"Lepaskan aku, dasar pemaksa!" Nayla.
"Seharusnya kau senang karena menikah dengan pria tampan, kaya dan mapan sepertiku!" Reinhard.
Nayla, gadis polos dari desa yang terpaksa menikah dengan seorang mafia kejam, psikopat dan menyebalkan demi membayar hutang kedua orangtuanya.
Namun siapa sangka di balik sikap kejam Reinhard, pria itu menyembunyikan banyak luka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Setelah selesai bersiap, Rein meninggalkan Nayla yang masih berada di kamar mandi tanpa berpamitan padanya terlebih dulu.
"Tuan, apa anda yakin akan meninggalkannya sendirian. Bagaimana kalau dia kabur lagi seperti kemarin malam dan--"
"Kau berisik sekali! Dia tidak akan pernah pergi kemanapun, bodoh!" ucap Rein dengan penuh percaya diri. Setelah apa yang mereka lalui semalam membuat Rein yakin kalau Nayla tidak akan meninggalkannya.
Ah, mengingat percintaan semalam membuat Rein hampir gila. Suara Nayla yang terus memanggil namanya masih terngiang jelas di telinganya.
Melihat majikannya senyum-senyum sendiri membuat Mark merinding. "Sepertinya ada yang tidak beres dengan mereka berdua, atau semalam mereka berdua sudah melakukannya?" Mark menggeleng, mencoba berpikir positif.
Jika mereka melakukannya sekalipun, bukan urusannya.
"Apa kau sudah menyuruh Hana untuk menjaga istriku selama aku pergi?" tanya Rein yang fokus melihat ke luar jendela. Memory nya kembali berputar mengingat kejadian beberapa tahun lalu.
"Sudah, Tuan," jawab Mark.
"Jangan sampai ada yang tahu kalau Nayla adalah istriku. bahkan tua bangka itu sekalipun," ucap Rein. Jika papa nya tahu Rein sudah menikah, maka pria itu akan menggunakan segala cara untuk memisahkan mereka berdua.
Pasalnya, Rein sudah di jodohkan dengan wanita, anak dari rekan bisnis papanya.
"Lalu bagaimana dengan tuan muda? Apa tidak sebaiknya kita mengirimnya kembali ke luar negeri," usul Mark. Kedatangan Leon yang tiba-tiba pasti ada maksud dan tujuan di balik semua itu. Apalagi saat Mark tahu kalau Leon adalah ke kasih bos nya sendiri.
"Aku yang akan mengurus Leon. Kau cukup mengawasinya saja, karena aku yakin bocah itu pasti akan kembali menemui istriku!" Rein meremat kuat jari-jarinya.
*****
Sudah satu minggu, sejak malam panas itu terjadi, Nayla belum pernah mendapat kabar dari Rein sama sekali. Bahkan pria itu sama juga tidak menghubunginya.
Kecewa, tentu saja. Kadang Nayla hanya bisa merenung meratapi nasibnya. Dan yang paling menyebalkan, ia mulai merindukan sosok Reinhard dalam hidupnya.
Ceklek!
Seseorang membuka pintu kamar dan mendekati Nayla. Karena sejak kemarin wanita itu menolak untuk makan.
Dadanya terasa sesak dan sakit. Matanya juga terus saja mengeluarkan butiran bening hingga sembab dan sedikit bengkak.
"Nona, saya sudah memasak sarapan untuk anda. Bagaimana kalau kita makan sekarang," ucap Hana seraya duduk dan mengusap pundak Nayla.
Wanita itu terlihat murung seperti ada sesuatu yang sedang mengganjal di pikirannya.
"Apa dia belum kembali?" tanya Nayla.
"Dia yang anda maksud itu, apakah tuan Rein?" Hana menjawab pertanyaan dengan pertanyaan. Membuat Nayla mendengus kesal.
Mood nya yang sedang hancur, kembali hancur karena ulah pelayan tersebut.
