Segala derita dan air mata di masa lalu berhasil menjadi kan sosok Naima Maheswari menjadi wanita mandiri.
Kata malas dan malas sudah menjadi makanan sehari - hari yang di cap sang bapak kepada ibu nya.Naima bukan lagi bayi kecil yang tidak mengerti keadaan di sekitar nya.
Akan kah Naima membenci pernikahan atau malah sebaliknya dan bertemu lagi dengan sosok pria yang mirip dengan kelakuan Ayah nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon oland sariyy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak Berdaya
Sore hari nya, begitu sampai di rumah bukan nya istirahat dan mengerjakan tugas sekolah.Naima langsung menyusul sang Ibu ke rumah Bibi nya yang tidak lain adalah kakak dari Bapak nya sendiri.
"Yang bener Kamu bantu Ibu mu,dua jam lagi tamu Bibi akan datang,jangan sampai ada kesalahan."omel Lidia Kakak dari Bapak nya sendiri.
Naima diam saja,antara muak dan kesal.percuma juga membalas ucapan Bibi nya yang akan membuat tenaga nya semakin terkuras.
Naima sudah bisa menebak alasan dari di undang nya sang ibu ke rumah ini.jika tidak di butuhkan Lidia mana mau mengundang mereka datang kerumah bagus nya.
"Maryah! Kamu urus anak mu itu." Lidia beralih kepada adik ipar nya.
" Iya Mbak! Naima sudah terbiasa mengerjakan hal seperti itu,jangan khawatir masakan nya pasti akan selesai." dari semalam Bu Maryah belum istirahat, pulang dari pasar lanjut membereskan rumah lalu setengah jam kemudian berangkat ke rumah Kakak ipar nya atas desakan dari suami nya sendiri.
" Jangan sampai makanan nya kurang." bentak nya sambil berkacak pinggang.
" Iya Mbak." jawab Maryah patuh tak pernah sedikit pun mau membalas ucapan Kakak iparnya.
Naima semakin kesal,jika dia melawan pasti ibu nya akan memarahi nya.untuk apa juga Bibi nya repot-repot mondar-mandir di sini,kata nya takut masakan nya tidak selesai,ya di bantu saja bukan nya malah sibuk mengoceh.sepupu nya yang bernama Emilia anak dari Bibi nya pun bisa membantu menyelesaikan pekerjaan ini supaya selesai lebih awal,namun sudah setengah jam Naima berada di sini putri dari Bibi nya itu belum juga keluar dari kamar.
Entah keluarga macam apa yang di masukin nya,mau menolak terlanjur ada ikatan di antara mereka.setiap hari makan hati tapi berusaha di telan mentah-mentah.
" Takut makanan kurang,kenapa tidak di pesan saja di rumah makan.ini malah merepotkan orang lain." sungut Naima membanting apapun yang ada di dekat nya.
" Naima! Jaga sikap mu." seru Bu Maryah memperingati putri nya
Naima hanya bisa menghela nafas berat, Ibu nya ini terlalu tunduk kepada keluarga bapak nya.entah apa yang membuat ibu nya bisa seperti ini.bahagia tidak! Sakit hati sering.
Naima mengerjakan tugas nya dengan cepat supaya bisa segera pergi dari rumah ini.
" Sampai kapan sih Bu seperti ini terus?" tanya Naima lirih.
" Ya sampai utang kalian lunas sama Saya! Ingat Saya masih berbaik hati memberi kalian pinjaman pada waktu itu,kalau bukan karena Saya! Mungkin Ibu mu ini tidak akan bisa selamat dari penyakitnya.jadi jangan lupa dengan orang yang sudah menolong kalian dari kesusahan."cerocos Lidia muncul secara tiba-tiba dengan membawa kipas di tangan nya.
"Sampai saat ini Ibu mu belum ada menyicil utang nya kepada Saya! Kalau di hitung bunga nya mungkin sudah berkali-kali lipat, gara-gara kalian juga adik Saya harus kerja keras.kalian itu bisa nya apa sih,kenapa nyusahin keluarga kami terus."sambung Lidia. menendang panci yang ada di dekat kaki Naima.
Membuat Naima terlonjak kaget, begitu juga dengan Maryah.
Setiap kali Kakak ipar nya membahas tentang utang yang sangat besar dan sudah sangat lama tidak bisa di bayar, membuat Maryah terdiam tak mampu berkata-kata.
