Damar terpaksa menerima perjodohan dengan Aluna karena kekasihnya menolak untuk menikah dengannya. Kemudian, Damar harus dihadapkan dengan kenyataan bahwa mantan kekasihnya adalah calon ibu tiri dari Aluna. Akankah Damar mempertahankan pernikahannya dengan Aluna ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda Nova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DA part 21
" Gimana, Mas. Luna dan suaminya mau datang kan ? " tanya Karina begitu sang suami mematikan sambungan telponnya.
" Ya, mereka akan usahakan untuk datang saat makan malam. Kamu semangat sekali sepertinya " ucap Pak Halim tanpa curiga.
" Tentu saja semangat, Mas. Aku hanya ingin lebih dekat dengan mereka. Kita ini kan sudah menjadi keluarga, jadi sudah seharusnya kita semua mengakrabkan diri " sahut Karina dengan senyum merekah sempurna.
" Kau sangat pengertian sayang. Aku memang tidak salah memilihmu. I love you, sayang " ucap Pak Halim lalu memeluk dan mengecup kening Karina.
Karina balas memeluk suaminya itu, namun ia terus memikirkan cara untuk menarik perhatian Damar.
Tunggu saja sampai aku mendapatkan Damar kembali, maka aku akan membuangmu dan putrimu yang sombong itu.
batin Karina dengan senyuman yang begitu tipis.
Karina menyiapkan segala sesuatunya, meskipun ia tidak memasak sendiri tetapi ia ingin semuanya sempurna. Ia akan membuat Damar menyesal karena pernah menolak untuk kembali dengannya bahkan lebih memilih Aluna.
Suara mobil memasuki halaman rumah. Karina mengintip dari balik tirai kamar. Ia tersenyum saat melihat Damar keluar dari dalam mobil. Meskipun sedikit kesal melihat Damar begitu perhatian kepada Aluna tetapi ia meyakinkan diri bahwa itu disebabkan kekecewaan Damar pada dirinya.
Karina keluar dari kamar dengan penampilan terbaik. Ia segera menuju halaman depan menemani sang suami menyambut Damar dan Aluna.
Aluna memeluk sang ayah yang terlihat sangat bahagia. Kemudian ia beralih memeluk Karina, meskipun hatinya merasa enggan dan merasa jika Karina seorang wanita bermuka dua.
" Senang rasanya kalian bisa datang untuk makan malam bersama kami " ucap Karina saat melepaskan pelukannya dari Aluna.
Mata Karina kemudian menatap Damar yang baru saja menyalami Ayah mertuanya. Karina mengulurkan tangannya karena ia pikir jika Damar akan menjabat tangannya, namun ia salah karena Damar justru merengkuh pinggang Aluna.
Menyadari Damar menolak, Karina langsung menarik tangannya dan menggandeng mesra tangan sang suami. Mereka kemudian pergi ke ruang makan.
" Wah, makanannya banyak banget Pa. Papa pasti bahagia ya punya istri pinter masak begini " ucap Aluna menyindir Karina. Karena Aluna yakin jika masakan sebanyak ini tidak mungkin Karina sendiri yang memasaknya.
" Tentu saja, istri Papa ini pintar membahagiakan Papa... " puji sang ayah sambil meraih pucuk tangan Karina. Karina tersenyum malu-malu.
Sementara Aluna memutar bola matanya jengah melihat sikap sang ayah. Tiba-tiba pandangan matanya menyorot pada Damar yang nampak tak terganggu melihat sikap Karina dan ayah mertuanya. Justru Damar asyik menautkan jemarinya dengan jemari Aluna.
Sebenarnya perasaan kamu sama Karina gimana sih ? Masa kamu gak cemburu ?
Batin Aluna menelisik Damar.
Damar tersenyum menyadari Aluna yang menatapnya sedari tadi.
" Kenapa kamu lihatin aku segitunya ? Baru sadar ya kalau suami kamu ini ganteng maksimal " bisik Damar sambil menyeringai.
Aluna membulatkan matanya, lalu berusaha menarik jemarinya namun Damar menahannya.
" Mas, lepas ih ! " sahut Aluna balas berbisik pada Damar namun pria itu seolah tak peduli. Tangannya tetap menggenggam tangan Aluna.
" Wah, Papa gak sangka ternyata kalian berdua begitu romantis. Iya kan sayang ? " ucap Pak Halim sambil menoleh kepada Karina.
Karina sebenarnya tak suka melihat kedekatan Damar dan Aluna, tetapi ia berusaha menyembunyikan kekesalannya dengan menunjukkan senyum palsu di wajahnya.
Sialan ! Bisa-bisanya mereka bertingkah seperti itu...
