NovelToon NovelToon
HUTAN LARANGAN

HUTAN LARANGAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Balas Dendam / Dunia Lain
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: elaacy

Galuh yang difitnah oleh penduduk kampung dan dibuang dihutan larangan, hutan yang menyimpang segudang misteri.
Dapatkah galuh membalaskan dendam dan menemukan dalang dari orang yang menghasut penduduk?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaacy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19: Desa alas pati

Setelah 3 hari perjalanan, akhirnya mereka berdua sudah sampai di depan gapura yang bertuliskan 'Selamat datang di desa alas pati' Tulisan yang sudah mulai pudar itu tetapi masih bisa dibaca.

Galuh dah renggo segera memasuki desa itu, disana pemandanganya sangat asri dan adem. Setelah melewati gapura desa, galuh dan renggo melihat hamparan luas persawahan dan ladang dengan di tanami berbagai jenis sayuran dan padi yang sudah di tanam. Rumah disana pun hanya ada 30 saja.

Sesekali mereka berpapasan dengan warga yang ingin pergi ke sawah, ada juga yang ingin ke ladang. Warga yang sudah mengenali renggo saling menayanyakan kabar.

"Renggo, kamu kembali?." Tanya seorang bapak-bapak yang membawa cangkul di pundaknya.

"Iya pak agung." Jawab renggo seraya tersenyum kepada pria itu. Pandangan pria itu beralih ke pada galuh yang berdiri di samping renggo.

"Kalo yang ini siapa?." Tanya pak agung seraya menunjuk ke arah galuh.

"Saya galuh pak." Jawab galuh.

"Saya agung, panggil saja pak agung ya." Ucapnya seraya tersenyum ramah.

Galuh hanya mengangguk.

"Saya pamit dulu untuk pergi ke ladang, mari renggo, nak galuh." Pamit nya seraya berjalan ke arah sawah.

"Ayo." Ajak renggo. Mereka berdua segera melanjutkan perjalananya, dan tak lama mereka berhenti di sebuah rumah yang sederhana. Galuh hanya memperhatikan rumah itu.

"Kamu tunggu disini, paman mau mengambil kunci kepada pak adi, tetangga paman." Ucap renggo, ia segera meninggalkan galuh dan pergi kerumah tetangga nya yang tak jauh dari rumahnya.

Tak lama, renggo sudah kembali dengan membawa satu buah kunci dan segera membuka pintu itu, galuh segera mengekor di belakang renggo.

"ayo masuk." Ajaknya, galuh segera masuk dan duduk di kursi.

"Ini rumah siapa paman?." Tanya galuh.

"Ini rumahku." Jawaban singkat dari renggo membuat galuh terkejut.

"Hah, paman mempunyai rumah disini?." Tanya galuh, memastikan.

"Iya, ini rumah masa kecil paman, saat kamu menyebut nama desa ini, paman langsung kaget." Jawab renggo yang tersenyum tipis kepada galuh.

"Ngomong-ngomong, rumah seseorang bernama surya itu dimana ya paman?." Tanya galuh.

"Tak jauh dari sini, besok kita sana." Jawab renggo,

"Oh iya, kamarmu di samping kamar aku ya." Lanjut renggo, dan segera memasuki kamarnya, galuh juga berjalan ke arah kamar itu untuk ber istirahat.

Sedangkan di kamar, galuh saat ini sedang termenung sembari melihat diatas rumah itu. Yang hanya terbuat dari bambu. Tak lama galuh segera memejamkan matanya, kantuk melanda.

Hampir 2 jam galuh tertidur, ia di bangunkan dengan ketukan pintu yang memanggil namanya.

"Galuh, keluar dulu kita makan dulu." Ajak renggo, galuh melihat jika rumah itu sudah di terangi oleh terang.

Tak lama kemudia galuh segera keluar dari kamar dengan wajah mengantuk. Dan berjalan ke kamar untuk mencuci.

"Segera tidurlah galuuh." Ucap renggo yang sudah berjalan masuk ke dalam kamarnya.

