Malam Ulang Tahun Pearly Hazel Willfred yang ke lima belas, menjadi malam yang tak akan terlupakan baginya. Seorang gadis lain datang dan mengaku sebagai putri kandung Keluarga Willfred.
Pearl pun kembali pada keluarga aslinya tapi kembali melarikan diri, hingga ia bertemu kembali dengan sosok pria yang selalu ia dekati di sekolah.
Alexander Marshall, menjadi sosok penolong bagi Pearl dan juga seorang ketua geng motor. Dengan bantuan Alex, Pearl kembali ke sekolah, tanpa mengetahui sosok sebenarnya dari seorang Alex.
* note : ini adalah novel misi dari NT. Alur cerita tiap bab berasal dari pihak NT, author hanya membantu mengembangkan melalui narasi dan percakapan, juga disesuaikan dengan latar belakang yang diambil oleh author. Terima kasih 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PimCherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DI SISI ALEX
"Arghhhh!!!" Merva berteriak kesal saat sampai di dalam kamar tidurnya. Kamar itu sebenarnya adalah kamar tidur Pearl dahulu. Namun, dengan segala bujuk rayunya, Merva pada akhirnya berhasil mendapatkan kamar tidur itu.
Merva menginginkan semua yang dulu digunakan oleh Pearl. Sampai saat ia melihat Pearl bersama seorang pria tampan, Merva juga ingin memilikinya.
"Aku harus melakukan sesuatu!" gumam Merva yang tak mau kalah.
Ia segera mengambil ponselnya dan mulai melakukan sesuatu. Ia tak akan membiarkan Pearl menang.
*****
"Kamu baik baik saja kan?" tanya Alex saat mereka telah kembali sampai di markas.
"Aku tidak apa apa," jawab Pearl.
Namun, Alex terap saja meneliti setiap inch tangan dan kaki Pearl. Jika ia melihat luka sedikit saja, maka ia akan membuat perhitungan dengan siapa pun yang melakukannya.
"Kamu yakin?"
"Aku yakin. Aku juga tak akan membiarkan mereka menyakitiku, Al," ucap Pearl.
Alex menangkup wajah Pearl, "Jika besok, lusa, atau kapan pun mereka mengganggu dan menyakitimu, katakan padaku, okay."
Pearl menganggukkan kepalanya. Apakah saat ini ia boleh berbangga hati dan merasa bahagia karena Alex begitu memperhatikannya, bahkan terlihat sangat khawatir dengan keadaannya.
"Sekarang pergilah ke kamar dan beristirahat. Aku akan meminta pelayan menyediakan makanan untukmu dan membawanya ke kamar."
"Aku bisa makan di meja makan, Al," ucap Pearl.
"Kamu yakin?" tanya Alex.
"Aku sehat, Al. Jangan membuatku seperti orang yang tidak bisa apa apa," ujar Pearl.
"Baiklah kalau begitu. Aku akan kembali ke kampus lagi. Sampai jumpa nanti sore," pamit Alex.
"Sampai jumpa, Al."
Pearl memperhatikan Alex hingga pria itu tak nampak lagi batang hidungnya. Ia bergegas ke kamar tidur untuk membersihkan diri.
*****
Setelah mencari tahu keseharian Pearl, Merva pun semakin marah. Kini ia sedang berada di sebuah klub malam yang sering didatangi oleh Pearl dan juga Alex. Ia menggunakan seseirang untuk membuat Alex sedikit sibuk, sehingga ia bisa menjauhkannya dari Pearl.
"Kamu bisa melakukannya?" tanya Merva.
"Tentu saja aku bisa, Mer. Tenang saja! Ini hal yang mudah bagiku. Bukankah kamu sudah mengetahui keahlianku?"
"Ya, kami ahli, bahkan sangat ahli. Oleh karena itu aku berharap tak akan ada kegagalan!" ujar Merva.
"Aku tak pernah gagal Mer, kecuali dengan ...," belum selesai pria itu berbicara, Merva sudah memotongnya.
"Lihatlah, itu dia target kita sudah datang," ucap Merva menunjuk ke arah pintu masuk dengan dagunya.
Pria yang duduk di kursi dekat meja bartender pun nelihat ke arah pintu masuk. Matanya seketika membulat melihat siapa yang datang.
"Kamu ingin aku memberikan obat ini padanya? Tapi dia kan ...," lagi lagi ucapannya terpotong karena Merva kembali menyela.
"Ya, dia adalah gadis miskin yang merebut posisiku dan semua yang kuinginkan. Kita harus menghancurkannya. Cepat lakukan, Pedro!" perintah Merva.
Pedro langsung meletakkan botol kecil berisi cairan yang tadi diberikan oleh Merva ke atas meja.
"Lakukan saja sendiri, aku tak mau melakukannya," ucap Pedro.
