mona. Romi sengaja mencari rumah yang dekat dengan kediamannya agar memudahkan dirinya dan Mona untuk mengunjungi Ayana dan Alea begitu pula sebaliknya. Dengan jarak rumah yang tidak terlalu jauh membuat mereka bisa saling mengunjungi di setiap waktu tanpa harus menempuh jarak yang terlalu jauh.
Saat ini Mona sedang membantu Ayana membereskan barang- barangnya karena Ayana akan pindah besok. Ayana juga telah mengatakan pada Mona jika ia dan Romi akan segera bercerai dan tentu saja Mona langsung. menentangnya.
"Sebenarnya aku tidak setuju kamu pindah, Ay. Aku merasa kehilangan seorang teman" Ucap Mona pada Ayana.
"Aku hanya pindah rumah Mona, bukan pindah kota atau pindah negara. Kita masih tinggal di lingkungan yang sama bahkan rumah kita berada di kompleks yang sama hanya berbeda klaster saja. Kita masih bisa bertemu setiap waktu" Jawab Ayana.
"Tapi tetap saja, Ay. Aku tetap sedikit kecewa karena kamu tidak lagi tinggal bersama kami. Dan aku juga kecewa karena kamu ingin berpisah dari mas Romi. Padahal aku ingin keluarga kita hidup bersama dan bahagia selamanya. Aku ingin kita berdua mendampingi mas Romi bersama- sama hingga tua nanti. Aku ingin menghabiskan masa tua bersamamu" Ucap Mona sendu.
Ayana menatap Mona, terlihat jelas jika sahabatnya berkata tulus dan jujur. Mona memang memiliki hati yang tulus, dia rela berkorban demi sahabatnya. Ayana mendekati Mona lalu memeluknya erat, Mona membalas pelukan Ayana kemudian mereka saling melepaskan diri.
"Mona! Aku ingin bertanya padamu. Apa kamu tidak merasa keberatan dengan kehidupan rumah tangga yang kita jalani selama kurang lebih enam tahun ini? Apa kamu akan tetap rela jika aku menjadi madumu selamanya? Dan apa kamu ikhlas jika mas Romi membagi cintanya denganku?" Tanyanya.
Mona terdiam.
"Mon! Meskipun kamu berkata ikhlas tapi aku tahu kamu tidak akan bisa ikhlas sepenuhnya. Wanita mana yang bisa ikhlas jika suaminya berbagi cinta dengan wanita lain. Jika aku jadi kamu, aku tidak akan pernah mengizinkan suamiku menikah dengan wanita lain apapun alasannya".
"Aku rela, Ay! Asal wanita itu adalah kamu" Sahut Mona.
"Jangan gila, Mon! Aku tidak suka kamu bicara seperti itu" Sergah Ayana.
"Meskipun bibirmu mengatakan rela tapi aku tahu hatimu mengatakan hal yang berbeda" Sambungnya.
"Aku punya prinsip yang berbeda denganmu, aku bukan wanita yang rela suaminya membagi cinta dengan wanita lain. Aku suka hidup bersama laki- laki yang melakukan poligami. Apa kamu tidak khawatir jika nanti aku akan merebut mas Romi dari tanganmu dan menjadikannya milikku seutuhya? Apa kamu mau kehilangan mas Romi selamanya?" Ancam Ayana.
"Ay,,,,!"Mona terkejut mendengar ucapan Ayana, bibirnya tidak mampu berkata.
"Apa kamu ingin berpisah dari Romi?" Ayana kembali mengulangi ancamannya.
"Tidak. Aku tidak sanggup kehilangan mas Romi" Sahut Mona sambil terisak.
"Kalau begitu izinkan aku melepaskan mas Romi karena aku lebih sanggup untuk kehilangan suamimu dari pada dirimu. Aku tidak ingin karena keegoisan kita berdua justru menghancurkan hubungan persahabatan yang telah lama kita bina. Aku ingin menjadi sahabatmu selamanya" Ucap Ayana.
"Aku dan mas Romi tidak saling mencintai, Mon. Kami bertahan hanya demi Alea dan sekarang Alea sudah besar, cepat atau lambat dia pasti akan mengerti situasi ini" Sambungnya.
"Kamu yakin dengan keputusanmu? Apa kamu tidak ingin memikirkannya lagi?" Tanya Mona.
"Keputusanku sudah bulat, Mon. Aku ingin memulai hidup yang baru berdua bersama Alea. Aku ingin melanjutkan hidupku tanpa bayang- bayang mas Romi" Tegas Ayana.
"Aku sudah membicarakan masalah ini pada mas Romi dan menyerahkan semua urusan padanya. Aku percaya mas Romi mampu menyelesaikan urusan kami dengan cepat".
Mona mengusap air matanya lalu kembali memeluk Ayana.
