Menjalani kehidupan rumah tangga sempurna adalah impian setiap wanita ketika memiliki seorang suami yang sangat mencintai dan menjadikan satu-satunya yang dicintai.
Namun, semuanya hancur ketika mengetahui bahwa pria yang selama ini dicintai telah menipunya dengan menciptakan sebuah konspirasi untuk bisa memilikinya.
Konspirasi apa yang membuat hidup seorang Diandra Ishana berubah penuh kepalsuan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dianning, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Seperti berdiri di depan hakim
Lima tahun yang lalu...
Seorang wanita yang saat ini tengah memakai pakaian rapi, berjalan dengan sepatu hak tinggi berwarna hitam terlihat memasuki loby perusahaan.
Wanita yang tidak lain bernama Diandra Ishana mencoba peruntungan nasibnya pergi ke Jakarta untuk mencari pekerjaan karena kedua orang tuanya yang memiliki banyak utang.
Hal itu mengharuskannya nekad pergi merantau demi bisa melunasi semua utang-utang keluarganya.
Begitu ia sampai di perusahaan yang entah sudah tidak terhitung karena tidak patah semangat saat sudah ditolak oleh banyak perusahaan.
Itu karena tujuannya datang ke Jakarta adalah ingin merubah nasib sekaligus kabur dari kampung ketika diincar oleh pria tua paling kaya dan menginginkan bisa menikahinya. Hal itu berawal dari orang tuanya yang dulu meminjam uang untuk biaya kuliahnya tanpa sepengetahuannya.
Diandra berpikir jika itu adalah uang dari hasil bekerja di pabrik rokok yang sudah bertahun-tahun menjadi ladang mencari nafkah orang tuanya.
Namun, ternyata semuanya tidak seperti yang dipikirkan ketika mengetahui hal itu dari pria tua yang datang menagih utang dan berjanji akan menganggap lunas jika ia mau dijadiin istri ketiga. Hingga ia disuruh kabur dari rumah oleh orang tuanya.
Jadi, tujuan datang ke Jakarta adalah ingin bekerja di salah satu perusahaan dengan mengandalkan ijazah S1 akuntansi karena tidak ingin usaha orang tua sia-sia yang rela meminjam uang untuk biaya kuliahnya.
Meskipun pada orang yang salah, tapi Diandra ingin membalas budi pada orang tuanya dengan melunasi utang-utang karena memang itu untuk biaya kuliahnya.
Tentu saja agar ia terbebas dari pria tua yang dianggap sudah bau tanah dan tidak tahu diri karena mengincarnya untuk dijadikan istri ketiga.
Selama belum diterima, Diandra tidak akan pernah berhenti ataupun menyerah untuk melamar pekerjaan di perusahaan yang ada di Jakarta.
Meskipun ia tahu jika yang lebih diutamakan adalah seseorang yang sudah memiliki pengalaman, tapi tetap tidak menyerah untuk berusaha sampai titik darah penghabisan.
Sudah satu bulan Diandra berada di Jakarta dan mencari lowongan pekerjaan melalui media sosial. Namun, semua perusahaan kebanyakan membutuhkan pegawai yang berpengalaman, sedangkan ia sama sekali tidak mempunyai pengalaman kerja sama sekali.
Begitu berada di perusahaan yang dipijaknya, Diandra sangat berharap bahwa perusahaan properti yang saat ini dikunjungi, menerimanya untuk menjadi salah satu staf.
Setelah bertanya pada resepsionis di mana ruangan wawancara, ia buru-buru berjalan ke arah lift dan masuk ke dalam ruangan kotak besi tersebut.
Namun, pada detik terakhir, pintu lift yang akan tertutup itu ditahan oleh tangan dengan buku-buku kuat seorang pria yang sudah masuk ke dalam dan menatapnya dengan tatapan menyelidik.
Sementara itu, ia yang merasa sangat risi dengan tatapan tajam pria di depannya, memalingkan wajah untuk menatap ke sisi sebaliknya agar tidak ber-sitatap dengan netra pekat yang masih mengarah padanya.
'Kenapa pria ini menatapku seperti itu? Tidak sopan sekali,' batin Diandra yang langsung menatap ke arah pria di hadapannya begitu mendengar suara bariton tepat di telinganya.
"Apa kamu datang untuk wawancara?" tanya pria dengan tubuh sixpack yang terbalut jas sambil tidak mengalihkan perhatiannya pada wanita yang menurutnya terlihat sangat bodoh.
Karena tidak ingin membuat masalah dengan salah satu pegawai di perusahaan tersebut, Diandra terpaksa menganggukkan kepala untuk menjawab pertanyaan pria yang tengah mengamati penampilannya.
Sementara itu, pria dengan badan tinggi tegap yang tak lain adalah CEO perusahaan, masih tidak mengalihkan perhatiannya.
Saat ini, ia mengamati penampilan wanita di hadapannya mulai dari ujung kaki hingga ujung kepala. Ia saat ini baru saja kembali dari meeting penting.
"Apa kau bisu? Asal kau tahu, peraturan di Perusahaan ini adalah tidak menerima pegawai yang bisu," sarkasnya dengan wajah datar.
Refleks Diandra mengerjapkan kedua mata begitu mendengar perkataan dari pria yang masih menatapnya dengan sangat tajam.
"Tuan, saya bisa berbicara." Diandra menjawab cepat dan berharap pria tersebut mau memberinya satu kesempatan.
"Tuan, saya benar-benar membutuhkan pekerjaan ini. Tolong saya, Tuan karena saya sudah melamar pekerjaan di banyak perusahaan, tapi tidak diterima."
Diandra seketika terdiam dengan membekap mulut ketika menyadari kebodohannya.
'Dasar bodoh! Kenapa aku malah berkata jujur bahwa tidak ada satu perusahaan pun mau menerimaku? Pasti pria ini adalah orang berpengaruh di perusahaan ini dan berpikir aku tidak berkompeten.'
'Seharusnya aku tidak berbicara jujur jika sudah ditolak oleh banyak perusahaan. Dasar wanita bodoh yang tidak berguna!' gumam Diandra yang saat ini tengah menggigit bibir bawahnya untuk berusaha menenangkan diri karena mendapatkan tatapan tajam mengintimidasi dari sosok pria yang berdiri menjulang di hadapan.
Bahkan Diandra sudah menelan ludah dengan kasar karena saat ini menunggu keputusan dari pria yang berdiri di hadapannya tersebut.
Seperti tengah berada di hadapan seorang hakim yang hendak membacakan vonis hukuman padanya.
To be continued...
kan sdah bahagia d austin sdh berubah jdi baik...