NovelToon NovelToon
Kutukar Diriku Demi Sebuah Keadilan

Kutukar Diriku Demi Sebuah Keadilan

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Anak Yatim Piatu / Cinta Seiring Waktu / Tamat
Popularitas:2.1M
Nilai: 4.9
Nama Author: Dewi Risnawati

Seorang gadis berparas cantik yang selalu menyembunyikan wajahnya dibalik cadar. Kini harus menyerahkan tubuhnya demi mendapatkan sebuah keadilan untuk kedua ALM orangtuanya yang dibunuh secara sadis oleh suruhan orang tersohor di daerah dimana mereka tinggal.

"Apakah kamu berjanji akan memberikan hukuman mati pada mereka Pak Hakim?" Tanya wanita itu pada seorang hakim ketua yang sudah tak bisa menahan gejolak hasratnya saat serbuk minuman itu sudah merasuki tubuhnya.

Sementara itu Zahira sudah memasang sebuah Camera tersembunyi di kamar hotel itu.

"Baiklah, aku akan melakukan apapun untukmu. Tolong bantu aku untuk menuntaskan hasratku ini!" Seru ketua hakim itu dengan wajah memohon.

Zahira tersenyum kecut menatap wajah Pria yang sudah mendapatkan amplop coklat dari orang terkaya dan sekaligus dalang pembunuhan itu.


Yuk mampir ikuti kisah selanjutnya. Jangan lupa like komen ya🙏🥰🤗

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Risnawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21

Aku masih menangis sesenggukan, Pria itu masih berdiri tepat dihadapanku. Tak sengaja netraku melihat tetesan darah segar mengucur dari buku-buku jarinya.

Seketika tangisku reda, aku membuka kedua telapak tanganku yang menutupi wajah. Rasa tak tega menyeruak dalam hati, segera kuraih tangannya.

"Tu-tuan, tangan kamu berdarah."

"Lepas! Apa pedulimu padaku!" dia menghempaskan tanganku dengan kasar.

Kembali nyaliku ciut saat menatap wajah penuh amarah itu. "Tuan, aku mohon tolong kembalikan Zafran padaku. Aku ingin memberinya ASI," lirihku memohon.

Dia segera berlalu meninggalkan aku sendiri. Aku kembali mengejar dan menahan langkahnya. "Tuan, aku mohon kembalikan putraku. Hiks..."

Hati Pria itu seperti sudah mati, dia tak menghiraukan tangisanku. Dia segera keluar dan kembali mengunciku dari luar.

"Tuan! Buka pintunya, buka!" jeritku dengan tangisan yang tak mampu lagi untuk kutahan. Aku menangis dan menggedor pintu kamar itu sehingga lelah menghampiriku.

Entah berapa lama aku duduk dipojok tepat dibelakang pintu. Kurasakan ASi-ku sudah penuh membasahi pakaianku, tangisku kembali pecah putraku pasti sudah haus. Aku sangat merindukannya, kenapa dia tega sekali memisahkan aku dan putraku.

Rasa lelah menangis membuatku tak sadar sudah terlelap dengan posisi duduk. Aku terbangun saat mendengar suara pintu terbuka. Aku segera melihat siapa orang yang masuk, berharap Pria itu datang membawa Zafran kepangkuanku.

"Makanlah!" suara bariton itu memutus lamunanku saat masih berharap dia datang membawa Zafran. Tetapi Pria itu hanya membawa nampan yang berisi makanan.

Aku hanya diam tak beranjak sedikitpun dari tempat dudukku. Tak ingin apapun selain putraku. Melihat aku tak menanggapi ucapannya dia berjalan menghampiri, lalu berjongkok dengan nampan yang masih ditangannya.

"Ayo makan!" titahnya menyodorkan nampan itu.

Aku mengangkat wajah menatap manik elang itu. "Tuan, aku tidak ingin makan apapun. Aku hanya ingin putraku," balasku memohon.

"Aku memintamu untuk makan, bukan untuk intrupsi!" jelasnya kembali.

"Tetapi aku memohon, aku ingin anakku sekarang! Kenapa kau tega sekali memisahkan bayi merah itu dari ibunya. Kau tahu dia sangat membutuhkan aku!" kini suaraku sudah mulai meninggi. Aku sangat kesal sekali padanya.

"Kau tidak perlu mencemaskannya, dia aman ditanganku. Sekarang makanlah!" dia kembali menyodorkan nampan itu.

Hatiku sakit, jiwaku terguncang, rasanya nyawa ingin terlepas dari ragaku. Sakit sekali rasanya dipisahkan oleh bayi yang telah bersusah payah kujaga selama sembilan bulan dalam kandungan, dan kulahirkan dengan bertaruh nyawa, tetapi kini dia memisahkan aku dari bayiku. Aku bahkan tidak tahu bagaimana keadaannya sekarang.