Galuh pun juga sama, ia berjalan masuk ke dalam kamarnya.

***

Pagi harinya..

Suara ayam berkokok membangunkan galuh yang sedang tertidur pulas.

"Hoammm, sudah pagi ternyata." Gumam nya, yang segera turun dari kasur dan berjalan keluar kamar, ia melihat renggo sedang membuat sarapan, galuh cepat-cepat mencuci muka dan membantu renggo.

"Paman akan masak apa?" Tanya galuh.

"Hanya menumis kacang panjang sama kangkung ini saja, paman belum sempat berbelanja." Jawab renggo.

"Aku bantu ya paman." Ucap galuh.

"Iya, kamu potong-potong ya kacang panjang itu." Ucap renggo. Galuh hanya mengangguk mengerti dan mulai memotong kacang panjang tersebut, setelah selesai ia segera mencuci kacang tersebut.

"Ini paman." Ucap galuh

"Letakkan saja di situ." Sahut renggo.

Galuh hanya mengangguk dan meletakan kacang panjang itu, matanya beralih ke tungku perapian, yang dimana apinya hampir padam. Galuh mendekat dan duduk disana, ia mulai meniup tungku itu, tak lama api kembali menyala.

"Galuh, kamu tumis dulu kacang panjang ini." Ucap renggo seraya memberikan irisan bawang dan cabe.

"Baik paman." Sahut galuh, ia mengambil wajan dan mulai menumis kacang panjang tersebut.

Setelah mateng, galuh memindahkannya kedalam piring, sedangkan renggo, ia akan menumis kangkungnya. Tak lama kangkung itu pun masak, mereka membawanya ke ruang tengah rumah itu.

Mereka segera sarapan pagi, galuh buru-buru menghabiskan makannya, renggo pun sama. Mereka juga langsung membawa piring kotor tersebut ke belakang dan mulai mencucinya, setelah selesai mereka kembali keruang tengah.

"Kapan kita pergi paman?." Tanya galuh.

"Sekarang saja." Jawab renggo.

"Aku ganti baju dulu, paman." Sahut galuh, ia segera berdiri dan berjalan masuk kedalam kamar. Tak lama ia pun keluar dari kamar tersebut.

"Sudah?." Tanya renggo.

"Sudah, paman." Jawab galuh, renggo hanya mengangguk seraya membuka pintu, saat pintu di buka, seketika angin memasuki rumah itu, dingin. itulah yang di rasakan galuh.

"Dingin sekali paman." Ucap galuh.

"Pagi hari disini emang sangat dingin." Sahut renggo.

Renggo dan galuh segera keluar dari rumah itu, tak lupa dengan mengunci pintu.

Mereka sudah berpapapasan saja dengan warga yang akan pergi ke ladang. 20 menit perjalanan akhirnya mereka sampai dirumah yang sangat sederhana, berdindingkan ayaman bambu saja. Ternyata rumah itu adalah rumah terakhir.

"Ini rumahnya paman?." Tanya galuh.

"Iya, ini rumahnya." Jawab renggo.

*Tok tok t**ok. "Permisi, mbah*." Panggil renggo seraya mengetuk pintu itu, namun tak ada sahutan dari dalam.

"Ada gak.paman?." Tanya galuh

"Paman juga nggak tau, sebaiknya kita tunggu saja di sini." Jawab renggo, mereka segera duduk dikursi yang ada dirumah itu.

"Rumah ini, jauh sekali dari.penduduk, tetangga pun nggak ada." Ucap galuh yang melihat tidak ada penduduk.

Renggo hanya diam dan tidak menanggapi ucapan galuh. 10 menit mereka menunggu, tetapi tak ada tanda-tanda pintu akan terbuka.

"Kita pulang, besok akan kesini lagi." Ucap renggo, galuh hanya mengangguk dan akan segera pergi dari sana. Saat mereka mulai meninggalkan rumah itu, tiba-tiba suara seseorang memgejutkan mereka.

"Kalian mau kemana?." Tanya seseorang tersebut.

