Anisa menerima kabar pahit dari dokter bahwa dirinya mengidap kanker paru-paru stadium empat, menandakan betapa rapuhnya kehidupan yang selama ini ia jalani.
Malamnya, ketika Haris pulang dari dinas luar kota, suasana di rumah semakin terasa hampa. Alih-alih menghibur Anisa yang tengah terpuruk, Haris justru membawa berita yang lebih mengejutkan. Dengan tangan gemetar, Anisa membaca surat yang disodorkan Haris kepadanya. Surat yang menyatakan perceraian antara mereka berdua setelah 15 tahun membina rumah tangga.
Ternyata, memiliki kehidupan yang harmonis ekonomi yang bagus, serta anak-anak yang lucu tak bisa mempertahankan sebuah hubungan Anisa dan Haris.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya? Yuk, simak di Bunda Jangan Pergi!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bunda 21
"Anisa, apa kamu gila? Kenapa kamu sampai berpikir untuk meminta Tania menjadi ibu sambung untuk anak-anak kita?"tanya Haris, dengan nada marah. Anisa menghela napas dan berdiri membelakangi Haris di dalam kamarnya.
"Apa lagi yang bisa ku lakukan Mas? Kamu mencintainya, anak-anak juga akan menyayangi Tania seperti mereka menyayangi ku."Anisa masih membelakangi Haris dan tak ingin menatap pria yang sedang berbicara dengannya.
"Tapi, bukan begini caranya Anisa. Aku memang mencintai Tania, karena dia cinta pertamaku sebelum kita dijodohkan dulu. Tetapi, kini posisinya telah berbeda dan tak mungkin anak-anak akan menerima Tania seperti mereka menerimamu. Kamu ibunya, Kamulah orang yang paling dicintai oleh mereka, Anisa. Mengertilah...."
"Meskipun pernikahan kita adalah sebuah perjodohan, tetapi aku mencintaimu dengan tulus, Mas. Sampai orang tua kita meninggal aku tak ingin mengkhianati kepercayaan mereka pada kita. Tapi, nyatanya ... kamu berkhianat, Mas."Ungkap Anisa yang kini berbalik dan menatap Haris dengan tatapan penuh kekecewaan.
"Anisa, aku minta maaf. Tetapi, saat ini aku ingin kamu dan aku menghabiskan wakti bersama dengan anak-anak kita,"bujuk Haris.
"Selama aku masih hidup dengan sisa waktu yang tak menentu, aku ingin melihat Tania merawat anakku dengan benar. Aku ingin tahu apa dia layak atau nggak,"finis Anisa, Haris hanya bisa menghela napas. Mereka berdua keluar dari kamar itu.
Namun, begitu mereka tiba di ruang tamu untuk bergabung dengan anak-anak. Suara bel pintu depan mengejutkan semua orang.
"Siapa yang datang? Apa Tante Mira?"tanya Salsa dengan antusias turun dari sofa.
"Aku ingin melihatnya,"sambut Rayhan, anak Anisa dan Haris yang nomor tiga.
"Aku juga!"ketiga bocah itu berlari ke arah pintu depan. Sedangkan, Anisa dan Haris saling pandang satu sama lain. Haris, tahu ini bukan cara yang tepat untuk Anisa meninggalkan anak-anaknya.
"Bunda,"
"Bunda lihatlah siapa yang datang!"teriak Salsa dengan begitu antusias. Tania datang dengan membawa koper bersama dengannya. Dia menatap Haris lalu bergantian menatap Anisa yang tersenyum padanya. Tetapi, tidak dengan Alvin yang menatap hal itu dengan penuh kebencian. Alvin segera masuk ke kamar. Salsa dan Rayhan, dua bocah ini terlihat senang menerima kedatangan Tania. Entah sejak kapan Salsa dan Rayhan dapat menerima Tania dalam rumah itu, tetapi melihat hal tersebut Anisa merasa lega.
"Hai, Tania. Selamat datang di rumah kami,"Anisa menyapa Tania dengan ramah, Tania tersenyum canggung apalagi di sana ada Haris, pria yang baru saja membatalkan pernikahan dengannya.
"Tania itu kamarmu, Mas Haris akan mengantarnya. Anak-anak, ayo kita masak untuk nanti malam!"ajak Anisa dan pergi meninggalkan dua orang itu.
