(Sudah tersedia versi cetak)
Perjuangan Andreas mendapat maaf dan cinta dari wanita yang telah ia nodai.
Andreas yang Tuan Muda dan terbiasa hidup mewah dengan segala fasilitas terbaik, sampai merelakan semua itu hanya demi mengejar Marisa, yang sayangnya begitu benci padanya sejak kehormatannya direnggut Andreas secara paksa.
Marisa yang hamil, terpaksa mengubur semua impian dan cita-citanya, bahkan harus rela dibenci Ibu kandungnya sendiri karena menjadi penyebab kematian Ayahnya.
Apakah menurut kalian orang yang jahat akan selamanya menjadi jahat?
Bisakah Marisa memaafkan Andreas yang telah meluluh lantahkan hidupnya?
Konflik yang menguras emosi serta air mata bisa kalian baca di sini.
Halo... Ini novel pertama saya di Noveltoon, ayo ikut larut dalam perjalan cinta Andreas dan Marisa.
Semoga menghibur ❤
-🍀-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hijaudaun_birulangit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AMARAH
Rendy bangkit dari duduknya.Di liriknya sebentar Andreas yang masih tertegun karena kata-katanya tadi.
"Saya permisi."Ia berpamitan, sedikit membungkukkan badannya saat melewati Eva dan segera menghilang di balik pintu.
"Apa aku menganggu mu Sayang..?" tanya Eva sambil duduk di kursi yang tadi di tempati Rendy.
"Tidak.." jawab Andreas. "Tumben kemari...?"
"Kemarin kau tidak datang di acara makan siang, padahal aku sampai membatalkan jadwal pemotretan untuk bertemu." Eva pura-pura marah.
"Aku tidak tahu kau akan ikut datang." Andreas membuka lembaran-lembaran berkas dan mulai sibuk dengan pekerjaanya tanpa melihat sedikit pun ke arah Eva.
Kening Eva berkerut, padahal untuk datang menemui Andreas hari ini, ia sudah melakukan segala persiapan yang memakan waktu berjam-jam.
Ia mendatangkan MUA terkenal ke rumah untuk memoles wajahnya agar terlihat semakin cantik.
Memilih pakaian dari merk ternama, dan setelah semalaman bingung memilih model baju. Akhirnya hari ini ia menjatuhkan pilihan pada mini dress warna hitam dengan model yang memperlihatkan pundak mulusnya yang tambah aksen tali pada pinggang nya, yang membuatnya semakin terlihat langsing.
Sepatu dengan heels 7 cm warna merah dan tas dari merk Hermes warna senada melengkapi penampilannya hari ini.
Untuk rambut, ia juga mengundang Hairdo profesional hanya untuk sekedar menata rambutnya. Entahlah sebenarnya apa yang di tata, karena rambut panjang nya terlihat di gerai begitu saja. Tapi memang terlihat lebih indah, halus jika di sentuh dan bau harum tercium dari rambutnya.
Penampilan Eva hari ini terlihat sangat cantik, sangat sempurna. Tapi jangankan memuji, lelaki di depannya itu melihat ke arahnya pun tidak.
"Johan berkali-kali datang ke rumah. Tiap kali dia datang, dia selalu membawakan ku hadiah ." kata Eva dengan nada sombong.
Sebenarnya ia sedang menyindir Andreas yang sama sekali tidak pernah memberinya hadiah.
Akhirnya Andreas melihat ke arahnya, "ia hanya ingin mendapat keuntungan dari keluargamu."
"Johan dari dulu sudah tertarik padaku, kau saja yang tidak tahu!" kata Eva marah. "Orang lain saja begitu perhatian, kenapa tunanganku sendiri bersikap tak peduli?"
"Kalau kau memang ingin hadiah, aku akan membelikannya. Kau ingin hadiah apa...?" tanya Andreas melunak.
Bisa gawat seandainya Eva benar-benar marah dan mengadukan pada Ayahnya.
"Kau tau kan Sayang, aku menceritakan ini bukan karena aku ingin meminta hadiah darimu." wajah Eva memelas." Tapi..." Di liriknya Andreas yang masih memandanginya.
"Apa..?" tanyanya.
Perlahan-lahan Eva bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati Andreas. Ia terkejut ketika Eva berani duduk di pangkuannya, tapi Andreas membiarkannya, menginggat ia sudah cukup sering mengabaikan wanita itu.
