SWEET LOVE

“Haissh, sialan!” Mata Berlyan membulat saat melihat Arga sudah berjalan memasuki lobi kafe.

“Apa yang harus aku lakukan? Ah, aku bisa gila!” Dia langsung berbalik dengan cepat dan mengambil rambut palsu dari dalam paperbag. Kemudian memasangnya dengan panik.

“Ahh, sial sekali,” decaknya saat menoleh melihat tasnya terjatuh kelantai.

“Kenapa ini harus jatuh sekarang sih?” Berlyan berjongkok memungut kupon makanan di kedai ayam goreng orang tuanya yang berserakan dilantai.

“Terima kasih banyak!” ucapnya saat seseorang membantunya memungut salah satu kupon.

Akan tetapi saat dia mendongak seketika itu tulang kakinya melemas dan tidak bisa bediri lagi. Melihat Arga yang tengah menatap kupon makanan tersebut.

“Kita bertemu lagi, Nona Hana Queen palsu!” sapa Arga dengan senyumannya yang licik. Berlyan hanya bisa tersenyum sumbang dengan bibirnya yang terus bergetar panik.

Berlyan dan Arga pun duduk dimeja yang sama dengan saling bertatapan. Tangan Berlyan terus menggetar memegangi gelas air putih yang disediakan, sambil menatap Arga yang serius membaca isi dikupon makanan kedai ayam goreng orang tuanya.

“Apa kamu bekerja di kedai ayam goreng?” tanyanya dengan tatapan menyelidik.

“Apa? Oh soal itu....” Berlyan tersenyum kikuk dan takut untuk menjawab.

“Kalau kamu tidak bisa bilang, tidak masalah aku bisa menelponnya untuk mengetahui,” tukas Arga tersenyum tipis sambil memegang ponselnya.

“Keluargaku memiliki kedai ayam goreng!” jawab Berlyan jujur karena panik dari pada Arga harus menelpon orang tuanya, bisa jadi lebih panjang nanti masalahnya.

“Haissh, sialan! Aku bahkan memberitahunya alamat rumahku,” batin Berlyan menyesal.

“Berapa?” tanya Arga dengan tatapan serius.

“Ayam goreng tanpa bumbu 25 ribu perkotak, dan yang pedas 30 ribu perkotak,” jawab Berlyan.

“Dasar konyol! Aku tidak membicarakan ayam goreng!” gemas Arga.

“Tapi, berapa banyak kamu dibayar untuk meniru Hana Gracia Queen?”

“Oh i-itu...jadi...” Berlyan terbata-bata.

“Tidak apa-apa, katakan saja dengan jujur,” kata Arga.

“Jadi, awalnya aku terus mengatakan padanya kalau aku tidak bisa melakukan hal itu. Tapi temanku bilang, dia akan membayarku sebanyak satu juta lima ratus ribu. Jadi ya begitu kejadiannya,” jelas Berlyan yang terus tersenyum kikuk dan merasakan dadanya berdebar-debar.

Arga menghela nafasnya dan menutup mata sambil meremas gelas air minum yang ada dihadapannya dengan kesal. “Jadi kamu mencoba menipuku hanya untuk uang satu juta lima ratus ribu?”

Saat membuka mata dan menatap tajam Berlyan. Wanita itu tersentak kaget, seperti ditembak laser memakai senjata api saat itu juga. Berlyan berharap dia mati sekarang juga dari pada harus menghadapi pria mengerikan seperti Arga pikirnya.

“Menggantikan posisi seseorang bukan artinya menipu, kan?”

“Kamu pura-pura menjadi orang lain. Kamu juga membuang waktu berharga seseorang untuk keuntunganmu sendiri. Apa lagi namanya jika bukan menipu?”desak Arga melotot.

Berlyan menelan salivanya dan sulit membuka mulutnya. “Maafkan aku, saat itu aku sangat membutuhkan uang, dan gaji bulananku tidak bisa memenuhi jumlah uang yang aku butuhkan.”

Arga terkekeh dan berdecih saat mendengarnya. “Aku kira kamu hanya penipu biasa, tetapi kamu punya pekerjaan lain juga ya? Rupanya kamu punya kemampuan?”

“Oh i-itu maksudku...ya, itu hanya perusahaan kecil. Sangat kecil hehe,” jawab Berlyan gugup.

“Padahal perusahaan itu adalah perusahaanmu,” gumam Berlyan dalam hati.

Saat ini Berlyan merasa sudah berada diujung jurang akibat pengkhianatan dari Hana sahabatnya yang licik dan kurang ajar itu. Dia berpikir keras untuk bisa selamat dari spesies gila yang kini berada dihadapannya tersebut. Berbeda dengan Hana yang kini tengah celingukkan menatap kesekitarnya dari dalam mobil sport biru miliknya.

“Apa Presdir Argantara membawa sekertarisnya yang tampan juga hari ini?” gumamnya sambil tersenyum tanpa rasa bersalah kepada Berlyan.