Setelah kepergian Anisa dan anak-anaknya. Tania dan Haris terlihat begitu canggung. Hampir dua Minggu tak pernah bertemu setelah Haris memutuskan hubungannya dengan Tania.
"Tania, aku...."
"Aku tahu, jika aku di posisimu aku juga akan melakukan hal yang sama,"ujar Tania dan tersenyum. Haris menarik Tania dalam pelukannya.
Malam itu, suasana di ruang makan terasa begitu canggung. Haris, Anisa, dan ketiga anak mereka duduk di meja makan bersama Tania, mantan pacar Haris yang akan tinggal di rumah mereka. Anisa mengajak Tania untuk membantu merawat anak-anaknya, meskipun dia tahu keputusan ini agak aneh dan tidak biasa. Namun, Anisa ingin mengajari Tania cara merawat anak-anak sebelum dia pergi untuk selamanya, berharap anak-anaknya dapat menerima Tania sebagai pengganti dirinya nanti.
Di meja makan, ketegangan terasa begitu nyata. Anak-anak Haris tidak bisa menyembunyikan rasa tidak nyaman mereka, sementara Tania berusaha untuk bersikap ramah dan menyapa mereka. Haris sendiri terlihat bingung dengan situasi yang terjadi, namun dia tidak berani membantah keputusan Anisa. Anisa menatap anak-anaknya satu per satu, mencoba menilai ekspresi wajah mereka. Dia tahu ini bukan keputusan yang mudah bagi mereka, tetapi dia percaya bahwa Tania akan menjadi sosok ibu yang baik untuk mereka. Anisa tersenyum lembut pada anak-anaknya, berusaha menenangkan hati mereka.
Sementara itu, Tania merasa canggung dan tidak tahu harus bersikap seperti apa. Dia sadar bahwa kehadirannya di rumah ini mungkin akan menimbulkan konflik, tetapi dia ingin membuktikan kepada Anisa bahwa dia mampu merawat anak-anak Haris dengan baik. Malam itu, percakapan di meja makan berjalan singkat dan tidak banyak kata yang terucap. Setelah makan malam selesai, Anisa mengajak Tania ke kamar anak-anak untuk memberikan beberapa instruksi tentang cara merawat mereka. Anisa berbicara dengan lembut dan sabar, menjelaskan kepada Tania apa yang perlu dilakukan untuk merawat anak-anaknya. Tania mendengarkan dengan seksama, berusaha mengingat setiap detail yang diberikan oleh Anisa.
Sementara itu, Haris duduk di ruang tamu, mencoba mencerna situasi yang terjadi di rumahnya. Dia tahu bahwa Anisa telah membuat keputusan ini demi kebaikan anak-anak, tetapi dia tidak bisa menghindari rasa bersalah yang muncul di hatinya. Malam itu, ketika semua orang telah tidur, Anisa berdoa di kamarnya, memohon agar anak-anaknya dapat menerima Tania sebagai pengganti dirinya nanti. Dia berharap bahwa Tania akan menjadi sosok yang baik untuk anak-anak dan dapat membimbing mereka dengan cinta dan kasih sayang.
Pintu kamar terbuka, Anisa menoleh dan ternyata Haris datang menemuinya.
"Boleh aku masuk?"
"Emmm,"Anisa terlihat canggung dan menyembunyikan raut wajahnya yang terlihat tegang.
"Anisa, apa kamu akan baik-baik saja dengan keputusan kamu ini?"
"Aku baik, Mas. Apapun untuk anak ku, aku akan menerimanya. Termasuk, menerima pacar mu dalam rumah ini, aku yakin Tania adalah wanita yang baik yang mampu merawat ketiga anakku setelah aku tiada."ungkapan Anisa membuat hati Haris bergetar. Rasa bersalah semakin menghantui Haris ketika setiap kali membayangkan tiba saatnya nanti Anisa akan pergi meninggalkan mereka semua.
akhirnya km akan meninggal dgn perasaan sakit hatimu ketika anak2mu yg tidak membutuhkan kamu
kurang suka dgn sosok Anisa yg menyerah sebelum berjuang
dasar bapak lucnut dpt daun muda uang sekolah anak2 di abaikan
semoga Anisa sembuh thor