Cinta Syana Untuk Ketua Geng Motor

Syana duduk sejenak di bangku panjang warung itu. Beberapa pemuda yang ada di warung itu menatap ke arah Syana. Walaupun Syana merasa takut, namun Syana berusaha tenang.

Syana berpura-pura membeli minuman padahal dia memang tidak haus.

"Nungguin siapa, Mbak?" Salah satu pemuda yang berbaju balap menyapa Syana.

"Mau cegat adik saya yang mau datang ke sini, Mas. Saya mau halangi dia supaya tidak ikut main," jawab Syana asal. Syana pikir kalau menyebutkan nama Syahdan bisa bahaya. Kata Kang Ojek tadi, ketua geng motornya sedang diincar keselamatannya. Syana takut ketua geng motor yang mereka maksud adalah Syahdan. Jadi Syana sangat hati-hati menyebutkan nama Syahdan.

"Kenapa dihalangi? Memangnya nama dia siapa?" Saat pertanyaan ini dilotarkan, Syana sempat bingung mau menjawab. Terpaksa bohong lagi. Kali ini Syana sudah mau dua kali berbohong demi keselamatan Syahdan.

"Dia belum jadi anggota balapan, Mas. Tapi saya khawatir dia ikutan ke sini dan mendatanginya lalu ikutan balapan liar, soalnya dia belum pandai banget main motor," jawab Syana berhasil meyakinkan pemuda yang bertanya tadi.

"Ohhh, kita pikir Mbak mau menunggu pacar Mbak main balapan liar dan memberi semangat," ujarnya lagi sembari kembali melanjutkan obrolan serunya dengan teman-teman yang lainnya.

Syana sedikit lega saat si pemuda yang sempat bertanya tadi sudah kembali fokus dengan teman-temannya. Sejenak Syana merenung tentang apa yang dilihatnya barusan.

"Sayang banget mereka ini, wajah lumayan tampan, tapi malah terjerumus ke dalam balapan liar," bisik hati Syana menyayangkan keadaan para pemuda yang masih berkumpul di warung itu.

"Bagaimana Bro, rencana kita untuk mencelakai ketua geng motor Kalajengking itu, apakah sudah tersusun dengan rapi?" Sejenak Syana dikejutkan dengan sebuah obrolan yang berasal dari para pemuda yang tadi sempat menyapanya. Syana semakin mempertajam pendengarannya.

"Sudah siap, tinggal eksekusi. Di tikungan tiga putaran terakhir, persiapkan semuanya dengan rapi. Jegal atau halangi jalannya dengan sesuatu." Syana mendadak berdebar kencang mendengar obrolan para pemuda ini yang kedua kalinya.

"Siapa ketua geng motor yang mereka maksud, apakah Kak Syahdan?" Syana bertanya-tanya dalam hati.

"Minimal patah tulang kakinya, berpotensi dia tidak akan ikutan balapan liar ini untuk selamanya," pungkas mereka seraya berdiri dan bersiap akan memasuki arena balapan. Syana yakin, balapan akan segera dimulai seperti apa yang di dengar Syana kemarin.

"Balapannya di mulai jam berapa, Mas?" tanya Syana pura-pura tidak tahu.

"Lima belas menit lagi menuju jam 7." Salah satu dari mereka menjawab sembari keluar dari warung. Syana semakin yakin balapan liar ini salah satu balapan yang diikuti Syahdan.

"Ya Allah, aku harus menghentikan Kak Syahdan. Mungkin saja ketua geng motor yang dimaksud mereka benar Kak Syahdan, dan tato Kalajengking itu ada hubungannya dengan nama geng motor Kalajengking," duga Syana semakin jelas.

Syana semakin kalut, dia harus melakukan sesuatu dan harus bisa mencegah Syahdan agar tidak main di arena balapan liar malam ini.

"Paman Rami! Aku harus memberitahu Paman Rami tentang rencana mereka," guman Syana seraya mencari nomer WA Rami sang bodyguardnya Syahdan.

"Paman, tolong baca WA dari saya dan ini serius!" Pesan WA pertama terkirim, kemudian Syana mengetik kembali pesan kedua.

"Paman, hati-hati ada yang sedang mengancam keselamatan ketua geng motor Kalajengking, di tikungan ketiga dan putaran terakhir, mereka merencanakan sesuatu yang mengancam keselamatan ketua geng motor Kalajengking." Pesan WA Syana sudah dikirim, namun belum dibaca Rami.