"Apa maksudmu?! Kamu sudah menyanggupinya tadi!" Merva menampakkan wajah kesalnya karena tiba tiba saja Pedro membatalkan rencananya.
"Kamu tak bisa memaksaku, Mer. Aku belum menerima sepeser uang pun darimu, jadi terserah padaku mau menjalankan atau tidak."
Pedro yang awalnya mau pergi dari sana, tak jadi karena Pearl tampak mendekatinya.
"Malam, Pedro!" sapa Pearl yang memang sudah mengenal Pedro.
"Malam, Pearl! Sudah lama tak melihatmu."
"Hmm ... Aku lebih banyak di rumah dan belajar. Hanya malam ini aku menemani Alex untuk balapan lagi," ucap Pearl.
"Di mana Alex?" tanya Pedro.
"Di luar. Aku lupa membawa air mineral dan ingin memesan satu," jawab Pearl.
Pearl melangkah mendekati meja bartender, tapi kemudian ia tersenyum karena melihat sosok Merva di sana.
"Wow, putri kesayangan Keluarga Willfred ternyata bisa keluar malam malam begini," Pearl pura pura melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Tentu saja bisa, Dad dan Mom tak pernah mengekangku. Mereka selalu mengabulkan apapun yang kuinginkan," ucap Merva mencoba memanas manasi Pearl.
"Kalau aku malah tak boleh keluar, apalagi malam malam. Mereka sangat menyayangiku, hingga takut aku terluka, apalagi hilang. Mungkin mereka tak masalah jika itu terjadi padamu," ucap Pearl yang langsung membuat Merva meradang.
"Lomba sepertinya akan segera dimulai, Pearl," ucap Pedro, "Kamu ditunggu Alex di luar."
"Baiklah. Kalau begitu aku pergi dulu. Bye, Pedro!" Pearl mengambil botol air mineral yang ia beli, kemudian melambaikan tangan pada Pedro, sementara pada Merva ia hanya menyunggingkan senyum tipis yang justru terlihat mengejek Merva.
"Pearl siallannn!!!" gumam Merva sambil mengepalkan tangannya.
Merva yang melihat Pedro juga akan keluar pun kembali memanggilnya.
"Pedro! Pedro!" teriak Merva.
"Pedro!" teriak Merva sambil menarik tangan Pedro dengan kencang.
Pedro yang ingin pergi meninggalkan klub malam itu pun akhirnya menghentikan langkahnya, kemudian dengan kasar menghempaskan tangan Merva.
"Lepaskan aku! Bukankah sudah kukatakan bahwa aku tak akan melakukannya. Lakukan saja sendiri," ujar Pedro dengan tatapan sengit.
"Kamu menyebalkan!" Merva merasa tak terima dengan penolakan demi penolakan yang dilakukan Pedro.
Pedro pun keluar dari klub karena ia ingin melihat balapan motor yang kali ini diselenggarakan di jalan raya, tepat di depan klub malam tersebut. Jalanan telah ditutup dari kedua arah, dan tentu saja memang tanpa izin. Namun, siapa yang berani melawan karena mereka tak ingin usaha mereka hancur.
Merva melangkah ke area balap. Ia melihat Pearl berada tepat di samping sebuah motor, di mana ada seorang pria di atas motor tersebut.
"Itu pasti Alex. Bahkan melihatnya seperti ini saja, aku sudah mengenalinya. Ia memang benar benar adalah jodohku," gumam Merva percaya diri.
Pertandingan balap tersebut akhirnya selesai dan kembali dimenangkan oleh Alex. Merva turut melompat lompat senang akan hal itu. Namun, senyumnya kemudian berubah ketika Alex justru mendekati Pearl dan memeluknya.
"Siallannn!!! Berani sekali mereka melakukannya di depan mataku?! Arghhh!!!"
Selain itu, tampan Alex dan Pearl sedang berbincang bincang dengan beberapa orang. Ia pun mendekati seseorang dan bertanya.
"Siapa mereka?" tanya Merva.
"Mereka?' orang yang ditanya Merva justru balik bertanya karena tak mengerti siapa yang dimaksud oleh Merva.
"Di sana," pada akhirnya ia menunjuk ke tempat Alex dan Pearl berdiri.
"Ooo Alex," jawab orang tersebut.
"Yang lainnya?"
"Mereka adalah para ketua geng motor di kota ini. Masa kamu tidak mengenal mereka?"
"Ooo ....," Merva tampak menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Ia tak menyangka bahwa Pearl mengenal begitu banyak orang.
Mata Merva terus saja menatap Alex. Ia harus mencari cara untuk menjatuhkan Pearl lalu mengambil Alex.
"Seharusnya aku yang ada di sisi Alex, bukan kamu!!" gumam Merva.
🧡 🧡 🧡