Diceraikan hanya karena memiliki anak berkebutuhan khusus membuat Zahra harus hidup terlunta-lunta.
Ia yang biasa hidup mewah harus beradaptasi dengan lingkungan barunya yang merupakan warga masyarakat ekonomi menengah kebawah. Bukan hanya itu Ia juga mulai terbiasa dengan diskriminasi yang mulai di alaminya saat karena anaknya.
Berbagai cibiran dan hinaan mulai akrab di telinganya, hingga suatu saat putranya terancam dikeluarkan dari sekolahnya membuat ia harus menunjukkan jati dirinya yang sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Zahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Dirga terkejut saat mendengar dari assisten pribadinya jika ibunya melabrak Zahra ke rumahnya.
Ia segera meninggalkan ruang kerjanya menuju ke apartemen Zahra. Karena takut ibunya berbuat hal-hal yang tidak diinginkan kepada Zahra dan anaknya ia bahkan mengemudi kendaraannya dengan kecepatan tinggi.
Setibanya di sana ia segera berlari menuju kediaman Zahra.
"Jangan sok suci deh kamu, kau pikir aku akan senang dengan tindakan mu hari ini, jangan mimpi!" seru Merry kemudian berusaha mendorong tubuh Zahra beruntung gadis itu menghindar hingga membuat Merry semakin geram. Ia kembali menyerang Zahra
membuat wanita itu tidak tinggal diam saat Merry mencoba menyerangnya.
"Ibu Hentikan!"
Melihat ibunya mencoba menyakiti Zahra membuat Dirga membelanya, ia mendorong tubuh Merry hingga wanita itu tersungkur ke lantai.
Dirga dan Zahra merasa panik saat melihat wanita itu bersimbah darah.
"Ibu bangun Bu," ucap Dirga mencoba menepuk-nepuk pipi wanita itu.
Karena Merry tak kunjung bangun membuat Dirga segera menghubungi ambulance dan membawanya ke rumah sakit.
Kabar tentang Merry yang masuk ke rumah sakit setelah berkunjung ke apartemen Zahra membuat Bahri sang suami Merry begitu marah dengan mantan menantunya itu.
Ia mengira jika Zahra sudah mencelakai istrinya. Pria itu menuntut Zahra dan melaporkannya kepada polisi karena sudah membuat istrinya koma.
Meskipun tahu jika Zahra tidak bersalah namun Dirga tak bisa berbuat apa-apa karena ancaman dari keluarganya. Bukannya datang membelanya Dirga justru datang sebagai saksi yang memberatkan Zahra. Tentu saja hal itu membuat Zahra semakin benci kepada mantan suaminya itu.
"Bagaimana kamu bisa tega bersaksi palsu padahal kau tahu aku harus mengurus Zalika. Jika aku di penjara lalu bagaimana dengan Zalika, siapa yang akan menjaganya, kamu bener-bener tega Dirga," ucap Zahra begitu kecewa mendengar kesaksian mantan suaminya
Karena merasa bersalah dengan Zahra, Dirga kemudian mendatangi Zalika dan meminta anak itu untuk tinggal bersamanya. Namun ia begitu terkejut saat Zalika menolaknya dan memilih tinggal dengan Gading.
"Ayah jahat, aku gak mau tinggal sama ayah," ucap gadis kecil itu kemudian berlari kearah Gading
Meskipun merasa sedih karena Zalika tak mau ikut dengannya, ia tidak marah dengan keputusan Zalika. Karena bagaimanapun juga ia tahu jika Lika akan lebih baik tinggal bersama dengan Gading daripada dengannya.
Dirga kemudian pergi meninggalkan Zalika.
Selama Zahra di dalam penjara, Lika selalu bersikap baik selama tinggal bersama Gading. Gadis kecil itu tak pernah mengeluh apalagi menangis meskipun ibunya tak ada di sisinya. Ia begitu mandiri mengerjakan segala sesuatu sendiri. Tentu saja hal itu membuat Gading semakin kagum kepada anak itu.
Zahra benar-benar sudah merubah mu menjadi anak yang mandiri. Kau bahkan sudah menjadi anak normal sekarang.
Sore itu Gading mengantar Zalika untuk terapi. Hari ini Lika akan mengikuti tes IQ.
Seorang psikolog memanggil Gading saat Zalika sudah selesai melakukan tes IQ.
