Alana harus menerima takdirnya yang menjadi istri secara mendadak. Alana menikah dengan Raymond, pria dingin yang tidak mempunyai pilihan untuk menjaga nama baik keluarganya yang harus menikah dengan Alana karena calon pengantinnya yang lari di hari pernikahan itu.
Posisi Alana benar-benar sangat sulit. Apalagi posisinya di kaitkan dengan hutang Budi pada keluarga calon istri Raymond. Mau tidak mau Alana menerima takdirnya.
Masuk kedalam keluarga Raymond bukanlah hal yang mudah dan apalagi Alana adalah gadis sederhana. Raymond juga menolaknya dan menekankan tidak menginginkannya sebagai istri.
Alana berusaha untuk berdamai dengan keadaan dan ternyata banyak rahasia yang dia ketahui dalam keluarga Raymond yang memiliki latar belakang baik-baik saja yang bertolak belakang pada kenyataannya.
Bagaimana Alana menjalani pernikahannya?
"Apakah simpatik Alana akan tumbuh menjadi cinta?"
"Lalu bagaimana Raymond menghadapi pernikahannya dengan wanita yang tidak dia cintai?"
Ig. ainuncefeniss
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 20 Hampir Malu
Alana melakukan aktivitas mulai dari subuh dengan melaksanakan sholat, Alana juga menyempatkan di pagi ini membuatkan bubur ayam untuk Raymond dan setelah selesai memasaknya Alana kembali memasuki kamar.
Alana melihat Raymond yang sudah bangun yang padahal dia tidak menyadari jika sejak subuh tadi Raymond memang sudah bangun. Raymond yang tampak bersandar di kepala ranjang sembari melihat ponselnya dan kedatangan Alana membuatnya melihat ke arah pintu.
"Kamu sudah bangun?" tanya Alana memasuki kamar.
Raymond tampak cuek yang tidak menjawab pertanyaan itu.
"Aku membuatkan bubur ayam, jadi sarapanlah!" ucap Alana meletakkan di atas meja.
"Kau menyuruhku memakan masakanmu?" tanya Raymond dengan alis terangkat.
"Memang ada yang salah dengan masakanku?" Alana kembali bertanya.
"Yang ada perutku akan sakit seperti waktu itu karena memakan masakanmu," ucap Raymond membuat Alana mengerutkan dahi
"Perut kamu sakit?" tanyanya memastikan.
"Iya. Itu akibat masakanmu," jawab Raymond.
"Memang kapan kamu mau makan masakanku?" Alana balik bertanya.
Raymond malah terlihat kaget sendiri tanpa dia sadari telah keceplosan. Alana mengerutkan dahi yang menunggu jawaban Raymond sementara Raymond mulai salah tingkah.
"Jangan kepedean! Aku memang tidak pernah memakan masakanmu. Menciumnya saja sudah membuat perutku sakit," ucap Raymond mencari alasan. Alana mengangguk-angguk saja yang kelihatan percaya dengan pernyataan Raymond.
"Kenapa juga! Aku sampai keceplosan. Raymond, Raymond kamu benar-benar!" batinnya.
"Tapi kamu belum makan. Jadi makanlah bubur ini," ucap Alana.
"Kau pikir aku anak kecil yang harus memakan bubur hah!" ucap Raymond yang kembali merasa apa yang dilakukan Alana selalu saja salah.
"Memakan bubur ayam bukan berarti anak kecil," ucap Alana.
"Berisik!" sahut Raymond yang kembali melihat ponselnya. Dia benar-benar mengabaikan masakan Alana.
"Ya, sudah!" sahut Alana yang merasa tidak memiliki kepentingan harus memaksa Raymond. Apalagi Raymond juga sudah besar
Baru saja kaki Alana ingin melangkah yang tiba-tiba saja terdengar suara kriuk-kriuk membuat Alana menoleh ke arah Raymond.
Raymond seketika memegang perutnya dengan mata terpejam yang ternyata suara gemuruh di dalam perutnya yang meminta untuk diisi tidak dapat bekerja sama dengannya dan akhirnya dia malu di depan Alana.
"Apa kau lihat-lihat," sahut Raymond kesal.
Alana menggelengkan kepalanya dengan cepat yang tampak jelas dia sedang menahan tawa.
"Kau suka sekali membuat orang kesal!" umpat Raymond.
Tangan Raymond ingin mengambil bubur itu.
"Auhhhh!" keluh Raymond yang ternyata tangan sebelah kanannya masih sakit.
"Pelan-pelan!" Alana langsung refleks membantu yang mengambil mangkuk tersebut.
"Biar aku saja yang melakukannya," ucap Alana duduk di samping Raymond dan dengan inisiatif dia menyuapi Raymond yang menyodorkan sendokan pertama ke mulut Raymond.
Raymond masih tampak bingung yang membuat Alana mengerutkan dahi dengan memberikan kode agar pria itu membuka mulutnya. Dengan mengalihkan pandangannya yang mana akhirnya Raymond membuka mulutnya yang membuat Alana tersenyum tipis.
Walau tampak terpaksa melakukan hal itu yang ternyata Raymond tetap juga mau disuapi oleh Alana untuk pertama kalinya. Alana juga tidak butuh validasi apakah makanan yang dia masak enak atau tidak yang penting Raymon sudah mencobanya.
Di dalam kamar yang terasa begitu hening itu. Raymond kelihatan memang sangat lapar sekali yang sejak tadi mengunyah makanan itu tanpa henti dan juga mulutnya tidak protes sejak tadi.