"Aku menyayangimu, Ay! Kamu adalah sahabat terbaik sekaligus keluarga bagiku. Aku akan hormati keputusanmu meski aku kecewa dengan keputusan ini. Padahal aku hanya ingin kamu bahagia bersama mas Romi dan melupakan luka masa lalu. Aku tidak ingin luka masa lalu membuatmu trauma untuk membuka hati dan menikah lagi, makanya aku memintamu untuk menikah dengan mas Romi. Tapi ternyata keputusanku tidak sepenuhnya tepat karena hingga kini kamu tidak bisa menerima mas Romi dan mencintainya sepenuh hati".
"Terima kasih, Mon. Aku lega karena akhirnya kamu mau mengerti. Aku janji, aku akan hidup bahagia bersama Alea dan menjalani hidup yang lebih baik hingga sampai akhir" Ucap Ayana seraya tersenyum lega.
Mona ikut tersenyum, ia berharap agar Ayana hidup bahagia selamanya. Keduanya kembali berpelukan untuk mecurahkan segala rasa di dalam dada. Dan setelah itu Mona kembali membantu Ayana untuk berkemas karena hari sudah menjelang malam.
.
Sementara itu di tempat lain, selama beberapa hari ini Alex terus memikirkan tentang bocah kecil yang di temuinya di sekolah Vero.
Pertemuannya dengan Alea sedikit mengusik hatinya dan mengganggu pikirannya. Entah mengapa wajah Alea terus tergiang- giang di otaknya hingga membuatnya sulit untuk melupakan bocah perempuan itu.
"Mengapa wajah Alea terlihat tidak asing bagiku. Aku merasa seperti pernah melihat garis wajah seperti milik Alea sebelumnya. Tapi di mana aku pernah melihatnya?" Alex mencoba mengingat- ingat namun memorinya tidak mampu mengingat seluruh kejadian yang lalu.
Memikirkan Alea membuat Alex kembali teringat pada Romi, pria yang ternyata adalah ayah dari bocah prempuan itu. Alex tidak pernah menduga jika setelah sekian tahun berlalu akhirnya mereka bertemu kembali.
"Aku tidak menyangka kami akan bertemu kembali setelah semua yang terjadi. Pria itu tampak begitu bahagia saat datang menjemput putrinya. Hah! Kenapa tiba- tiba aku merasa iri padanya, ternyata hidupnya jauh lebih beruntung dari pada hidupku" Ucapnya seraya tersenyum.
Alex tersenyum namun bukan senyum bahagia melainkan sebuah senyuman nestapa. Alex merasa ia adalah laki- laki paling malang di dunia ini, hidupnya benar- benar berubah sejak ia kehilangan istrinya.
"Apa anda akan bermalam di tempat ini lagi pak?" Dito datang mengejutkan Alex yang sedang berbaring di atas sofa didalam ruang kantornya.
"Kamu belum pulang?" Sahut Alex sembari beranjak bangkit dan duduk di sofa.
"Bagaimana saya bisa pulang jika bapak sendiri belum pulang. Tidak mungkin saya meninggalkan anda seorang diri di tempat ini, bagaimana jika terjadi sesuatu pada anda!" Ucap Dito.
"Kamu terlalu berlebihan" Sela Alex.
Dito menghela nafas pelan lalu ia menatap makanan yang berada diatas meja dan ternyata makanan itu masih utuh seperti sejak awal ia tinggalkan dan itu artinya Alex kembali tidak makan hari ini.
"Anda belum memakan makan malam anda pak?" Tanya Dito.
Alex melirik makanan di atas meja lalu kembali memalingkan wajahnya kearah lain.
"Bawalah kembali makanan itu, aku tidak ingin memakannya" Ucap Alex.
"Tapi anda tidak makan apapun sejak siang tadi, pak. Dan saya yakin anda pasti tidak sarapan juga tadi pagi" Tebak Dito.
"Aku sedang tidak berselera untuk makan, jadi apa kamu membeli semua makanan ini. Sekarang, bawa kembali makanan ini, aku tidak selera untuk makan" Ucapnya.
"Jika anda menolak makan terus menerus maka anda akan kembali berakhir di rumah sakit seperti bulan lalu. Sepertinya anda begitu suka berada di rumah sakit, sampai- sampai anda selalu bertandang ke sana hampir tiap bulan" Ejek Dito.
Alex melirik Dito dengan ekor matanya, ia kesal karena asistennya itu semakin kurang ajar padanya.
"Tutup mulutmu dan pergilah. Aku muak melihatmu disini" Usirnya kemudian.
"Dan jangan lupa bawa kembali semua makanan itu, aku juga sudah muak mencium aromanya".
Usai mengatakan hal itu, Alex kembali merebahkan tubuhnya di atas sofa lalu memejamkan matanya secara perlahan. Sementara itu, Dito kembali menghela nafas panjang, ia benar- benar kewalahan menghadapi sikap Alex yang terus berubah- ubah setiap harinya.
♥︎♥︎♥︎
Lanjut besok ya.
Jangan lupa kunjungi novel terbaru Author
Semoga kalian menyukainya.
Terima kasih.