"Siapa lagi kalau bukan dia Hana! Dia bilang ingin pergi, tapi kenapa tidak memberiku kabar sampai sekarang," Nayla kembali meneteskan air matanya. Rasa rindu sepertinya mulai melanda. Tidak mungkin 'kan kalau ia mulai mencintai suaminya?
"Maafkan saya Nona, tuan sama sekali tidak--"
"Buang saja makanan itu, aku tidak mau makan!" Nayla mendorong nampan yang baru saja Hana raih untuk di berikan padanya.
"Tapi Nona, dari kemarin anda sama sekali tidak mau makan, Bagaimana kalau anda sakit, saya yang akan di salahkan tuan." Hana bersikeras dan terus memaksa Nayla agar wanita itu mau makan.
Kalau Rein mengetahui keadaan istrinya yang menolak untuk makan, pasti pria itu akan sangat murka.
"Kau tuli Hana! Kubilang buang ya buang! Kenapa kau terus memaksaku," teriak Nayla.
Seketika Hana langsung pergi dari sana dan membuang sarapan yang sudah ia siapkan.
"Dasar manusia es menyebalkan!" Nayla menatap langit-langit kamarnya. Namun, seakan di sana ada wajah Rein yang sedang melihatnya dengan tatapan dingin. "Dia tidak di sini saja, wajahnya selalu muncul dimana-mana, aneh sekali."
Sedangkan di luar kamar, Haikal dan Hana sedang saling menatap setelah mengintip Nayla dari balik pintu.
"Bagaimana, apa dia mau memakannya?" tanya Haikal.
Hana menggeleng dengan wajah yang tertunduk lemas. Pendirian Nayla benar-benar kokoh. Di bujuk seperti apapun dia tidak akan pernah mau membuka mulutnya.
"Haish, seharusnya kau rayu dia. Bukan malah membawa makanan itu keluar!" bentak Haikal.
Hana yang merasa di pojokkan merasa kesal. Bahkan, Haikal sendiri juga tahu kalau Nayla menolaknya, padahal Hana sudah menawarkan diri untuk menyuapinya.
"Kalau kau mau, kau saja yang merayunya supaya dia mau menghabiskan makanan yang sudah aku buat ini!" Hana menyerahkan nampannya pada Haikal dan berlalu meninggalkan pria itu.
"Sialan, seharusnya aku menolak saat tuan Rein memintaku berada tinggal disini. Menjaga wanita ternyata lebih sulit dari yang kubayangkan!" gerutunya kesal. Tapi, mau tidak mau Haikal harus melakukan ini demi misi yang sudah Mark perintahkan padanya.
*****
*****
"Tuan, berapa lama lagi kita tinggal. Apa anda tidak merindukannya?" tanya Mark yang berdiri di hadapan Rein.
Mereka berdua saat ini sedang berada di taman belakang. Tempat yang selalu membuat Rein tenang. Karena di sana lah, Rein bisa melihat jelas kenangan dengan seseorang yang sangat berarti dalam hidupnya.
Pria itu sedang sibuk dengan laptopnya. Ia terus bekerja dan bekerja meski hartanya tidak akan habis tujuh turunan.
"Sampai tua bangka itu sembuh dan mengijinkan ku pergi dari sini." Rein menutup layar pipih tersebut dan mengambil ponselnya lalu tersenyum tipis. "Kau pikir aku tidak merindukannya, hum? Aku bahkan sangat merindukannya, Mark!"
Ya, Rein sedang melihat sebuah rekaman cctv yang sebelumnya ia pasang di seluruh mansion terutama di kamarnya. Memperlihatkan setiap detail apapun yang sedang Nayla lakukan.
"Inilah alasannya kenapa aku tidak mau jatuh cinta dan mengenal wanita! Saat jauh seperti ini, pasti rasanya sangat berat sekali. Aku pasti tidak akan sanggup melewatinya," gumam Mark dalam hati. Sudah macam film saja pemikirannya.
Greb!
Tanpa mereka sadar, seorang wanita tiba-tiba memeluk Rein dari belakang. Siapa lagi kalau bukan Mia. Wanita yang dulu selalu mengejar cintanya dan selalu saja Rein tolak, sekarang menjadi ibu tirinya.