felix bramasta seorang anak muda yang tampan tidak terlalu banyak bicara dan yang paling menonjol darinya dia adalah seorang petarung tangan kosong dan ahli dalam senjata.
bunga vasillia igor seorang gadis cantik, tapi terkenal cuek dia dari keturunan kaya raya. semua mengenalnya karena dia lahir di keluarga igor yang mana merupakan keluarga terkaya di negaranya.
hingga pada akhirnya keduanya di pertemukan, mereka menjadi tuan dan pelayan. banyak keseruan kelucuan, kebucinan, dan ketegangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Iqbal Pertha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
sial terlambat
tapi bunga meski sudah tau dia tetap diam saja tidak berusaha untuk bertanya pada bram.
" nona... " bram
" em.... " bunga.
" itu bolehkah aku memberitahu sesuatu. " bram.
" apa kamu gelisah sedari tadi hanya ingin mengatakan sesuatu......
mengapa tidak langsung kamu katakan saja.
katakan lah sekarang..... " ujar bunga.
" itu nona aku sedikit ragu untuk mengatakannya....
apa lagi ini sungguh du luar dugaanku dan ini masih berhubungan dengan apa yang sudah menimpa safira...
jadi malam itu.... "
bram mulai menceritakan semuanya pada bunga, bunga yang mendengar cerita dari bram di buat terkejut sekaligus marah.
" apa jadi alfin bermaksud memberikan itu pada ku, orang itu sungguh berani.
tapi sungguh di sayangkan harus ada korban dari semua ini. " ujar bunga.
" bram lebih baik kamu simpan ini dan jangan pernah kamu bicarakan apalagi pada safira ini terlalu sensitif aku takut safira akan semakin kacau. " lanjut bunga.
" baik nona aku mengerti. " ujar bram.
keadaan mulai hening mobil masih berada di jalanan menuju arah rumah. bram yang merasakan sesuatu yang tidak biasanya. merasa ada yang salah mencoba melihat spion mobil.
setelah melihat spion mobil bram mengernyitkan dahinya bram yakin jika mobilnya sedang di ikuti oleh mobil lain di belakangnya.
" siapa mereka.... " gumam bram.
" apanya yang siapa bram. " ujar bunga bertanya karang mendengar apa yang di gunakan bram.
" itu nona sepertinya mobil kita di ikuti. " jawab bram.
" serius kamu. " bunga.
" coba nona perhatikan kaca spion. " ungkap bram.
bunga segera saja melihat spion mobil bunga memang melihat sepertinya mobil di belakang memang mengikuti nya.
" bagai mana bram. " bunga mulai khawatir.
" apa perlu aku hubungi paman Derrick saja untuk membantu kita. " ujar bunga mulai panik.
" tenang lah nona aku masih bisa mengatasi ini...
mari buktikan saja apakah mobil ini mencoba mengikuti kita atau tidak.. " ujar bram kemudian membelokkan mobil.
" mau ke mana bram kamu keluar dari jalanan utama. " ujar bunga.
" tenang nona jalan ini akan membawa kita ke jalan utama lagi ini hanya sedikit memutar dan lagi aku ingin tau apa mobil itu mengikuti kita atau tidak karena jika di jalan utama akan sulit untuk memastikan. " jelas bram.
benar saja tak lama setelah itu mobil itu kini sudah muncul kembali di belakang mobil yang di kemudian bram.
" bram mereka. " bunga.
" benar nona mereka mengikuti kita. " bram
" lalu bagai mana. " tanya bunga.
" hadapi saja nona. " bram.
" tidak aku takut. " bunga.
" tenang saja nona nona tetap di dalam aku yang akan keluar dan mobil akan tetap menyala untuk berjaga jaga jika terjadi sesuatu pada ku nona bisa langsung pergi. " jelas bram.
" tapi... " ujar bunga sangat khawatir, takut, dan panik.
" percaya saja nona. " bram.
" terserah kamu saja. " ujar bunga.
bram pun menambah kecepatan mobil bram juga mulai memasuki jalan gelap dan sepi.
mobil yang mengikuti mobil bram masih ada.
kemudian bram menghentikan laju mobilnya di ikuti juga mobil yang mengikuti bram sedari tadi.
" nona pindah lah ke kursi pengemudi. ingat segeralah pergi jika aku sudah tersudut. " jelas bram.
" em....
tapi.... " ujar bunga belum selesai bram sudah turun dari mobil.
bram kini berdiri dengan tenang melihat sekitar 6 orang memegang senjata. " mengapa mengirim pereman jalan untuk menghabisi ku ini akan berakhir dengan cepat. tapi aku tidak bisa membunuh mereka saat ini karena nona bunga pasti akan ketakutan aku buat cacat saja mereka. " ujar bram.