Galuh dan renggo segera membalikan badan, disana sudah berdiri seorang laki-laki yang lebih tua dari renggo, menggunakan kaos lusuh, celana panjang serta kopiah.

"Mbah surya.!!" Seru renggo yang segera berjalan kearah pria itu dan menyalaminya, begitu juga dengan galuh.

"Kalian ini kok langsung main pulang saja, hehehe." Ucapnya seraya terkekeh.

"Maaf mbah, tadi kami sudah mengetuk pintu tetapi tidak ada jawaban." Sahut galuh.

"Hmm, aku sedang berada dibelakang rumah, makanya tak.mendengar jika ada yang memanggil, mari masuk." Ucapnya seraya mempersilahkan galuh dan renggo masuk. Mereka segera duduk di kursi yang ada di rumah tersebut.

"Ada keperluan apa kalian kesini renggo? Dan kamu anak muda, siapa namamu?." Tanya surya.

"Kami ingin menayakan suatu hal kepada mbah. Dan nama saya adalah galuh." Jawab galuh memperjelas tujuan mereka serta memperkenalkan dirinya.

Mbah surya hanya mengangguk mengerti, mbah surya segera pergi kedapur, tak lama ia kembali membawa 2 gelas kopi.

"Silahkan diminum." Ucapmya seraya tersenyum.

"Tak perlu repot-repot mbah, terimakasih." Ucap galuh. Mbah surya hanya mengangguk, pandangannya tak lepas dari wajah galuh, ia merasa wajah itu mirip seseorang.

"Kalian ingin menayakan apa?." Tanya mbah surya yang melihat renggo serta galuh sudah menghabiskan kopinya.

"Ini mbah." Ucap galuh seraya mengeluarkan secarik kertas.

"Apa ini nak?." Tanya mbah surya, ia segera membuka kertas itu yang ternyata adalah surat yang di dapatkan galuh dirumah sang ibu. Saat membaca surat tersebut raut wajah mbah surya berubah menjadi sedih. Dan pandanganya beralih ke arah galuh.

"Kemarilah nak." Ucap mbah surya dengan suara bergetar. Galuh yang bingung segera mendekat ke arah mbah surya. Tiba-tiba pria itu memeluk galuh dengan sangat erat.

"Cucuku." Ucapnya lirih. Setelah puas memeluk galuh ia segera melepaskannya.

"Maksudnya bagaimana mbah? Siapa cucu mbah?." Deretan pertanyaan dari galuh yang sesdang bingung.

"Kamu anaknya siti kan?." Tanya mbah surya.

Galuh hanya mengangguk dan tersenyum.

"Siti adalah anakku." Ucapnya lirih, namun masih terdengar oleh mereka. Seketika raut wajah galuh berubah menjadi kaget.

"A-anak.mbah?." Tanya nya untuk memastikan.

"Iya, nak." Jawab mbah surya dengan pandangan sendu, galuh segera mendekat dan memeluk mbah surya lagi.

"Mbah, dimana keberadaan ibu?" Tanya galuh selepas pelukan.

Mbah surya hanya menghela napas panjang.

" Ibu mu di tangkap oleh mereka, maaf kan mbah yang tak bisa menolong." Jawab mbah surya dengan lirih.

"Dibawa oleh mereka? Mereka siapa mbah?." Tanya galuh yang masih shock, ia pikir ia akan langsung bertemu sang ibu.

"Sumi serta saras yang menculik ibumu." Jawab mbah surya, membuat galuh menggeleng tak percaya.

"Mbah jangan berbohong, saras dan nek sumi lah yang sudah menolongku." Bantah galuh dengan raut wajah tak suka.

Mbah surya hanya menghela napas." Mbah akan ceritakan semuanya." Ucap mbah surya.

1
Das ril
lanjut thor
elaacy: Okeiii
total 1 replies
Rizitos Bonitos
Bikin klepek-klepek!
Edana
Aku suka banget sama twist yang ada di cerita, semoga semakin menarik aja nanti!
elaacy: terimakasi ka, ini cerita pertama saya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!