Seorang abdi negara yang berusia matang, di pertemukan dengan gadis muda yang tingkahnya mirip petasan.
"Ingat saja mukanya yang selalu di tekuk dan mulutnya yang berkata ketus. Lama-lama ia lebih mirip dedemit dari pada manusia! Tapi untung saja tampan. Besok pagi saat berangkat aku usilin ahh, siapa tau moodnya sedikit berubah dan mau tersenyum manis. Itung-itung membantunya supaya cepat kawin, huhuhu ... Kawin!" Ranti mesam-mesem dan siap menyuap satu sendok penuh.
Tapi, pucuk di cinta ulang pun tiba. Sosok yang sedari tadi ia pikirkan, tiba saja muncul berlalu di hadapannya dengan muka lempengnya.
Dengan netra sedikit membola nan mulut terbuka siap melahap sendok di depannya, Ranti menatap terkejut akan kemunculan lelaki itu.
Panjang umur, baru juga di pikirin langsung nungul!
Jangan baca novel ini! karena bisa menyebabkan kecanduan yang berkepanjangan! hihihi 🤭
Yang cari pacar ramadhann, kuyy kepoin yukkk🤣
Terimakasihh🙏😚🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mitta pinnochio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari kurang beruntung
"Ranti, jangan lupa bekalnya. Sekalian juga bawa punya Den Braja, jangan lupa kamu ambil susu yang di belikan Ibu di kulkas."
"Ukeyy, siapp Mbok!" sahutnya sarat mendengus samar.
Di suruh bekal susu, apa iya mungkin di usianya yang telah menginjak 19 tahun ini tinggi badannya masih bisa bertambah? Bukannya tidak percaya sih, tapi rasa-rasanya tidak mungkin dehh. Semenjak ia menapak bangku smp saja, tinggi badannya sudah stuck segini saja. Tapi, tidak apa-apa sih, toh namanya juga usaha. Ranti juga sangat berterimakasih malah, karena Bu Indira mau berbaik hati memikirkan tentang pertumbuhannya.
Ranti saat ini sedang memakai sepatunya, hanya flat shoes hitam sederhana. Ia lantas memeriksa barang bawaannya dan segera beranjak mengambil 2 kotak bekal makanan di atas maja, untuknya dan juga Pak Braja.
Perihal bekal, sosok itu termasuk orang yang anti gengsi dan juga mainstream. Biarpun sudah memiliki pangkat tinggi dan penghasilan yang lebih dari cukup. Ia selalu membiasakan dirinya untuk selalu hidup hemat nan sederhana.
Terlihat sekali dari pakaiannya, Braja cenderung memakai stelan toserba dari pada barang branded yang jelas lebih dari mampu untuk ia beli. Tapi biarpun begitu, aura nya tetap terlihat unggul dari pada perwira lainnya, sebab sudah memiliki modal GOOD LOOKING!
Kendati begitu, untuk urusan elektronik beda lagi. Braja selalu membeli produk dengan kualitas tinggi meskipun harganya terbilang tak masuk akal, karena pikirnya elektronik jangka pakainya lebih lama dari pada seonggok kain.
Selesai memasukkan bekal ke dalam tasnya, Ranti kemudian melenggang ke depan tanpa menunggu pria itu.
Hari ini sebelum Braja turun ke bawah, ia harus sudah siap tanpa menunggu lama, dan tepat setelah berdiri tak beberapa lama di teras depan. Braja muncul dengan stelan PDH tenue berwarna navy.
Pria itu nampak tak acuh seperti biasa, ia hanya menggendik singkat ke arah Ranti sebagai kode untuknya segera masuk ke dalam mobil. Lantas gadis itu pun mengangguk paham, pun melenggang masuk.
Ranti menggigit bibirnya merasa takut. Ia menatap Braja dengan gugup. Braja hanya diam saja tanpa ingin balas melihat atau sekedar cuap-cuap lidah.
"Dari pada diem gini, kok aku lebih seneng di omeli yaa. Kaya duduk sama demit lama-lama kalo diem-dieman begini, hiyyyy!" keluhnya dalam hati.
Hening, sepanjang perjalanan ke markas pusat, pria itu benar-benar puasa bicara. Tak terdengar satu kata pun sekedar helaan nafas. Dari diamnya sosok itu, Ranti dapat menyimpulkan sepertinya Pak Braja benaran marah perihal insiden dengannya kemarin malam.
Kalau sudah begini tidak enak juga yaa, mau apa-apa jadi terasa canggung dan serba takut. Fix, ia harus cari ide supaya Pak Braja mau berbicara lagi. Biarpun cuma decakan saja juga tidak apa-apa, yang penting suasana tidak segugup ini.
"Hmmm, waktunya keluarin jurus tersembunyi ini!" serunya tak terdengar.
Sampai di markas besar, seperti biasa mereka berpisah karena ruangan keduanya yang berbeda. Dan sebelum ia pergi, Ranti tentu menyempatkan diri untuk berpamitan dan mencium tangan Pak Braja.
Ia sempat gamang sih mau melakukannya atau tidak, Tapi melihat ekspresi pria itu yang nampak datar seperti biasa. Kontan ia segera meraih tangannya di sertai cengiran lebar.
