Mencintainya bukan bagian dari sebuah kesalahan,namun melupakannya adalah sebuah keharusan, meskipun bukan sebuah keinginan.
Mampukah Rayyana mendapatkan cintanya atau sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 : Bertahan menjadi teman?
#Yang semangat puasanya,jangan lupa ngaji dulu sebelum membaca ya..😍#
DI MALL M...
"Damian....!! " sedikit berteriak Lita menyebut nama sang pria.
"Aku kira kau sudah melupakanku Jelita Maharani.. " ujarnya dengan tersenyum manis.
"Oh my God,,Damie, udah berapa lama kita nggak ketemu? " Lita begitu antusias berjumpa dengan Damian.Refleks dia mendekat dan memeluk pria tampan tersebut.
Damian pun tidak membuang kesempatan, dia membalas pelukan Lita.
"Aku merindukanmu.. " Damian berbisik di telinga Lita.
Lita membisu,ingatan nya kembali ke puluhan tahun lalu.Kalimat itu, getarannya masih sama seperti dulu,tidak ada yang berubah.yang berubah hanyalah waktu dan statusnya sekarang yang sudah menikah.
Damian adalah cinta pertama Jelita sebelum bertemu dengan Reza,mereka berpacaran saat Jelita masih duduk di kelas satu sekolah menengah atas sampai kuliah.
Hanya saja jalinan cinta itu berakhir karena ayah Adnan tidak merestui hubungan mereka karena adanya perbedaan agama.
Damian pindah kuliah ke luar negeri demi menghindari Jelita. dengan susah payah dia harus mencoba melupakan cintanya.
Dulu Jelita adalah gadis yang sangat sopan dan baik,itulah kenapa Damian sangat mencintainya.
Lita melerai pelukannya, menatap intens pria yang pernah singgah di dalam hatinya untuk waktu yang cukup lama.
"Berapa lama ya... aku sampai lupa. " ujarnya dengan tersenyum manis sekali.
Lita sampai salah tingkah melihat senyum itu,masa lalu yang indah dengan Damian kembali memenuhi memori otaknya.
"Kamu udah makan belum?" tanya Damian, mengingat ini sudah masuk waktu makan siang.
"Belum." jawab Lita singkat.
"Kalau begitu ayo kita makan siang." Ajak Damian.
"Ok, aku bayar ini dulu. " sambil mengangkat kantong pakaian yang berada di tangan kanannya.
"Sini,biar aku yang bayarin.. " Damian mengambil kantong pakaian dari tangan Lita dan menuju kasir.
Mereka akhirnya meninggalkan mall tersebut menggunakan mobil Damian.
setengah jam perjalanan,mereka tiba di sebuah apartemen mewah, ternyata Damian tidak mengajak Lita makan di restoran melainkan membawa nya ke apartemen tempat tinggalnya.
"Ini di mana Damie? " tanya Lita penasaran.
"Apartemen ku, karena ini pertemuan pertama kita setelah sekian lama, rasanya kurang spesial kalau aku mengajakmu makan di luar." ujar Damian sambil memasuki lift dan menekan angka dua puluh satu.
"Silahkan duduk. " Damian menyuruh Lita duduk di ruang tamu setelah mereka masuk di apartemen milik Damian.
"Mewah sekali, ini sudah seperti penthouse." Lita memuji kediaman Damian yang dia anggap sangat berkelas.
Beberapa tahun menjalin kasih, Lita memang tidak tau apa pekerjaan orang tua Damian.yang dia tau kalau Damian itu kaya.
Lita mendudukkan tubuhnya di sofa sesuai permintaan Damian.
"Wait a minute baby, I will cook a special meal for you." katanya sambil memakai apron hitam bergaris yang membuatnya terlihat sangat seksi.
(tunggu sayang, aku akan memasak makanan spesial untukmu).
Lita menatap tak berkedip pria tampan yang sedang sibuk dengan peralatan dapur di tangannya.
Kurang lebih empat puluh lima menit, akhirnya masakan itupun selesai. Damian menatanya di meja dengan cantik.
"Ayo kita makan.. " ajak Damian.
Lita berdiri dan menghampiri Damian yang sudah menarik kursi untuk Lita.
"Thanks Damie."
"Anytime baby."
Damian duduk di depan Lita, menatap sang mantan yang sekarang terlihat jauh lebih dewasa dan cantik.
"Bagaimana, apa kau menyukai makanannya?"
"Ini enak sekali.. serius." ujar Lita.
"Aku bisa membuatkannya setiap hari kalau kamu mau."
"Uhukk.. uhukk. " Lita terbatuk.
"Pelan pelan makannya." seru Damian menyodorkan air minum pada Lita.
Selesai makan dan ngobrol sebentar, Lita pamit.
"Aku balik dulu Damie.. "
"Biar aku antar. "
"Nggak usah, aku bisa naik taksi, lagian aku harus ke mall yang tadi,mobilku masih di sana."
"Nanti aku antarnya ke mall deh.. bagaimana? " Damian sedikit memaksa, mau tidak mau Lita mengiyakan.
Mereka berpisah di depan mall M setelah bertukar nomor ponsel.
,,,,,,,,
Rumah sakit internasional Grahatama.
"Dokter Abian hari ini terlambat, dia tadi menelpon,beliau ada urusan, jadi visitnya mungkin agak siangan. " Rayya memberitahukan informasi kepada semua rekannya saat briefing pagi.