"Kau tahu aku sangat mencintaimu, Sayang..." Di tangkupkan kedua tangannya ke wajah Andreas. Di pandanginya wajah Laki-laki yang sangat ia damba itu dalam jarak dekat. Mata mereka saling tatap, dari semua yang ada pada Andreas, Eva paling menyukai mata itu. Mata berwarna coklat terang yang tidak semua orang memilikinya, mata hasil persilangan Korea-Jepang dan Belanda-Indonesia.
Mata yang membuat Eva berharap, kelak jika ia menikah dengan Andreas, anak-anaknya akan memiliki kerupawanan dan warna mata dari Ayahnya.
"Apa pun akan aku lakukan supaya kau tetap di sini,di sisiku,menjadi milikku." kata Eva dalam hati.
Jari-jari tangannya yang berhias nail art warna merah dengan bunga-bunga mengelus-ngelus bibir Andreas sebelum kemudian menciumnya dengan penuh gairah.
Andreas hanya terdiam, normalnya ia akan ikut "tersulut" tapi kali ini tidak. Pikirannya seperti melayang-layang, ia membiarkan Eva membuka simpul dasinya, kemudian membuka tiga kancing bagian atas dari kemejanya. Bibir Eva turun dari bibir ke leher nya, dengan jari-jari tangan yang ia selusupkan di balik kemeja Andreas yang setengah terbuka.
Eva yang merupakan anak satu-satunya dari Konglomerat Hertoni Sanjaya, yang dari dulu selalu mendapatkan apa pun ia inginkan. Dari benda semahal apa pun sampai laki-laki biasa hingga kalangan selebritis.
Ia langsung jatuh cinta ketika tanpa sengaja melihat Andreas pertama kali pada sebuah acara perjamuan.
Dengan berbagai cara, ia meminta kepada Ayahnya agar di tunangkan dengan Andreas.
Permintaannya terkabul, ia memang menjadi tunangannya. Tapi itu hanya seperti simbol, Andreas tetap bebas berganti-ganti wanita sesuka hatinya. Entah sudah berapa kali Eva mendapat laporan tentang Andreas yang tidur dengan wanita lain.
Hati Eva terluka, padahal ia menawarkan dirinya sendiri seperti *******, tapi Andreas tidak pernah mengindahkannya. Kurang apa dia? Padahal dari dulu tidak ada seorang laki-laki pun yang bisa menolak kecantikan dan pesona dari tubuh indahnya. Tapi Andreas..??
Hertoni yang mengetahui sikap dan perbuatan Andreas di belakang putrinya, berkali-kali menasehati dan ingin mensudahi pertunangan mereka.Tapi Eva tidak pernah mau. Ia ingin laki-laki itu, ia ingin Andreas.
Untuk mempertahankan pertunangannya, Eva sampai mengancam Hertoni. Ia tidak akan mau menikah kecuali dengan Andreas.
"Kenapa kau tidak menangis?" tanya Andreas menghentikan gerakan tangan Eva yang hendak membuka resleting celananya.
"Apa..??" Eva tak mengerti, di tatapnya wajah datar Andreas.
"Dia menangis ketika aku mencium bibirnya. Kenapa kau tidak..?" kata Andreas seperti tak sadar.
"Apa maksudmu?" Eva langsung berdiri. "Siapa yang kau maksud..?!" tanya nya marah.
Andreas masih terdiam, sesaat kemudian matanya membelalak. Ia seperti baru tersadar dari lamunanya.
"Apa yang aku katankan...?" Andreas mengusap wajahnya kasar.
"Bisa-bisanya kau memikirkan wanita lain saat kita sedang bersama...?!" teriak Eva.
"Bukan seperti itu.." Andreas bangkit dari duduknya, mencoba menenangkan Eva dengan memeluknya. Tapi Eva segera menepis tangannya.
Harga dirinya terluka, gairahnya yang mengebu-ngebu seperti di guyur seember air dingin oleh Andreas, ia merasa begitu malu.
"Aku ingin kita segera menikah." Di tatapnya wajah Andreas.
"Tentu saja kita akan menikah." Andreas memegangi kedua pundak Eva untuk meyakinkannya.
"Segera kataku!" Suara Eva semakin meninggi.
Bahkan make up yang ia gunakan tidak mampu menyembunyikan wajahnya yang merah padam karena di kuasai amarah.
"Aku tidak bisa." Andreas melepaskan pegangannya dan berjalan membelakangi Eva.
"Kenapa..?" Diraihnya lengan Andreas supaya menghadap dirinya.
"Pulanglah, aku pusing." kata Andreas tanpa memandangnya.
Eva tersenyum sinis. "Karena wanita yang sekarang sedang kau pikirkan itu..?" tebaknya.