Tak lupa Ranti juga menyerahkan bekal makanan yang di titipkan Mbok Darmi.
"Assalamualaikum," ucapnya ceria, Ranti lantas berlari kecil melompat-lompat sambil mengayunkan kedua tangannya.
Tanpa sepengetahuan nya, Braja di belakangnya mengulas senyum tipis tapi hampir tak kentara dan sepersekian detik saja.
Di dalam divisi kesehatan, Ranti sudah duduk manis di dalam ruangan memperhatikan Kak Niko yang sudah stand by dengan lembaran data di meja konsolnya.
"Mana yang bisa aku kerjain?"
"Ehhm, coba kamu cocokin data yang di map ini sama yang ini," jawab Niko sembari menyerahkan dua map yang berbeda warna.
Ranti lantas menerima dan mengangguk mengerti. "Ok, ohh iya, yang lain mana? Kok tumben belum dateng."
"Yang lain sedang apel, kalau kamu lupa," ingatkan Niko sambil tersenyum simpul.
"Ohh, iyaa. Hehehe ... Lohh, tapi kak Niko kok gak ikutan apel?"
"Saya ijin Ranti, karena ada deadline data para taruna yang harus saya selesaikan," sahutnya sambil melirik sekilas ke arah gadis itu. "Sebentar lagi kan ada tugas dinas militer luar pulau untuk sebagian personil yang ada di sini," lanjutnya lagi.
"Dinas militer?" tanya Ranti merasa tak paham.
"Iya, semacam tugas wajib aktif yang harus di ikuti semua tentara."
"Semua tentara? Termasuk Pak Braja dong?"
"Tentu," timpalnya lagi.
"Berapa hari kak?" tanya Ranti semakin penasaran, entak kenapa saat membahas hal ini, ada sedikit perasaan tak rela mendengar Pak Braja ikut serta dalam tugas itu.
"Hari, hahaha ... Minimal 3 tahun Ranti," pungkas di iringi kekehan samar.
"Tiga tahun?" seru Ranti saking terkejutnya ia sampai menggebrak meja.
Kontan Niko yang melihat itu sedikit terjengkit dan memincing heran.
"Kenapa? Koo sekaget itu?"
Sadar akan gelagatnya yang berlebihan, ia lantas membuang muka, menyembunyikan rautnya yang ia percaya kini nampak sendu.
"Hehehe, tidak apa-apa. Cuma kaget aja kok sampai bertahun-tahun," kilahnya sambil tertawa canggung.
Tiga tahun? Lama banget, tapi itu kan minimal bisa lebih. Bakalan lama gak ketemu dong, gak bisa usilin gak bisa liat mukanya yang jutek, gak bisa jugaa .... Ehmmm, haishh! Kenapa jadi aku mikir begini? Mau nugas atau apapun kan juga bukan urusan ku ihh, tohh aku juga siapa? Teman bukan, sodara bukan, pasangan apa lagi? Ihh, tambah ngawur aja ini pikiran.
Ranti kemudian kembali fokus dengan pekerjaannya, meskipun samar di ulu hatinya terasa ada sesuatu yang asing yang tengah membuatnya gundah gulana.
Tanpa ia sadari, sedari tadi Niko yang tampak diam tak luput memperhatikan gerak-gerik gadis itu. Ia hanya tersenyum simpul menyadari sesuatu yang ada.
"Kalau sudah selesai tolong antarkan ini ke bagian data yaa," pintanya sambil menunjuk tumpukan map yang tak seberapa banyak tepat belakang Ranti.
Gadis itu menoleh. "Uuh, oke siap!"
Niko tersenyum. "Tau tempatnya?"
"Gampang, bisa tanya," sergahnya di sertai seulas senyum manis.
Niko hanya mengangguk sembari mengacungkan satu jempol untuk gadis di hadapannya.
Berjalan santai sembari membawa beberapa map di pelukannya. Ranti memperhatikan sekeliling dengan wajah ceria. Seolah semburat sendunya yang beberapa saat lalu telah menguap, mood langsung berubah derastis begitu saja. Memang dasarnya ia bocah labil.
Berjalan menapak undakan beton yang tak jauh dari ruangan Pak Braja, refleks kepalanya menoleh berharap pria itu berdiri di depan sana.
Namun, memang dasarnya sial tengah melanda. Sosok wanita gemulai yang kapan hari membuatnya geregetan berdiri disana sambil menggandeng legan kekar Pak Braja. Di tambah, pria itu nampak tak terganggu dan menantikannya.
"Dasar kutukuprettt!"
"Ngapain mbak-mbak biduan itu kesini? Gak bisa di biarin inihhhh!"
Dengusnya sembari melotot tajam melompat dengan sebelah tangan yang meninju-ninju udara.
...----------------🍁🍁🍁----------------...
wah camer masih mmbatu.... sabar ran... gunung es pasti mencair
trus siap kemana pula 🤔
jangan bilang mimmpii yakk,😑🚴🏼♀️🚴🏼♀️🚴🏼♀️
lamanya tuhh pake bingitt tw gak 😑
yang lainn pada khawatir si Eneng malah enak2an moyoyy
mana moyoyynya malu2.in ish🤣🤣🤣🤣😭