Padahal waktu itu Rudi memiliki banyak uang tapi sengaja di simpan karena tidak rela di gunakan untuk membayar biaya pengobatan Maryah yang lumayan besar.untuk berobat saja Maryah harus mengusahakan nya sendiri.sewaktu Maryah di rawat di rumah sakit selama beberapa hari.selama itu pula Naima dan adik nya hanya makan dengan nasi dan lauk seadanya bahkan tidak jarang makan dengan garam.
Rudi sama sekali tidak pernah menjenguk Maryah di rumah sakit,pria itu pergi pagi pulang pagi nya lagi hanya untuk mengganti pakaian.
Naima dan Dito lah yang bergantian menjaga ibu mereka di rumah sakit.uang pinjaman itu pun di dapat kan karena Maryah yang terus memohon pertolongan kepada Kakak iparnya.
" Itu sudah menjadi tanggung jawab Bapak terhadap kami,tapi sayang nya selama ini Aku dan Dito tak pernah sedikit pun menyicipi hasil keringat Bapak yang adalah adik Bibi itu.jadi berhenti lah mencampuri urusan keluarga kami." ucap Naima yang sudah tidak bisa lagi berdiam diri melihat ibu nya kembali di hina dan di rendah kan.
Setiap kali mereka datang ke rumah ini,pasti selalu tersisih dan di tempat kan di bagian dapur, sementara keluarga yang lain asyik mengobrol sambil menikmati hidangan.selama ini Naima malas menginjak kan kaki nya ke rumah ini,namun karena tidak tega melihat ibu nya sendirian menghadapi kejam nya keluarga dari Bapak nya,mau tidak mau terpaksa Naima masuk ke rumah ini.
" Mulut nya tidak pernah di ajari sama ibu mu ya! Benar kata Rudi kalau Kamu itu anak durhaka suka membantah ucapan orang tua.anak sama ibu sama-sama miskin nya." kata Lidia sambil meninggalkan dapur.
Naima langsung berdiri ingin menyangkal ucapan Bibi nya,sang Ibu dengan wajah sendu terlihat memohon kepada nya.Naima memejamkan mata tanpa terasa air mata kesedihan mengalir deras di wajah nya.
" Sampai kapan kita jadi k4cung mereka Bu? Kenapa ibu betah sekali berada di tengah keluarga l4knat ini?" tanya Naima dengan suara serak lalu menyeka air matanya menggunakan lengan baju.
" Sabar ya nak." hanya itu yang mampu Maryah katakan kepada putri nya.
Sejujurnya Maryah juga sakit hati,tapi mau bagaimana lagi.utang belum bisa di lunasi terpaksa harus bekerja keras sekalipun tak mendapat kan bayaran yang penting kakak iparnya bisa diam dan tidak mengadukan yang tidak - tidak kepada Rudi.
" Sampai kapan harus sabar terus sih Buk! Mending kalau kita mendapatkan gaji,ini sama sekali nggak ada sisa makanan juga nggak boleh di bawa pulang.belum lagi Ibu pasti capek setelah bekerja di pasar."keluh Naima yang tidak sabar lagi ingin cepat-cepat lulus SMA agar bisa bekerja sambil kuliah demi bisa membantu melunasi utang ibu nya supaya tidak lagi di jadikan babu di rumah Bibi nya.
" Ayok kerjakan lagi Nak,Dito pasti sudah menunggu kita berdua." pinta Maryah lembut untuk menghentikan Naima berbicara semakin jauh.
Naima sudah hapal dengan sikap ibu nya,sambil mengerjakan tugas nya.dia juga sibuk memikirkan pekerjaan apa yang cocok di lakukan untuk anak kuliah nanti yang tidak menyita waktu nya terlalu banyak.
Di rumah mereka saat ini,Dito sedang duduk di teras sambil mengerjakan tugas sekolah nya.Rudi sudah pulang sejak sepuluh menit lalu,namun belum ada setengah jam dia berada di rumah.pria itu kembali pergi lagi dengan gaya pakaian yang sangat rapi dan wangi.
" Mau kemana lagi Pak?" tanya Dito ingin tahu.
" Diam! Tidak perlu mencampuri urusan orang tua." bentak Rudi marah tak terima dengan pertanyaan dari Dito.