Pekerjaan kembali mereka lakukan,masuk ke kamar perawatan dan menginformasikan pada pasien yang di tangani dokter Abian kalau beliau akan datang terlambat.
"Maaf,aku terlambat. " kalimat pertama yang dia ucapkan Abian saat bertemu dengan Rayya di nurse station.jam sudah menunjuk di angka tiga.
"Nggak papa dok, pasiennya juga nggak rewel,mereka udah pada tau kalau dokternya telat datang. " ujar Rayya.
Abian duduk di samping Rayya, pergantian perawat sudah di lakukan, sekarang shift siang yang menjaga, jadi ruangan sedikit lebih tenang.kebetulan perawat shift yang berjaga di siang dan malam tidak sebanyak di pagi hari.
"Kamu sudah makan? " tanya Abian.
"Sudah.. " jawab Rayya tanpa melihat Abian, dia tetap sibuk dengan pekerjaannya.
"Mobilmu gimana? "
"Masih di bengkel, paling besok udah kelar. "
"Pulangnya ama aku aja ya.. "kata Abian menghentikan kegiatan menulisnya.dan menoleh ke samping di mana Rayya sedang duduk.
Entah sejak kapan panggilan Abian berubah, sudah tidak ada sebutan kakak di depan nama Rayya, kecuali saat mereka berada di tengah rekan rekannya sesama perawat, namun jika hanya berdua,itu sudah tidak berlaku.
" mmmm.... "jawab Rayya.
Abian menunggu di dalam mobil,dia melihat arloji di tangan kanannya,jam lima lewat lima belas menit.
" Kenapa dia lama sekali. "
Beberapa hari ini, Abian selalu mengantar Rayya pulang.mobil Rayya si maroon masuk bengkel, butuh sedikit perawatan dari sang ahli.
Tidak lama kemudian Rayya datang dan menghampiri mobil Abian.
"Ayo.. " ajaknya saat sudah berada di dalam mobil.
"Nggak, kamu pikir aku sopir pribadimu, pindah ke depan.kenapa sih tiap hari harus aku ingatkan, kemarin juga seperti ini." Abian protes, sudah dua hari ini dia selalu mengantar Rayya pulang,namun setiap kali masuk ke dalam mobil, dia selalu saja duduk di belakang.
Rayya kemudian turun,membuka pintu depan dan duduk di samping Abian.
"Bawel bangettt .. "
Abian tersenyum simpul melihat Rayya yang sedang bersungut sungut.
Mobil melaju meninggalkan pelataran parkir rumah sakit internasional Grahatama.
Hening,, hanya terdengar suara merdu dari solois Afgan mengiringi perjalanan mereka.
Lama keheningan itu tercipta, hingga tiba tiba Abian mengeluarkan sebuah statement di luar perkiraan Rayya.
"Aku akan segera menceraikan istriku.. "
Rayya seketika menoleh, menatap tak percaya pada Abian yang terlihat sangat santai setelah mengatakan sebuah kalimat yang mengingat kan Rayya akan kejadian pahit yang dia alami sekitar tiga bulan yang lalu.
"Dok,, bukannya aku mau ikut campur, tapi.. "
"Abian, jangan memanggilku dokter saat kita hanya berdua !!" Abian menegaskan kembali pada Rayya.
"Aku memang sudah lama ingin menceraikannya,tapi aku masih tetap menunggu agar dia berubah,namun sejauh ini aku memberinya kesempatan, tapi sepertinya dia tidak ada niatan sama sekali untuk berubah." terangnya panjang lebar.
Rayya terdiam, dia tidak ingin bertanya lebih lanjut,pasti masalahnya cukup pelik, hingga Abian memutuskan menempuh jalan terakhir yaitu perceraian.
Abian berhenti tepat di depan rumah kontrakan Rayya.
"Boleh aku pinjam toilet? " tanya Abian saat mengantar Rayya sampai di depan pintu rumahnya.
"Masuklah.., toiletnya berada di sebelah kanan.
Abian segera masuk dan mengikuti petunjuk Rayya.
" Shalat dulu, ini sudah masuk waktu maghrib."ujar Rayya setelah Abian keluar dari kamar mandi, Rayya menyimpan sejadah di atas sofa ruang tamu.
Tidak ingin menimbulkan fitnah, pintu tetap dia buka lebar lebar, kemudian masuk ke dalam kamarnya untuk menunaikan shalat,sama seperti yang Abian lakukan.
Rayya keluar dari kamar masih menggunakan mukena dan mendatangi Abian yang tengah duduk di teras.
"Udah mau pulang? " tanya Rayya
"Iya, ini sudah malam..,besok pagi aku jemput ya.. " tawarnya.
"Nggak usah, besok pagi mobilnya udah boleh di ambil, barusan montirnya nelpon."
Rayya mengantar Abian ke depan di mana mobilnya berada.
"Hati hati di jalan.. " seru Rayya.
"Ay.... " panggil Abian, entah kebetulan atau memang dia menyukai panggilan itu, tapi yang jelas Abian sama sekali tidak mengetahui kalau itu adalah panggilan kesayangan Rayya dari keluarga besarnya.
Rayya pun kaget saat mendengar Abian memanggilnya dengan Ay..
"Iya.. " jawabnya.
"Nggak jadi, aku pamit ya, assalamu'alaikum. " pamit Abian.
"Waalaikum salam. "
"Bisakah aku bertahan untuk tetap menjadi temanmu Ay, aku tidak sanggup menahannya lebih lama lagi. "
...****************...
baiklah
rayya...daebak