Syana sangat was-was, jika berita yang dia sampaikan belum dibaca Rami.

Orang-orang sudah menuju arena balap. Kebanyakan dari mereka pemuda-pemudi. Tidak sedikit perempuan muda ada di sini termasuk dirinya, bisa jadi mereka merupakan pacar dari pelaku balapan liar.

Sepertinya balapan liar akan segera dimulai, Syana terlambat tiba di garis start, sebab tadi dia sibuk menghubungi Rami. Syana menyayangkan dia tidak segera ke garis start tadi, untuk menyaksikan dan mengamati siapa-siapa yang main di sana dan berapa putaran balapan ini digelar.

"Prittttttt." Peluit panjang diperdengarkan, dan sejak itulah suara knalpot motor berkekuatan 1000 cc saling beradu pamer suara dan kecepatan. Semua melaju dahulu mendahului dan ingin mendapatkan predikat yang paling cepat.

Syana berjalan mendekati bangunan kosong bercat putih yang jaraknya kurang lebih 200 meter dari warung. Syana berjalan menuju gedung itu berharap saat putaran kedua Syahdan bisa terlihat di sana.

Tiba di gedung setengah jadi yang kini berubah menjadi arena berkumpulnya orang-orang, khususnya pemuda-pemudi tanggung dengan tujuan yang sama, menyaksikan orang terdekatnya bermain dan menyemangati balapan liar.

Syana memasuki kerumunan, berpura-pura menjadi salah satu pendukung balapan. Di teras gedung yang pencahayaannya cukup terang dengan menggunakan genset, nampak beberapa orang duduk menghadap meja sembari sibuk dengan pulpen dan kertas di atasnya. Sepertinya mereka para panitia maupun juri balapan liar ini.

Di samping kiri mereka berdiri papan pengumuman yang tertera jelas jam dimulai balapan serta hadiah yang dimenangkan, juga berapa putaran balapan ini digelar.

"Tujuh putaran," guman Syana.

Tujuh putaran balapan kali ini digelar. Syana kini fokus dengan putaran pertama yang segera akan dilewati para pembalap. Syana menyiapkan matanya untuk melihat ke arah garis start maupun finish yang sama saja diawali dan diakhiri di sana.

"Syahdan, berhasil melewati garis lintasan pertama dangan poin tertinggi." Seorang MC menyebutkan dengan jelas nama Syahdan sebagai pemain balapan liar yang menguasai balapan dengan poin tertinggi.

Detik itu juga Syana melihat Syahdan begitu bersemangat dan berambisi menggeber motornya dan membawanya melaju pesat melintasi putaran kedua. Nampak sekilas cowok urakan itu begitu tampan di mata Syana. Namun sangat disayangkan kenapa dia terjerumus ke dalam balapan liar?

Syana masih berdiri di antara orang-orang itu. Tidak ada yang bisa dia lakukan kecuali menunggu balapan ini berakhir.

Saat putaran lima terlewati yang masih dipimpin oleh Syahdan, sejurus tatapan mata Syana dan Syahdan bertemu. Di putaran kelima ini sepertinya Syahdan tanpa sengaja melihat keberadaan Syana. Sehingga saat dia melewati lintasan, sejenak Syahdan menolehkan kepalanya ke belakang. Sepertinya Syahdan ingin memastikan keberadaan Syana kembali. Repsol Syahdan pun semakin melaju kencang meninggalkan pembalap lainnya.

Tiba di putaran terakhir, ini hal yang paling mendebarkan untuk Syana. Keselamatan Syahdan kini sedang terancam. Syana berdoa sekuatnya meminta keselamatan untuk Syahdan pada Yang Maha Kuasa.

Saat putaran terakhir akan berakhir. MC mengumumkan bahwa ada seorang pembalap yang mengalami kecelakaan dan jatuh saat menghindari sebuah benda yang menghalangi putaran terakhir di tikungan ketiga.

Syana sudah menduga bahwa itu Syahdan. Namun apa yang terjadi? Syahdan melesat memasuki garis finish dan dinyatakan sebagai pemenang. Saat nama Syahdan disebutkan sebagai pemenang, Syana nampak bahagia, akan tetapi bahagia karena Syahdan selamat dalam balapan kali ini. Lantas siapa yang mengalami kecelakaan tadi?