Padahal Dito hanya bertanya bukan memaksa nya untuk menjawab,Dito mengelus dada melihat kepergian Bapak nya.pernah terpikirkan oleh nya apa jangan-jangan dia dan Mbak nya bukan anak kandung Bapak nya,tapi semua terbantahkan dengan kenyataan yang didengar dari tetangga yang sudah mengenal dekat keluarga mereka.
Naima dan Dito adalah anak kandung dari Rudi dan Maryah.tapi kenapa Bapak nya seolah-olah memperlakukan mereka seperti anak tiri bahkan lebih buruk dari itu.
Setengah jam kemudian,Naima dan Maryah sampai juga di rumah mereka,Naima sengaja mengajak ibu nya untuk segera pulang tanpa menunggu acara selesai.jika tetap bertahan di sana pasti mereka akan di minta untuk membereskan rumah.Naima tidak sudi lagi, Lebih baik dia pulang lalu belajar demi mengejar beasiswa impian nya.
" Kamu sudah makan Nak?" tanya Maryah yang baru pulang bersama Naima.
Mereka pulang dari rumah Lidia dengan tangan kosong ,Lidia sama sekali tidak memperbolehkan mereka untuk membawa hasil masakan mereka pulang.padahal Maryah sudah beralasan untuk makan kedua anak nya tetapi Lidia sama sekali tidak perduli.
Di sana juga sudah ada Rudi,pria itu hanya diam melihat istri dan anak nya di perlakukan tidak baik oleh Kakak nya.bukan nya membela yang ada Rudi malah sibuk makan memikirkan perut nya sendiri.seakan- akan keberadaan Maryah dan Naima tidak terlihat di mata nya.
Miris memang! Tapi ya seperti itu lah Rudi.Naima kembali menitikkan air mata.kejam sekali takdir ini mempermainkan perasaan mereka berdua.
Selama membantu memasak saja Naima dan Ibu nya hanya di suruh makan kerupuk sebagai pengganjal perut.
Tidak ingin ibu nya kelelahan,Naima terpaksa merelakan uang lima puluh ribu untuk membeli makan malam untuk mereka bertiga.
"Belum Bu." jawab Dito membuat Bu Maryah mengelus kepala putra nya.
" Ayok kita makan di dalam,Mbak bawa nasi goreng untuk Kamu." kata Naima membuat wajah Dito menjadi bahagia.
" Bibi bikin nasi goreng ya Mbak?" tanya Dito yang mengira jika nasi goreng ini adalah pemberian dari Bibi nya.
" Menurut mu apa orang sombong itu mau memberi kita nasi gratis,ini Mbak beli biar ibu nggak perlu masak lagi." jawab Naima sementara Maryah hanya diam.
Dito mengangguk merasa miris melihat wajah lelah dari Ibu dan juga Mbak nya.Dito pikir Bibi nya sudah berubah ternyata tetap seperti dulu.
" Sudah makan lah,habis ini lanjut lagi belajar nya bisa jadi orang sukses dan bisa membahagiakan ibu." ujar Naima membuat Bu Maryah terharu mendengar nya.
" Terimakasih Nak." ucap Bu Maryah lirih.
Bersambung
Please jangan lupa tinggalkan jejak kalian di kolom komentar guys, author membutuhkan kehadiran kalian semua nya,like,vote,bantu rate ⭐ ⭐ ⭐ ⭐ ⭐ ya guys.
Sudah gila saraf otak pak rudi, dia yang menghabiskan uangnya demi si neneng itu malah balik menyalahkan naima... tega banget seorang ayah tanpa memberi nafkah dan kasihsayang ingin menukarkan harga diri anaknya buat orang lain karena demi uang...
lanjut dong thor
naima dan dito sangat menyayangi ibunya,
tapi bagaimana mereka bisa mendapatkan biaya untuk operasi? apakah ada yg membantu mereka? semoga saja ada orang baik yang bsa menolong ibunya...
sepertinya dokter bagas dia tertarik pada naima tetapi dia sadar diri, naima masih bocah....
bu maryah sudah pasrah dengan tindakan kasar pak rudi tapi dia selalu percaya pak rudi setia...
setelah ini, apakah bu maryah tetap bertahan dengan segala cobaan rumahtangga mereka, dan apakah naima dito masih mau menerima perilaku buruk pak rudi kepada mereka....
naima,punya teman yang baik , selalu bantuin ketika lagi kesusahan dengan cara diam" memasukkan selembar uang ke dalam tas naima. tapi naima susah dia tidak pernah memanfaatkan temannya itu karena dia anak yang tulus...