NovelToon NovelToon
Hitam Putih Kehidupanku

Hitam Putih Kehidupanku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Balas Dendam / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua / Penyesalan Suami
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: inge gustiyanti

Menceritakan tentang seorang wanita cantik yang bernama Quinley. Dia telah jatuh cinta kepada bosnya pada pandangan pertama. Setelah pertemuan pertama dia dengan bosnya, hubungan mereka menjadi dekat dan ada rahasia yang terkuak sehingga mereka menikah.

Namun tanpa diduga olehnya, dia telah diculik oleh suaminya. Di dalam penculikan itu hidupnya seperti di neraka yang telah membuat dirinya hancur berkeping-keping, hilangnya masa depan dan hilangnya impian dia. Kelamnya sebuah takdir kehidupan yang telah merubah dirinya menjadi seorang wanita tanpa empati dan penuh dendam.

Seperti apakah warna-warni kehidupan dirinya setelah pertemuan pertama dia dengan bosnya?

Bagaimana alur kehidupan dia dan bosnya setelah pertemuan pertama mereka?

Silakan dibaca cerita novel yang dibumbui dengan intrik-intrik kehidupan ☺

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inge gustiyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21, Balas Dendamku Tercapai

Gumpalan awan berbentuk tipis transparan dengan tampilan filamen seperti sutra membentang di langit biru. Cahaya sang mentari pagi bersinar cerah menyinari kota Sunderland. Angin berhembus cukup kencang menyelimuti setiap orang yang melakukan aktivitas, termasuk Quinley, Albern, Maxim, Mike dan supir sewaan yang sedang melakukan perjalanan.

Waktu terus berputar mengiringi perjalanan tugas yang dilakukan Quinley, Albern, Maxim dan Mike dari bandara kota Newcastle menuju sebuah hotel di kota Sunderland dengan menggunakan mobil yang disewa oleh perusahaan Albern. Mobil mercedes-benz berwarna hitam yang ditumpangi oleh Quinley, Albern, Maxim dan Mike menembus keramaian kota Sunderland.

Kota Sunderland adalah sebuah kota yang terletak di bagian timur laut Inggris. Jarak antara kota Sunderland dengan kota Newcastle lumayan dekat. Kota Sunderland terus berkembang menuju ke arah kota modern yang berorientasi internasional. Berdasarkan letak geografis, Sunderland dilewati oleh dua sungai yaitu sungai Tyne dan sungai Wear. Sungai Tyne membelah kota Newcastle dan kota Sunderland, sementara sungai Wear membelah kota Sunderland. Oleh karena itu, Sunderland memiliki “Wear bridge” yang membentang di jantung sekaligus menjadi simbol dari kota ini.

Setelah memakan waktu satu jam setengah jam di perjalanan, akhirnya mereka berhenti di lahan parkiran sebuah hotel yang mempunyai arsitektur sederhana namun klasik. Maxim, Mike, Albern dan Quinley turun dari mobil, tak lupa Albern menggenggam tangan kanannya Quinley. Seorang pemuda yang merupakan petugas hotel keluar menghampiri mereka.

"Tolong bawakan koper - koper kami," ucap Maxim ke pemuda itu.

"Baik Tuan," ucap pemuda itu, lalu pemuda itu menghampiri Mike yang sedang membuka kap bagasi mobil.

Maxim, Albern dan Quinley masuk ke dalam hotel yang didirikan selama lebih dari empat puluh tahun. Mereka duduk di lobby hotel yang ukurannya lumayan besar. Sedangkan Mike masuk ke dalam hotel, untuk melakukan check-in. Albern dan Quinley duduk di sofa panjang. Quinley mengedarkan pandangan ke sekitar Lobby. Lobby hotel di desain dengan gaya klasik yang sangat mewah. Warna gold yang mendominasi ruangan itu. Hanya terdapat beberapa sofa dan sebuah televisi flat yang digantung di salah satu dinding. Sedangkan Albern fokus dengan iPadnya.

"Tuan Maxim, Tuan Albern, dan Nona Quinley, ayo kita ke kamar," ucap Mike.

Kemudian mereka melangkah kakinya menuju kamar mereka masing-masing yang dipadu oleh salah satu pegawai hotel itu. Mereka menaiki sebuah tangga. Belok kiri ketika berada di puncak tangga. Ada dua pintu kamar yang bersebelahan. Petugas hotel itu membuka kunci pintu salah satu kamar, lalu menekan handle pintu itu ke bawah hingga pintu kamar terbuka.

"Silakan masuk Tuan Albern dan Nona Quinley, ini kamar kalian," ucap petugas itu.

Hah? Selama di sini, aku dan Pak James tidur sekamar?"

batin Jane.

"Terima kasih," ujar Albern, lalu Albern menggandeng tangan kirinya Quinley dan mengajak Quinley masuk ke dalam kamar.

"Tapi —," ucap Quinley sambil berjalan masuk ke dalam kamar.

"Untuk sementara waktu sayang," bisik Albern seakan tahu ucapan Quinley berikutnya sambil berjalan masuk ke dalam kamar.

Albern, Quinley dan petugas itu masuk ke dalam kamar. Sesampainya di dalam kamar, Quinley terpesona dengan interior kamar yang bergaya klasik. Kamar yang memadukan warna krem, cokelat dan gold sehingga kelihatan elegan. Di kamar terdapat tempat tidur King size dengan empat tiang yang terbuat dari kayu mahoni beserta tirai. Dari kamar ini terlihat pemandangan laut yang indah. Ada kursi dan meja dekat jendela. Ada lemari ukuran besar yang terbuat dari kayu. Ada lemari es berukuran kecil. Teko listrik untuk memasak air. Ada dua buah cangkir dengan tatakannya. Dan juga ada kopi, teh dan gula yang disimpan dengan rapih di atas buffet.

