NovelToon NovelToon
Phoenix Reborn

Phoenix Reborn

Status: tamat
Genre:Romantis / TimeTravel / Balas Dendam / Balas dendam. / Peningkatan diri-Perubahan dan Mengubah Takdir / Tamat
Popularitas:15.5M
Nilai: 4.9
Nama Author: LuciferAter

Dikhianati oleh adiknya, dibuang oleh suaminya, kehilangan anak dalam kandungannya, hidup Huang Miaoling tidak bisa lebih buruk daripada sekarang. Ketika dia berusaha menyelamatkan suami yang sangat dia cintai, yang dia dapatkan adalah dua bilah pedang yang menembus tubuhnya tanpa belas kasihan.
"Di kehidupan berikutnya, aku, Huang Miaoling, akan membalas semuanya!"
Sebuah sumpah yang terucap karena hati yang tak rela. Tidak ada yang menyangka kalau sumpah itu akan membawanya ke sepuluh tahun sebelumnya. Sepuluh tahun sebelum semua mimpi buruk itu terjadi.
"Dengan kesempatan ini, aku akan membalas semua orang yang telah menindasku!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LuciferAter, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19 Dendam di Masa Lalu

A/N: Oke! Khusus bab ini harus kasih Author's note di atas. PENTING! KALIAN HARUS BACA INI! Kalau kalian mau baca part ini, kalian harus baca sambil denger lagu Mandarin yang judulnya 'Liang Liang 凉凉 yang dinyanyiin Zhang Bichen & Aska Yang (杨宗纬 & 张碧晨)'. INI ESSENTIAL BANGET UNTUK CHAPTER INI. Sambil denger, sambil baca. Bisa bayangin pertunjukan yang akan berlangsung di bab ini, oke?! NGERTI GAK? *tempeleng Author*. Iya\, iya. Nggak galak\, Author yang lebay. Ha ha ha. Anyway\, cuma saran. Kalau kalian mau aja\, nggak maksa. Kalau nggak mau\, ya nyesel aja karena bab ini nggak kerasa feelnya. Hehe. Oh\, mulai lagunya pas ada tanda tiga bintang '***' ya. He he. Pas kalau dimulai dari situ

_______________________________________________________________________

Kaisar melirik Permaisuri, meminta tanda. Permaisuri yakin kalau Miaoling tidak akan maju dan mempermalukan dirinya. Oleh karena itu, Permaisuri tersenyum pada Kaisar.

“Lakukan apa yang kau bisa,” balas Kaisar. ‘Pertunjukan macam apa yang akan ditunjukkan oleh keempat orang ini?’ pikir Kaisar dalam hati, sedikit lebih penasaran dengan apa yang akan ditunjukkan kedua putranya. Tidak biasanya Junsi akan maju dan memainkan sitarnya di depan semua orang seperti ini.

Mendapatkan persetujuan Kaisar membuat Miaoling berkata, “Terima kasih, Yang Mulia.” Kemudian, dia berdiri dan menghadap Wang Junsi. “Pangeran Keempat, aku memerlukan sebuah Erhu [1].”

Wang Junsi terperangah, tidak pernah mendengar kalau nona pertama keluarga Huang memiliki kemampuan memainkan alat musik. “Aku dan Kakakku akan memainkan seruling dan sitar, kau tidak perlu repot-repot.”

Sebuah senyuman merekah di wajah Miaoling. ‘Kalau ingin menghancurkan sebuah pertunjukan, kau harus hancurkan sampai total,’ pikirnya. “Tidak ada salahnya aku melengkapi dengan alunan Erhu, bukan?”

Hal ini membuat Wushuang mengerutkan kening. ‘Apa yang gadis itu rencanakan?’

Para pelayan menyiapkan alat musik yang ketiga orang itu minta. Seruling giok favorit Pangeran Mahkota, sitar dari kayu sonokeling dan lapisan emas milik Wang Junsi, serta Erhu yang dilapisi kulit ular berkualitas tinggi milik Permaisuri yang dipinjamkan kepada Huang Miaoling.

Wajah Huang Qinghao terlihat sedikit ketakutan. Sebagai seorang Ayah, walau dia tidak melihat anak perempuannya itu selama sepuluh bulan, tapi Qinghao tahu kalau Miaoling sama sekali tidak memiliki talenta untuk musik. Sedari kecil dia telah memanggil begitu banyak guru musik, tapi tidak ada yang bertahan lebih dari dua hari. Semuanya berkata kalau Huang Miaoling tidak memiliki kecocokan dengan alat musik.

Melihat Permaisuri meminjamkan Erhunya yang begitu berharga kepada Miaoling membuat Qinghao berkeringat dingin. Kalau anak gadisnya itu merusak alat musik tersebut, tidak hanya reputasi Miaoling yang hancur … tapi hubungannya dengan Permaisuri akan menjadi sangat buruk!

