Karena kecerobohan sang Kakak, Nadira harus terjebak dengan seorang ketua geng Motor bernama Arash. Nadira dipaksa melayani Arash untuk menebus semua kesalahan kakaknya.
Arash adalah pemuda kasar, dominan namun memenuhi semua kriteria sebagai boyfriend material para gadis. Berniat untuk mempermainkan Nadira, Arash malah balik terjebak di dalam pesona gadis 17 Tahun itu.
Bagaimana ketika seorang badboy seperti Arash jatuh cinta pada gadis tawanannya sendiri?
Temukan kisahnya di sini, jangan lupa follow Ig Author @saka_biya untuk mengetahui info seputar Nadira dan Arash
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SAKABIYA Pratiwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Insecurity
Nadira dan Ami sedang asyik memilih-milih perintilan make up di sebuah toko kosmetik paling fancy di Mall Favorit di pusat kota.
"Aku mau beli yang ini tapi kayaknya uangku kurang deh," kata Ami sambil mendambakan sebuah beauty kit berwarna merah muda yang lucu dan imut.
"Kurang berapa? Ambil aja, nanti aku yang bayarin kurangnya," kata Nadira yang sibuk mencoba tester liptint di depan cermin di dinding toko.
"Serius? Unchhh, kamu emang terbaek!" kata Ami sumringah lalu memeluk Nadira.
"Ambil lah, sekalian nanti aku traktir es krim juga." Nadira menggerak-gerakkan bibirnya yang merah dan merasa lip tint-nya sudah set di bibirnya yang ranum, Nadira melirik ke arah Ami untuk meminta pendapat, "Gimana, Mi?"
"Perfect! Kamu tuh kayak visual tokoh manhwa lho, your beauty is so unreal!" puji Ami.
"Heum, lebay."
"Ciuss, Nad. Kan udah terbukti, banyak banget cowok ngantri buat daftar jadi pacarnya kamu."
"Lebay ah ...."
Nadira masih bisa bersenang-senang memilih stuff dan make up keinginannya sampai dia terdiam terpaku hingga rona mukanya perlahan padam saat dia melihat kedatangan Arash dengan sesosok perempuan cantik lewat pantulan cermin yang sedang dihadapinya.
Ya! Nyatanya semesta memang mendukung Nadira dan Vinara bertemu di hari itu. Nadira memang tidak tahu Vinara, tapi karena datang dengan Arash, Nadira langsung menyimpulkan kalau gadis yang datang dengan Arash memanglah Vinara.
'Pantas aja! Pantas aja kamu menganggap aku cuma pelampiasan nafsu, ternyata gadis yang benar-benar kamu sukai memang sesempurna itu ....' batin Nadira dan sungguh dia merasa minder.
"Nad Nad ... Itu kan Kak Arash!" Ami sudah menyadarinya juga dan begitu heboh menarik-narik ujung lengan seragam Nadira.
"Stt, kita pura-pura nggak kenal aja," tegur Nadira sambil berbisik tajam pada Ami.
"Lho kok?"
"Please, Mi! Jaga sikap kamu ya, kita pura-pura nggak kenal aja!"
"Oh ... Ya udin ... Tapi cewek itu siapa? Ya Allah, cantik banget ...." Ami juga mengakui kecantikan sosok Vinara membuat Nadira tambah insecure.
"Udah tau cantik, nggak usah diperjelas lagi," decih Nadira sambil manyun.
"Tapi tetap kamu yang paling cantik kok," rayu Ami.
Sialnya, Vinara dan Arash terus bergerak menuju ke rak dimana Nadira dan Ami berada. Barulah kali ini Arash juga menyadari keberadaan mantan istri sirinya. Arash pun terdiam terpaku untuk beberapa saat, sementara Vinara tidak tahu apa-apa.
Baru saja Arash berusaha melupakan sosok Nadira, perasaan yang ia buang jauh-jauh itu malah tergugah lagi.
"Ayo, Mi ...." ajak Nadira pada Ami agar pergi dari lorong itu. Ami malah terlihat bingung dan salah tingkah.
"Hey, dimana aku bisa menemukan lip tint kayak yang kamu pegang itu?" Dan tiba-tiba, Vinara malah bertanya pada Nadira. Nadira pun tak bisa lekas pergi.
"Yang ini?" tanya Nadira dengan wajah yang dingin.
"Iya, aku suka banget warnanya, apa itu warna yang kamu aplikasikan di bibir kamu?" tanya Vinara yang diam-diam menyukai lip tint pilihan Nadira.
Sesekali Nadira menatap Arash, tapi Nadira tetap bersikap seolah dirinya tak mengenal Arash.
"Yang ini tinggal satu, coba aja tanya sama pegawainya," jawab Nadira.