"Koper - kopernya taruh di mana ya Tuan?" tanya pegawai itu sambil membawa dua buah koper ketika berada di dalam kamar.

"Taruh di depan pintu lemari aja," jawab Albern sambil melepaskan genggaman tangannya, lalu berjalan ke tepian tempat tidur.

"Baik Tuan," ucap petugas itu, lalu dia menaruh dua koper besar di depan pintu lemari.

"Terima kasih ya," ucap Quinley sambil berjalan menghampiri kursi yang berhadapan dengan pemandangan laut.

"Tuan dan Nona, kamar mandinya di sebelah sini, di dalam sudah disediakan perlengkapan kamar mandi dan handuk. Sedangkan jubah mandi sudah disediakan di atas tempat tidur," ucap petugas itu sambil membuka pintu kamar mandi.

"Iya," jawab Albern sambil menoleh ke petugas itu.

"Semoga kalian nyaman menginap di hotel ini, saya pamit keluar," ucap petugas itu dengan sopan.

"Iya, terima kasih," ucap Albern ramah.

Tak lama kemudian, petugas itu keluar dari kamar dan menutup pintu kamar itu. Quinley menikmati pemandangan laut yang indah sambil duduk santai di atas kursi. Albern bangkit dari tempat tidur, lalu berjalan ke pintu kamar untuk mengunci pintu. Dia membuka kancing kemejanya satu persatu, lalu melepaskan kemejanya dari tubuhnya dan melemparkannya ke sembarang tempat. Albern berjalan menghampiri Quinley. Tiba - tiba Albern mencium puncak kepalanya Quinley sambil memegang sandaran kursi, sontak Quinley menoleh ke dirinya.

"Bikin kaget aja," ujar Quinley.

"Kamu senang menginap di sini?" tanya Albern lembut.

"Iya aku sangat senang, kamar hotel ini bagus," ucap Quinley dengan tatapan mata yang berbinar. Oh ya Albern, mulai kapan kita mengerjakan pekerjaan?"

"Mulai besok. Besok pagi kita langsung survei ke lokasi proyek pembangunan hotel. Kamu mau minum?"

"Iya Albern, tapi biar saya yang ambil, kamu mau minum juga?" ucap Quinley sambil beranjak berdiri.

Albern tersenyum manis, lalu berucap, "Tolong buatkan aku kopi."

"Baik," ucap Quinley sambil berbalik, lalu mengayunkan kakinya.

Baru satu langkah, Quinley melihat sosoknya Albern yang bertelanjang dada sambil melihat gerak - gerik dirinya. Quinley langsung menoleh dan terpesona memandang tubuh polosnya James yang atletis hingga mematung. Kedua tangannya berotot. Bahunya yang berbidang. Dadanya yang berotot ditumbuhi bulu - bulu halus. Perut sixpacknya yang menggoda. Aroma maskulinnya bertambah di hati Quinley. Quinley menelan salivanya berkali-kali. Tak kuasa melihat lebih lama pemandangan yang menggoda dan bertambahnya desiran lembut di rongga hatinya, Quinley menundukkan kepalanya.

Kenapa hari ini penuh godaan? Tadi selama perjalanan ke sini, Albern selalu menggenggam erat telapak tangan kananku. Beberapa kali mencium puncak kepala, pipi dan punggung telapak tangan kananku. Sekarang pemandangan yang menggiurkan.

batin Quinley

Albern berjalan satu langkah, lalu mengangkat dagunya Quinley dengan jari telunjuknya. Dia melihat semburat rona merah di kedua pipinya. Dia melepaskan jari telunjuknya dari dagu Quinley, lalu mencium benda kenyal di wajahnya Quinley dengan lembut. Quinley membalas ciuman dari Albern. Quinley mengalungkan kedua tangannya di leher Albern. Kedua tangannya Albern bergerilya bebas menyusuri salah satu area sensitif.

L*m*tan bibir mereka semakin gairah dan menuntut hingga mereka saling menukar saliva dan lidah mereka saling menelusuri rongga mulut mereka. Albern menggiring tubuhnya Quinley ke tempat tidur tanpa melepaskan ciuman mereka. Membaringkan tubuhnya Quinley di atas tempat tidur tanpa melepaskan ciuman mereka. Bibirnya Albern bergerak ke leher jenjangnya Quinley. Menyusuri leher itu sambil mencecapnya, lalu kembali lagi ke bibirnya Quinley sehingga mereka berciuman lagi.

Akhirnya beberapa aksi balas dendamku tercapai.

Batin Albern.

1
momy hana
gd
momy hana
ada sedikit celah lah kk autor,hgn smp quinza mati semangat kk
momy hana
tlg lanjut kk,ceritanya menarik bgt, kasihan bgt quinly, apa bnryg lg disiksa ibunya quin
Inge Gustiyanti: maaf kemarin 2 belum sempat update, karena anak lagi sakit ,🙏 . Saya usahakan hari ini update. Terima kasih sudah menyukai cerita novel saya yang ini.
total 1 replies
Inge Gustiyanti
Alur ceritanya jelas dan detail
Alphonse Elric
Terima kasih author! 🙏
Ánh sáng
Kayak jadi ikut merasakan cerita yang dialami tokohnya.
Maximilian Jenius
Update secepatnya thor! Kami sudah tidak sabar ingin tahu kelanjutannya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!