Eva terkejut dengan perubahaan ekpresi pada wajah Andreas, walaupun itu hanya sesaat. Sebelum di gantikan kembali oleh wajah datarnya yang biasa.
"Wanita mana yang kau maksud..? Wanitaku banyak. Kau tahu itu.." Andreas bersedekap sambil menyandarkan diri di meja kerja nya dengan santai.
Wajah Eva semakin memerah mendengar kata-kata Andreas. "Aku akan mencari tahu,siapa wanita itu..!" Ia mengambil tasnya kemudian keluar dengan suara pintu yang di tutup dengan kencang.
"Hhaaaahh..." Andreas menghela nafas panjang lalu menyisir rambutnya kebelakang.
Ia tahu sebentar lagi akan ada badai besar yang akan menghantamnya.
Sementar itu di Restoran Padang tempat Marisa bekerja, duduk Bryan dan empat teman laki-lakinya. Mereka tampak santai menikmati makan sambil mengobrol dan merokok di ruangan di lantai dua dengan jendela-jendela besar yang terbuka, yang memang di khususkan untuk smooking room.
Luka-luka di wajah Bryan hampir tak terlihat lagi, hanya ujung bibirnya saja yang masih di plester karena luka robek yang cukup dalam.
"Hai,Marisa..!" Bryan melambaikan tangan saat melihat Marisa yang baru saja mengantarkan makanan ke meja lain.
Ragu-ragu Marisa berjalan menghampiri meja Bryan.
"Anda di sini..?"tanya Marisa setelah dekat.
"Iya, sudah dari tadi.Kau tidak lihat sih." ia tersenyum lebar.
"Ah, iyaa..maafkan saya kalau tidak melihat anda." Marisa tertunduk.
Di lihatnya teman-teman Bryan sesaat sebelum kembali menundukan wajahnya. Ia merasa tak nyaman dengan pandangan teman-teman Bryan padanya.
"Baiklah,saya permisi." Marisa baru akan berjalan pergi, ketika Bryan berdiri dan menghalangi langkahnya.
"Apa kau sudah bertemu Andre?" tanya nya.
Mata Marisa membelalak,tapi sesaat kemudian ia bisa menguasak keadaan. "iya,saya sudah bertemu." jawab Marisa. "Saya permisi.." Marisa kembali akan berjalan pergi,dan lagi-lagi Bryan menghalangi langkahnya. Marisa terpaksa mengangkat wajah untuk melihat wajah Bryan, ia mendongkakkan wajahnya tinggi-tinggi untuk memandang wajah laki-laki bertinggi hampir 200 cm itu.
"Lu..Ah, maksud ku...Kau masih membawa kartu akses masuk Apartemen milikku bukan?"
Marisa menunduk, berpikir sejenak. Kemudian kembali mendongakkan wajahnya ke atas untuk melihat Bryan.
"Iya,masih di saya.Tapi..saya lupa meletakkan di mana.Tapi pasti akan saya cari." kata Marisa mulai cemas ia takut Bryan membutuhkannya sekrang. Sedangkan ia tidak menginggat di mana ia meletakkan kartu itu.
"Aah,santai saja..." Bryan tertawa. "Kau bisa menghubungi aku jika sudah menemukannya. Kau masih menyimpan nomorku kan..?"
"iyaa..." Marisa menunduk. "Maaf, saya harus kembali bekerja." Ia merasa tak jaman berdiri berdekatan dengan Bryan seperti ini. Aroma yang tercium dari tubuh Bryan sama dengan aroma tubuh milik Andreas.Aroma rokok dan alkohol.
Bryan segera menyingkir ke samping, Marisa menunduk saat melewatinya, dan di balas senyuman oleh Bryan.
Sampai Marisa berjalan menjauh, Bryan masih melihatnya. Ia meghisap rokoknya dalam-dalam dan menghembuskannya.
"Kalian lihat, dia yang bernama Marisa."kata Bryan kepada teman-temannya.
kesini lagi juga karena bingung nyari bacaan yg bagus bgt kyk begini hampir2 belum nemu di jagat pernovelan halu 😆
Author satu ini emg keren.
Dari cerita ini saja udah mikirin bakal bkin cerita bahwa Rendy itu bukan orang Indonesia, makanya golongan darahnya langka g kyk orang indo pada umumnya. Cerita itu akan terjawab di seducing miss introvert. Emang dasar author cerdas yang selalu berhasil bkin saya kagum sekaligus mewekkkkkkkkk /Sob/