Aku hanya menangis memeluk rasa rinduku terhadap bayi tak berdosa yang kini aku tak tahu dimana. Kubenamkan wajah di kedua lutut, tubuhku kembali berguncang karena tangisan yang tak mampu untuk kutahan.

"Apakah kau tidak mendengarkan perintahku? Kenapa kau tidak mau makan, apakah ingin mati?"

Aku mengangkat kepala, sedikit mendongak menatapnya dengan amarah yang sedari tadi kucoba untuk menahan. Aku mengambil nampan itu, lalu membanting kelantai.

Praangg!!

Peralatan makan itu pecah berserakan. Kali ini aku tidak peduli dia ingin menyakitiku atau bahkan membunuh sekalian. Aku sudah lelah dengan ini semua.

Dia menatapku dengan amarah menyala, deru nafasnya naik turun, tangannya terulur merangkum daguku dengan kuat. Entahlah, sepertinya dia hanya mampu melakukan hal itu bila amarahnya tak mampu dia pendam terhadapku.

"Kau benar-benar berani padaku!" ucapnya dengan rahang mengeras sehingga giginya gemeletuk.

"Aku benci padamu! Silahkan lakukan apa yang engkau mau, aku tidak peduli! Kau jahat sekali, kau manusia tak mempunyai perasaan! Apakah kau telah membunuh bayiku? Asal engkau tahu, aku bertahan hidup hanya karena anakku. Tapi kini kau memisahkan aku dengannya, lebih baik kau bunuh saja aku!!" Teriakku dengan bercucuran air mata.

Dia segera keluar meninggalkan aku dalam kekacauan. Aku masih menangis dalam keputusasaan, aku sangat merindukan Zafran. Aku tidak menginginkan apapun.

***

[POV Zico Hamdi]

Aku begitu kesal padanya begitu keras kepala. Aku terpaksa menggunakan bayi itu untuk membuatnya tak berkutik. Aku membawa bayinya di sebuah hotel yang tak jauh dari villa.

Aku juga menyewa seorang perawat untuk menjaga bayinya. Sebelum aku meninggalkan bayi itu aku meminta perawat untuk berkonsultasi pada seorang dokter anak untuk mencarikan sufor yang terbaik dan yang cocok untuknya.

"Aku minta kamu rawat bayi ini dengan sebaik mungkin, dan pastikan sufornya cocok untuknya. Aku tak peduli berapapun biayanya yang penting bayi ini dirawat sebaik-baiknya!" perintahku pada perawat itu.

"Baik, Pak, saya sudah menghubungi Dokter anak, beliau sudah menuju kesini," jawab suster itu. Aku sedikit lega maka segera kembali ke villa untuk melangsungkan akad nikah.

Setibanya di villa, ternyata pak penghulu sudah berada di sana. Aku segera duduk dihadapannya dengan beberapa saksi yang datang. Aku hanya mengundang beberapa staffku yang ada di kantor. Ya, pernikahan ini memang kesannya tertutup. Aku belum memberitahu kedua orangtuaku.

Mungkin sebagian orang akan bertanya kenapa aku harus menikahi musuhku sendiri, jawabannya aku juga tidak tahu. Saat wanita itu sudah berada ditanganku, maka rasa ingin memiliki begitu besar dalam hatiku.

Aku tidak tahu dengan perasaan ini. Apakah aku sudah jatuh cinta pada wanita itu saat pertama kali aku bertemu dengannya waktu di kamar hotel? Entahlah, aku sendiri masih tak bisa mendapatkan jawaban itu.

Aku hanya mengikuti kata hatiku. Terkadang hati dan logika bertolak belakang. Hati ingin memiliki, namun logika ingin melepaskan. Jahat memang cara yang aku pilih karena telah memisahkan dia dengan bayinya, tetapi aku hanya ingin memberinya pelajaran.

Aku hanya ingin memiliki wanita itu seutuhnya agar dia tak lagi memikirkan mantan suaminya, aku ingin menghapus Pria itu dari hatinya, hanya akulah Pria yang boleh dia pikirkan. Mungkin saat ini aku terlihat sangat jahat sekali, tetapi dibalik semua yang aku lakukan aku ingin membahagiakan dia dan anaknya.

Setelah melaksanakan akad, hatiku merasa sangat lega sekali, akhirnya wanita pemberontak ini sudah menjadi milikku, tetapi hatiku belum tenang bila aku belum bisa memiliki seutuhnya. Aku sengaja belum mempertemukan dia dan anaknya, sebelum dia melakukan kewajiban sebagai seorang istri.