" siapa kalian....
apa aku memiliki masalah dengan kalian. " tanya bram.
" tak perlu tau siapa kami....
yang perlu kamu tau kamu akan mati malam ini, jadi bersiaplah. "
" apa masalahnya kenapa aku harus mati. " tanya bram masih dengan santainya.
" sudah jangan banyak bicara segera habisi dia dan kita bpergi dari sini untuk berpesta. "
" baik bos..... " segera lima orang itu maju menyerang bram, tentu saja bram tidak hanya diam bram segera juga menyerang bram sudah menargetkan seorang yang memegang tongkat pemukul saat orang itu tiba baram segera memberinya pukulan perut kemudian memelintir tangan orang itu bram segera mengambil tongkat pemukulnya.
dari situ bram mulai melakukan serangan yang sesungguhnya meski di keroyok kini satu persatu dari mereka terjatuh dengan merintih kesakitan. bram tidak tanggung dalam melukai mereka bukan hanya patah tulang saja tapi bram menghancurkan tulang mereka sehingga akan sulit untuk kembali noal kembali.
tinggal satu orang bram menyelesaikan satu orang itu dengan menghancurkan tulang keringnya.
door.......
" sial terlambat. " ujar bram kini lengan sebelah kirinya sudah tertembus peluru.
" hahaha..... kamu hebat rupanya....
tapi apa kamu bisa lebih cepat dari peluru ini.... " ujar orang itu.
bram hanya diam saja sorot matanya tajam melihat ke arah orang itu. bram mulai memekakan semua indranya karena tidak mungkin untuk mengimbangi peluru jadi bram berusaha untuk memprediksi arah peluru sehingga bram bisa menghindar.
tanpa banyak pikir bram mulai berlari ke arah orang itu dengan mata yang terus menatap pistol yang di pegang orang itu.
dooor.....
dooor.....
dooor....
dooor....
door....
bram berhasil menghindari semua tembakan itu kini bram dengan keras memukul tangan orang yang memegang pistol itu dengan keras kemudian bram memberikan tendangan perut yang sangat keras membuat orang itu terpental hingga menabrak mobilnya. dari mulutnya orang itu memuntahkan darah terlihat juga tangannya menggantung.
bram melangkah perlahan suara gesekan tongkat pemukul dengan aspalenambah kengerian di malam itu.
" sial sepertinya ini ajal ku. jika aku tau sejak awal jika targetnya merukan seorang berkemampuan tidak akan aku meremehkannya. " ujar orang itu.
bram kini berjongkok dengan sedikit bertumpu pada tongkat pemukul di hadapannya.
" jadi katakan siapa orang mu....
jika kamu mengatakan aku akan memberi kemudahan.... " ujar bram.
" hahaha.....
kamu bisa membunuhku sekarang karena kamu tidak akan mendapat informasi apapun. "
" baik lah lagi pula aku tak butuh.....
ingat ini jika kamu masih hidup sampaikan pada orang itu untuk mengirim seorang yang lebih kuat jangan seekor curut sepertimu ini. " ujar bram berdiri lalu mengayunkan tongkat pemukul itu ke arah rahang orang itu.
setelah selesai bram kembali dengan membawa tongkat pemukul itu ke dalam mobil. terlihat bunga yang sejak awal melihat pertarungan bram sangat ketakutan tapi juga sangat terkejut karena bram bisa membereskan semua orang itu.
" mari kita pergi sekarang nona " ujar bram yang memasuki mobil. kemudian meletakkan tongkat pemukul di kursi belakang.
bunga hanya melamun melihat bram yang begitu santai seakan tidak terjadi apa apa bunga berpikir orang seperti apa sebenarnya bram ini.
" nona apa dirimu baik baik saja perlukah kita kedokter untuk memeriksa mu. " ujar bram mobil sudah melaju.
" aku tidak butuh dokter tapi sepertinya kamu yang membutuhkan dokter lihat lengan kamu berdarah. " ujar bunga dengan ramah.
" aih....
ini aku tidak apa apa nona aku hanya sedikit ceroboh tadi.
aku bisa atasi ini sendiri. " ujar bram
" apa kamu yakin...
kita ke dokter saja... " bunga
" tapi aku benar benar baik baik saja nona. " bram.
" tidak ada penolakan kita ke dokter sekarang. " bunga.
" baik lah nona. " jawab bram. pasrah karena tidak mungkin untuk menolak bunga yang statusnya adalah tuannya.
mobil segera keluar dari jalan memutar ke jalan utama kembali kini bram membawa mobil ke arah rumah sakit terdekat.