Geram Karina dalam hati sambil melirik ke arah Damar.
" Bagaimana jika kita mulai makan saja. Pasti kalian sudah lapar kan " seru Karina mengalihkan perhatian.
" Iya, betul. Kita sebaiknya makan dulu... " ucap Pak Halim kemudian.
Dengan sigap Karina mengambilkan nasi dan lauk ke dalam piring untuk sang suami. Bahkan ia juga kini bergerak untuk mengambilkan nasi ke dalam piring milik Damar.
Melihat hal itu, Aluna langsung bergerak mengambil piring Damar dan mengisinya.
" Maaf ya Tante... Damar biar Luna yang layani. Lagi pula tidak pantas juga kalau Tante Karina melayani suamiku. Damar ini kan suaminya Luna, cuma menantu Tante lho ! Jadi Luna yang lebih berhak melayani Damar, karena Luna kan istrinya. Betul kan ? " ucap Aluna langsung menusuk hati Karina.
" Ah iya, kamu benar Luna... " ucap Karina tersenyum hambar, ia lalu mengambil nasi untuk dirinya sendiri.
Damar tersenyum samar melihat Aluna. Rupanya gadis ini cepat belajar untuk mempertahankan apa yang sudah menjadi miliknya.
Mereka kemudian makan bersama-sama. Setelah selesai, mereka berbincang di ruang tamu.
" Udah malem, kami pamit dulu ya, Pa ! " ucap Damar saat melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 10 malam.
" Kenapa kalian gak nginep aja disini ? " tanya Karina.
" Tidak, sebaiknya kami pulang saja. Lagian gak enak juga takutnya ganggu kegiatan malam kalian berdua " tolak Aluna.
" Kalian menginap saja. Perjalanan dari sini ke apartemen kan lumayan. Nanti kalian kurang istirahat, Damar juga harus kerja pagi kan besok " sahut Papa Halim.
Aluna dan Damar saling menatap,
" Ayolah Luna, kalian kan tidak setiap hari menginap disini. Lagi pula Papa kangen bisa makan sarapan buatan kamu " pinta Papa Halim setengah memohon.
Damar mengangguk memberikan isyarat kepada Aluna. Aluna menghela nafasnya,
" Baiklah, kami akan menginap disini. Kalau gitu, Luna ke kamar duluan ya Pa. Mau beresin kamar Luna dulu " ucap Aluna kemudian meninggalkan mereka di ruang tamu.
Aluna merapikan kamarnya yang sudah beberapa waktu tidak ia tinggali. Kamarnya terlihat rapi dan bersih, mungkin karena selalu dibereskan oleh Bi Marni. Aluna membersihkan diri, kemudian bergerak membuka lemari pakaiannya. Beruntung Aluna masih menyimpan beberapa pakaian di sana. Aluna mengambil pakaian tidur lalu mengganti pakaiannya.
Saat Aluna mengganti pakaiannya, tanpa diduga Damar masuk ke dalam kamar.
" Astaga ! Mas ngapain sih masuk ke sini " sembur Aluna sambil merapikan pakaiannya.
Damar menelan salivanya saat melihat Aluna dalam balutan pakaian tidur berbahan satin yang nampak begitu seksi.
Menyadari tatapan Damar, Aluna segera mengenakan jubah tidurnya.
" Istighfar, Mas ! " cetus Aluna saat selesai mengenakan jubah tidurnya.
" Alhamdulillah, ini mah harus disyukuri " sahut Damar asal.
Aluna melemparkan bantal ke wajah Damar, namun Damar berhasil menghindarinya. Damar kemudian mengambil bantal yang terjatuh di lantai lalu berjalan menuju Aluna dan melemparkan bantal ke atas tempat tidur.
" Ganti baju dulu, Mas ! " titah Aluna karena melihat Damar justru berbaring di atas kasur.
" Aku kan gak punya baju ganti disini... Tapi kayaknya aku udah punya jalan keluarnya " ucap Damar lalu bangkit dari kasur.
Dengan cueknya Damar membuka pakaian dan celananya hingga hanya menyisakan celana boxernya saja.
" Mas apa-apan sih ? " Aluna membulatkan matanya.
" Gak apa-apa, sayang. Lagian begini lebih enak kok, biar lebih gampang " jawab Damar sambil bergerak mendekati Aluna.
" Ga, gampang apa ? " tanya Aluna tergagap, mendadak nafasnya terasa tersengal.
Damar menyeringai tipis.
" Gampang masuk " bisik Damar di telinga Aluna.
" Ih, dasar mesum !! " gerutu Aluna sambil menjauhi Damar.
Semetara Damar hanya terkekeh melihat wajah Aluna yang memerah.