“Huft! Dasar gila! Sekarang bukan waktunya memikirkan seorang pria, setelah melempar teman sendiri ke harimau! Maafkan aku temanku tersayang,” ucap Hana seraya memukul kepalanya sendiri untuk sadar.

Berlyan teringat perkataan Hana ‘pokoknya bilang saja kamu menyesal dan minta maaf padanya’.

“Aku tidak melakukan kesalahan, selain menyembunyikan fakta bahwa aku adalah pegawai diperusahaannya,” batin Berlyan.

Arga terus menatap Berlyan dengan mata menyipit dan alis yang tertaut, serta dagu lancipnya yang menegang, menandakan bahwa saat ini dia sangat marah. Pada wanita kurang ajar yang duduk dihadapannya.

“Tapi aku kan sangat rugi jika dia tahu identitas asliku karena membuatnya marah,” gumam Berlyan tersenyum ragu-ragu.

“Aku tahu permintaan maaf saja tidak cukup, tapi aku tetap akan ganti rugi untuk waktu yang telah kamu buang dan sakit hati yang kamu rasakan, tapi lagi-lagi tidak ada cara untuk melakukan hal itu. Aku juga tidak bisa memberi uang atau hadiah, karena kamu sudah punya lebih banyak hal daripada aku, aku hanya bisa berjanji akan melakukan apa saja jika kamu membutuhkan bantuanku, selama itu sesuai kemampuanku!” tuturnya dengan percaya diri. Berlyan sampai mengangkat tangannya seolah dia kuat dan bersemangat.

Akan tetapi Arga masih diam melipat tangan didepan dadanya dan duduk diam menatap Berlyan yang terus mengoceh panjang sedari tadi.

“Apa kamu masih marah padaku?” tanya Berlyan bingung karena Arga tidak bergeming.

Arga menghela nafasnya dan semakin menatap tajam Berlyan. “Bagian mana dari wajahku yang kamu bilang seperti burung bangau?”

“Hah?” Berlyan tercengang. “Oh, jadi kamu marah karena hal itu?”

“Bukannya aku marah, hanya saja baru kali ini aku mendengar omong kosong itu, jadi aku bingung,” pungkas Arga sembari menggigit bibirnya menahan rasa kesalnya.

“Oh soal itu, aku hanya sembarangan mengatakan apa saja yang terlintas di otakku, karena aku ingin kamu berhenti memintaku menikahimu,” jelas Berlyan sambil tertawa pelan mengingatnya.

“Apa kamu baru saja bilang, apa saja yang melintas diotakmu?” Arga menekankan perkataannya dan menajamkan matanya.

“Tapi kalau dilihat-lihat kamu cukup mirip. Wajah kecil, mata tajam, lengan, dan kakimu juga panjang. Apa kamu tidak penah mendengarnya?” Berlyan tersenyum lebar seakan-akan perkataannya lucu.

“Bukankah aku baru saja bilang aku tidak pernah mendengarnya?” geram Arga.

“Oh iya, maaf,” ucap Berlyan pelan.

“Apa dia benar-benar marah karena hal itu? Astaga, dasar pendendam sekali,” batin Berlyan.

“Kalau begitu, jika tidak ada lagi yang mau dibicarakan, bagaimana kalau kita akhiri sekarang?” Berlyan tersenyum.

“Sebenarnya kami juga masih mencari pekerja paruh waktu untuk kedai kami, jadi aku harus membantu saat malam, jadi lebih baik aku pulang sekarang....”

Tiba-tiba ponsel Berlyan bergetar, dia pun segera meliriknya. Tertera panggilan masuk dari kontak bertuliskan ‘JANGAN DIJAWAB’. Berlyan terkejut dan langsung meraihnya dari atas meja dan menatap panik Arga dihadapannya.

“Simpan lagi nama kontakku dengan benar, dan angkat saat aku menelponnya mulai sekarang. Tapi jika kamu tidak mengangkatnya atau menghilang...aku akan datang menemuimu!” ancam Arga seraya memperlihatkan kupon makanan kedai ayam goreng orang tuanya.

Berlyan mengela nafasnya karena tidak bisa berkata-kata lagi selain mengangguk. “Baiklah....”

“Lalu, siapa nama aslimu?” Arga merogoh sakunya dan mengambil ponselnya. Hendak mengganti nama kontak nomor telepon Berlyan.

“Berly....” Berlyan tersadar dan menghentikan perkataannya.

“Jika aku memberi nama asliku, dia mungkin akan mengenaliku,” pikirnya.

“Maksudku, namaku adalah ... Sa-Sahara!” ucapnya terbata-bata sambil memikirkan nama yang terlintas dibenaknya.

Arga tidak menjawab dan langsung menulis nama Sahara di kontak nomor Berlyan diponselnya. Sedangkan Berlyan menulis Burung Bangau di kontak nomor Arga di ponselnya.

.

.

BERSAMBUNG.