"Hasil tes IQ nya begitu mencengangkan, sangat jauh saat ia tes IQ enam bulan yang lalu. Ia benar-benar sudah mengalami perubahan yang drastis setelah mengikuti terapi di tempat ini. Meskipun saya tahu jika Ibunya sedang terkena musibah tapi yang aku salut dia tetap bisa fokus mengerjakan semua soal-soalnya sehingga hasilnya benar-benar di luar ekspektasi. Karena hasil Tes IQ Zalika diatas rata-rata alias Genius maka mulai hari ini saya nyatakan Zalika sudah lulus dan tidak perlu mengikuti terapi lagi,"
"Alhamdulillah," jawab Gading begitu bangga saat mendengar Zalika tidak perlu mengikuti terapi lagi
"Selamat ya sayang, kamu memang anak hebat, aku yakin mamah kamu pasti bangga jika tahu tentang hal ini," ucap Gading memberinya selamat
"Apa aku boleh minta sesuatu sama Om?" tanya Zalika
"Tentu saja, om pasti akan kabulin selama gak melanggar hukum," jawab Gading
"Aku mau ketemu mamah, Lika kangen sama mamah," jawab Zalika kemudian menangis terisak
Melihat Zalika menangis membuat Gading langsung memeluknya, "Iya sayang, hari ini Om akan ajak kamu ketemu mamah, jadi jangan sedih lagi ya?"
Zalika langsung mengangguk setuju.
Gading segera mengajak gadis kecil itu masuk kedalam mobilnya dan melesat menuju ketempat Zahra di tahan.
Setibanya di sana Zalika langsung memeluk erat ibunya tanpa mau melepaskannya.
"Mamah kapan pulang?" tanya Zalika dengan raut wajah sedih
"Sabar ya sayang, doain saja mamah cepat keluar dari sini agar bisa berkumpul dengan kamu lagi. Oh Iya mamah dengar kamu udah lulus ya, selamat ya sayang... akhirnya kamu gak perlu lagi pergi tetapi,"
"Makasih mamah, apa yang harus aku lakukan agar bisa membantu mamah keluar dari sini?" tanya Zalika
"Rajin belajar, jangan rewel dan jangan menyusahkan Om Gading. Tetaplah jadi anak mamah yang kuat itu aja," jawab Zahra
"Apa aku harus minta maaf sama Kakek, agar dia mau mengeluarkan ibu dari sini?"
"Tidak usah sayang, itu adalah urusan orang dewasa jadi kami tidak perlu ikut campur ya," jawab Zahra
"Zalika tenang saja karena Om sudah meminta bantuan pengacara terkenal untuk mengeluarkan ibu kamu jadi sabar aja ya sayang,"
******
Sepulangnya dari rumah tahanan Gading terkejut saat melihat beberapa orang polisi melakukan rekonstruksi tempat kejadian perkara tanpa kehadiran Zahra.
Zalika yang melihat banyak orang berkerumun didepan rumahnya tampak mengamati apa yang dilakukan para Polisi dengan seksama.
Sebagai anak yang genius dan ahli matematika ia tahu jika para polisi sedang melakukan reka adegan bagaimana Zahra mendorong tubuh Merry hingga pingsan.
Mengetahui jika rekayasa adegan itu tak sesuai dengan yang ia lihat hari itu, malam harinya Zalika mencoba memperagakan adegan yang dilihatnya hari itu dengan menggunakan boneka mainannya.
Gadis kecil itu bahkan sengaja menggunakan kemampuan matematikanya untuk membuktikan jika bukan Ibunya yang mendorong tubuh neneknya Merry.
Dengan kegeniusan Zalika, gadis kecil itu memberitahu Gading untuk menjadi saksi bagi ibunya.
Karena masih di bawah umur Gading pun mendampinginya saat gadis kecil itu bersaksi di kantor Polisi.
Tidak sulit bagi Zalika untuk membuktikan jika ibunya tidak bersalah. Dengan teori yang ia Jabarkan ia berhasil membuktikan jika ibunya tidak bersalah.
Pada awalnya polisi tidak percaya penjelasan Zalika dan menolak kesaksiannya. Namun Gading tak tinggal diam. Ia sengaja memanggil sahabatnya yang merupakan seorang dosen science untuk mendengarkan penjelasan dari Zalika. Setelah mendengarkan teori yang disampaikan oleh Zalika pria itu membenarkan jika apa yang disampaikan Zalika adalah benar.
"Ia menggunakan teori pythagoras untuk membuktikan jika bukan Ibunya yang mendorong neneknya hingga jatuh." lelaki itu kemudian membantu menjelaskan apa yang disampaikan Zalika kepada polisi.
Dengan bantuan dosen science tersebut berhasil meyakinkan polisi jika bukan Zahra yang mendorong Merry.
siapa lagi kali ini yg akan jadi penjahat...??