"Oh, oke. Thanks yaa," sahut Vinara lalu tengak tengok kanan kiri untuk bertanya.
Nadira melengos pergi meninggalkan lorong itu diikuti oleh Ami, meninggalkan Vinara yang tidak tahu kalau Nadira adalah gadis SMA yang ia tanyai adalah mantan istri Arash.
Arash menatap kepergian Nadira yang langsung pergi ke meja kasir untuk membayar barang-barang yang dipilihnya. Walaupun bersikap cuek, diam-diam Arash pun kepikiran dengan sikap Nadira yang cuek sama sekali.
'Jadi dia benar-benar mau menghapuskan semua yang pernah terjadi di antara kita? Oke! Terserah aja! Dia pikir gue akan gamon? No way!' batin Arash yang fokus matanya tetap mengarah kepada Nadira.
"Iya nih, mau yang dibeli sama anak SMA yang itu, masih ada nggak ya stoknya?" tanya Vinara pada salah satu pegawai yang menghampiri.
"Sebentar, saya cek dulu ya, Kak."
"Oke."
Vinara melirik ke arah Arash dan mencurigai fokus mata Arash yang kedatapan memperhatikan ke arah meja kasir.
"Rash ...." tegur Vinara, baru lah Arash tersadar dan membelokan fokus matanya pada Vinara.
"Ya, udah selesai?" tanya Arash.
"Selesai apa? Kita kan baru datang, aku mau yang sama persis yang dibeli sama anak SMA barusan. Kayaknya bagus deh, aku nggak nemu yang kayak gini di tempat lain," jawab Vinara.
"Ya udah."
"Kamu tuh emang nggak sabaran yaa kalo diajakin belanja, sebel deh!"
"Ya udah pilih pilih lah sepuas hati kamu, pastikan nggak ada yang kelewat, biar nggak galau lagi!" jawab Arash.
Sayup Nadira mendengar obrolan Arash dan Vinara, walau tidak jelas, tapi Nadira merasa kalau sikap Arash pada Vinara sangat jauh berbeda dengan sikapnya kepada Nadira. Hal itu membuat Nadira merasa semakin tidak berharga.
Dan pertemuan tak terduga siang ini membuat ketenangan Nadira terganggu lagi. Jujur saja, melihat sikap lembut Arash pada Vinara, terbesit rasa cemburu di hati Nadira walaupun Nadira mencoba menyangkalnya. Sialnya, perasaan itu memang terlanjur tumbuh liar di hati Nadira.
"Nad, habis ini jajan es krim dulu, kan?" tanya Ami yang sudah menyelesaikan pembayaran.
"Kita langsung pulang aja, traktirannya dipending dulu sampe besok," jawab Nadira lalu melangkah pergi meninggalkan toko.
Ami sangat mengerti kalau perasaan dan mood sahabatnya sedang ambyar gara-gara kemunculan Arash dan Vinara.
"I feel you, Nad ... Kasian banget kamu ...." gumam Ami lalu menyusul langkah Nadira yang semakin menjauh.
Arash pun tak bisa untuk tidak menoleh sehingga secara spontan Arash kembali memperhatikan sosok Nadira yang pergi semakin jauh dan semakin tidak terjangkau oleh pandangannya.
"Arash? Heum, kayaknya kamu kecantol sama anak SMA itu yaa?" Vinara menyadarkan lalu menggoda Arash setelah memergoki cara Arash memperhatikan sosok Nadira.
Arash tidak menjawab dan jadi salah tingkah. Arash menyangkal dalam diamnya. Arash sedang menyangkal perasaan galaunya. Tapi Vinara terlanjur curiga kalau Arash naksir dengan gadis berseragam SMA itu.
"Santai aja kali, sekedar naksir sih boleh aja, tapi ingat lho! Kamu itu jodohnya aku, setelah hubungan kita resmi, no lirik-lirik lagi kayak tadi, so ... selagi masih boleh, puas-puasin deh!" celoteh Vinara sambil tersenyum menggoda pada Arash.
Arash tercekat dengan kata-kata Vinara. Benarkah? Setelah bertahun-tahun dianggap cuek, ternyata Vinara menganggap Arash sebagai jodohnya? Arash sampai-sampai percaya tak percaya.
"Maaf, Kak. Lip tint merk tadi dengan serian warna yang tadi sudah sold out, stoknya habis ...." Seorang pegawai menghampiri Vinara lagi.
"Oh gitu ya? Ya udah kalo gitu, makasih ya ...."
Arash sudah tak fokus. Lagi dan lagi hati sang Badboy dibuat berkecamuk gara-gara situasi yang terjadi belakangan ini. Di antara Vinara dan Nadira, Arash masih menyisakan ruang untuk kedua perempuan cantik itu.