Terkadang apa yang aku pikirkan tentang wanita itu selalu tak sesuai ekspektasiku semula aku mengira dia akan mengikuti segala keinginanku, tetapi istriku ini benar-benar wanita yang sangat keras kepala.

Apa sulitnya mengikuti keinginanku, maka aku akan mengembalikan bayi itu kepangkuannya. Nyatanya dia masih bersikukuh dengan keinginannya, sehingga pada akhirnya aku kembali tak bisa menahan emosiku.

Hatiku sakit sekali saat dia mengatakan bahwa aku tidak akan pernah mendapatkan hatinya, jika aku tak bisa mendapatkan hatinya, jadi untuk apa aku bertindak sejauh ini.

Aku keluar dari kamar itu untuk meredam emosiku, aku mendatangi kamar hotel dimana bayi yang kini sudah ku anggap sebagai anakku sendiri, aku ingin memastikan bahwa bayi itu baik-baik saja. Seandainya terjadi hal yang buruk padanya, tentu saja aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri.

Aku sempat bermain sebentar dengan bayi mungil itu untuk mencari ketenangan, entah kenapa saat memandang wajah bersih tak berdosa itu hatiku menjadi tak menentu, jujur, aku sangat menyayanginya bagaikan anak kandungku.

Aku sebenarnya tidak tega melihat Zahira menangis histeris saat meminta bayinya, tetapi kembali lagi sikap egoisku mengalahkan rasa kasihan itu. Aku tidak ingin mengalah sebelum keinginanku tercapai.

Aku kembali menitipkan sang bayi pada perawatnya, setelah itu aku pulang ke kediamanku untuk melihat keadaan isteriku, karena tadi aku menguncinya dari luar.

"Bik, apakah Zahira sudah makan?" tanyaku pada Bibik,

"Belum, Tuan, Bibik ingin mengantarkan makanan, tetapi pintu dikunci," jelas wanita baya itu.

"Sediakan makanan yang baru sekarang, Bik!"

"Baik, Tuan."

Setelah menerima nampan berisi makanan dari Bibik, aku segera menuju kamar untuk memberinya makan. Saat aku masuk, aku melihat wanita itu begitu kacau dan menyedihkan. Aku tidak tega, tetapi demi menjaga harga diriku, maka aku berusaha bersikap biasa saja.

Aku tetap bersikap tegas. Andai saja hatinya menginginkan aku, maka aku tidak akan mungkin melakukan hal ini padanya. Ingin sekali aku memeluk dirinya untuk memberikan ketenangan sembari berkata. "Tenanglah, Sayang, semua baik-baik saja. Anak kita tidak apa-apa, dia baik dan sehat" tetapi lagi-lagi hal diluar dugaanku kembali terjadi.

Zahira kembali berulah, emosinya semakin meledak. Makanan yang aku berikan dia tumpahkan hingga hancur berserakan. Rasa kesalku semakin jadi. Aku ingin memberinya pelajaran, tetapi saat menatap mata polos itu hatiku selalu tak tega.

Kali ini tatapannya penuh kehampaan, terlihat wajah pasrah dalam dirinya. Aku semakin tak tega, rasanya aku semakin menyakitinya. Memisahkan dia dari bayi itu seakan membuat jiwanya terguncang. Aku tidak ingin menyesal. Aku meninggalkan tempat itu.

Bersambung....

NB. Mohon dukungannya ya, agar Author semangat update untuk Novel ini🙏🤗

Happy reading 🥰

1
슈가
Luar biasa
echa purin
/Good//Good/
Deswita
Luar biasa
Deswita
💪💪
Dewi Leticia
Luar biasa
Kelly Lim
zafran dan zhera bukannya beda 10 tahun ya? kok ini sudah lahir saat zafran umur 1 thn lebih/Slight//Slight//Slight/
Cia Sanu
keren
Miss Typo
semoga permintaan Zi di kabulkan
Miss Typo
dasar aku cengeng bgt, mereka yg pisah karena Zahira nerusin kuliah yg ketinggalan, aku yg nangis sedih 😭🙈
Miss Typo
saatnya balas Budi pada Adri
Miss Typo
Alhamdulillah adiknya Zafran lahir dgn selamat dan sehat ibu juga bayinya
Ruli Gea
😊😊😊
Miss Typo
Alhamdulillah akhirnya mama nya Adri dah merestui, hbs ini mereka semua datang ke kampung Mila
Miss Typo
Mila hamil diusir gk ya sm orang tuanya
Miss Typo
ada apa denganmu Adri???
Miss Typo
bener² tuh mama nya Adri blm berubah juga
Miss Typo
sedih banget
Miss Typo
jadi nangis 😭
Miss Typo
cobaan dateng lagi pada Zahira 😢
Miss Typo
Zico melarang untuk dihapus kali ya 😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!