Alana juga kerap kali memberikan air putih dan Alana juga mengusap bibir Raymond ketika ada bekas makanan di sana menggunakan tisu. Raymond kesulitan menelan ludahnya melihat perlakuan Alana yang begitu sangat lembut yang mampu membuatnya diam tanpa berkutik sama sekali.
Matanya yang sejak tadi melihat kesana kemari dan bahkan sekarang sangat betah fokus menatap Alana. Wajah yang tampak tenang dan teduh itu mampu membuat Raymond merasa seketika menjadi tenang.
"Sudah selesai," ucap Alana yang baru menyadarkan lamunan Raymond dan langsung mengalihkan pandangan.
Raymond terlihat mengatur nafas beberapa kali, sementara Alana tampak santai yang sudah berdiri dari pinggir ranjang dengan menyusun bekas mangkok bubur tersebut.
"Ini obat kamu, kamu minum obat dulu dan setelah itu kamu istirahat," ucap Alana memberikan arahan yang tidak ditanggapi Raymond.
Alana juga langsung keluar dari kamar yang membawa bekas makanan itu.
"Apa yang kau pikirkan Raymond," ucapnya menghela nafas yang tiba-tiba saja perasaannya menjadi aneh.
*****
Saat menuruni anak tangga. Alana berpapasan dengan Naomi yang membuat langkah keduanya sama-sama terhenti
"Jadi benar! dia akan tinggal di rumah ini?" batin Alana.
"Jika Raymond tahu, aku sangat yakin akan terjadi keributan lagi," batin Alana yang justru mengkhawatirkan situasi yang semakin memburuk.
"Bagaimana keadaan Raymond?" tanya Naomi dari wajahnya terlihat khawatir.
"Raymond sedang beristirahat," jawab Alana dengan setenang mungkin menghadapi Alana.
"Alana saya tahu kamu kurang nyaman dengan kehadiran saya di rumah ini. Saya ingin memberitahu kamu bahwa saya adalah masa lalu Raymond dan kamu harus tahu jika saya orang yang paling mengerti siapa Raymond," ucap Naomi yang benar-benar tidak tahu malu mengatakan hal seperti itu.
"Lalu?" tanya Alana tanpa ada sedikitpun rasa cemas atau takut di wajahnya.
"Saya berharap kamu tidak menghalangi saya, jika saya ingin mengetahui bagaimana keadaannya atau ingin melihatnya. Saya ingin berbicara banyak dengan Raymond," ucap Naomi.
"Apa kedatangan Anda di rumah ini sebenarnya ingin meminta keadilan atau justru ingin bersama dengan Raymond?" tanya Alana yang membuat Naomi langsung terdiam.
"Apa maksud kamu?" tanya Naomi.
"Jika Anda ingin bertemu dengan Raymond maka harus meminta izin pada Mama atau Papa dulu. Kalaupun mereka memberikan izin dan jika saya tidak, maka Anda tetap tidak bisa bertemu dengannya!" ucap Alana memberikan pernyataan yang tegas membuat Naomi tampak kaget dengan kelancangan Alana.
Alana mungkin selama ini terlihat lugu dan hanya diam saja, tetapi tampaknya dia harus tegas pada wanita di hadapan ini yang sudah membuat kacau rumah itu selama beberapa hari.
"Maaf! saya masih memiliki banyak pekerjaan. Saya permisi!" ucap Alana dengan tersenyum yang langsung berlalu dari hadapan Naomi.
Naomi yang tampak marah dengan mengepal tangannya, dia benar-benar emosi pada Alana dengan kelancangan mulut anak-anak yang berbicara terlalu berlebihan.
Alana yang kembali ke dapur dengan menghala nafas.
"Aku tidak tahu bagaimana keributan yang akan terjadi di rumah ini lagi, jika Raymond sudah bangun dan akhirnya mengetahui jika mantan kekasihnya itu berada di rumah ini," gumam Alana yang tampak mencemaskan situasi itu.
"Bagaimana keadaan Raymond?" Alana tersentak kaget mendengar suara itu yang tanpa dia sadari Ibu mertuanya sudah berada di belakangnya.
"Sudah baik-baik saja. Ma! tadi baru saja selesai makan," jawab Alana.
"Saya bilang juga apa. Laki-laki demam seperti itu biasa saja, kamu jangan terlalu berlebihan memikirkan ini dan itu. Kamu seharusnya menggunakan kesempatan untuk mendekatkan diri," ucap Lastri yang membuat Alana menganggukkan kepala.
"Apa Alana boleh bertanya?" tanya Alana tampak ragu.
"Katakan apa yang ingin kamu katakan," jawab Lastri.
"Apa benar! jika Naomi akan tinggal di sini?" tanyanya.
"Saya tidak tahu tentang hal itu. Wanita itu sampai saat ini masih berada di rumah ini dan hanya tinggal menunggu keputusan Kakek. Saya juga capek berdebat terus dengan papa Raymond," jawab Lastri yang tidak memberikan jawaban pasti pada Alana.
Bersambung.....
Harusnya kamu bersyukur punya putra Raymond dan bertemu dr Furman laki2 yg tulus mencintaimu?
Berceraioah dg Anthony dan menikah dg Firman, supaya kamu punya harga diri dan demi kebaikan mental putra Raymond??
jangan sampai dia mengetahui perselingkuhan mu juga?? 🤔😇😇
dan jika suatu hari nanti Raymond mengetahui perselingkuhan ortunya , dia bisa meninggalkan keluarganya dan tinggal bersama Alana 🤔🤔🤔
biar dia mentalnya gak down saat nanti dia harus mengetahui kenyataan pahit tentang kebejatan tingkah laku mereka??🤔😇😇