Qinghao yakin kalau Permaisuri meminjamkan alat tersebut karena Miaoling dengan yakin memintanya. Sikap gadis itu menunjukkan kalau dia memang bisa memainkan alat musik tersebut.

‘Ya, Dewa. Huang Miaoling … aku harap kau tahu apa yang sedang kau lakukan,’ doa Qinghao dalam hati.

Wang Zhengyi, Wang Junsi, dan Huang Miaoling mendekati area tempat alat-alat musik mereka diletakkan. Ketika jari-jari Miaoling terulur ke arah Erhu, Qinghao menarik napas panjang. Akan tetapi, begitu melihat cara Miaoling dengan anggun duduk dan memegang Erhu, Qinghao terpana …. Cara Miaoling memposisikan dirinya di kursi dan memegang Erhu itu terlihat seakan gadis itu telah melakukannya untuk bertahun-tahun.

Tidak salah, Miaoling memang sudah berlatih untuk memainkan Erhu selama bertahun-tahun. Lebih tepatnya, lima tahun lamanya dimulai sejak dia menikah dengan Wang Chengliu.

Tahu kalau Chengliu paling suka menonton pertunjukan musik, Miaoling mencoba setiap instrumen musik dan memutuskan kalau dia akan berlatih cara memainkan Erhu. Hanya untuk menyenangkan hati pria itu dan bermimpi kalau mereka berdua bisa bermain bersama suatu hari nanti. Chengliu dengan sitarnya dan Miaoling dengan Erhunya. Sayang sekali, sampai akhir hayatnya, hal itu tidak pernah terjadi.

Zhengyi menoleh kepada Junsi dan Miaoling. Kemudian, dia melirik Wushuang dan gadis itu mengangguk, menunjukkan kalau dirinya sudah siap.

***

Setelah memberi tanda kepada Junsi dan Miaoling, Zhengyi pun mulai meniupkan serulingnya. Mengerti nada yang dimainkan kakaknya itu, Junsi segera masuk mengikuti, menghasilkan harmonisasi indah yang terdengar lembut.

Mendengar musik sudah dimulai, Wushuang pun mulai menari. Lenggak-lenggok tubuhnya terlihat begitu menggoda dan anggun secara bersamaan. Dengan kipas lipat di tangannya, Wushuang menggoda para penonton dengan menutup setengah wajahnya dan hanya sesekali menunjukkan sosok rupawannya itu.

Benar-benar seperti seorang bidadari.

Semua orang pun menoleh kepada Miaoling. Kenapa gadis itu masih belum mulai?

Di saat semua orang memikirkan hal tersebut, Wushuang tersenyum, menghipnotis semua orang ke dalam tariannya. ‘Ya, lihat aku. Hanya perhatikan diriku. Aku adalah orang yang harus kalian perhatikan dan bukan gadis itu!’ seru Wushuang dalam hati.

Tiba-tiba, Miaoling mulai menggoyangkan lengannya, menggesekkan senar Erhu dan menghasilkan melodi indah yang mengiringi kedua alat musik lainnya. Junsi dan Zhengyi pun segera terbelalak, tidak menyangka kalau perpaduan musik mereka yang tadinya terdengar menenangkan berubah sekejap menjadi begitu pedih hanya karena alunan Erhu yang Miaoling buat.

Tidak berhenti sampai di sana, Miaoling tiba-tiba membuka mulutnya dan menyairkan sebuah puisi. Ah, bukan menyairkan, dia menyanyikan puisi itu!

Udara lebih dingin saat malam tiba, bunga-bunga berjatuhan berubah membeku

Kau memandang dari kejauhan, mengerahkan semua fokusmu

Tidak ingin mengingatnya, namun sulit dilupakan

Nada yang Miaoling gunakan untuk menyanyikan puisi itu terasa begitu sendu dan menyesakkan dada. Miaoling menutup matanya, terasa terbawa kembali ke kehidupannya yang lalu ketika dia memainkan Erhu di malam hari menunggu suaminya untuk datang mengunjungi dirinya.

Pandangan mata Miaoling terarah kepada Wang Chengliu, menatap pria itu untuk waktu yang cukup lama. Dada Miaoling terasa sesak tiba-tiba, semua ingatan itu terasa sangat pedih dan menyayat hatinya. Dalam sekejap, semua luka yang pernah suaminya torehkan kembali terbuka dan mengeluarkan darah.

‘Wang Chengliu … kenapa kau tidak pernah mempercayaiku?’ Miaoling bertanya dalam hatinya.

Wang Chengliu merasakan tatapan yang diberikan Miaoling kepadanya. Pria itu merasa jantungnya berhenti sesaat, terasa sedikit sakit. Kapan dia pernah menyakiti wanita itu? Kenapa Miaoling memberikan tatapan itu kepadanya?

Sadar kalau nyanyian Miaoling berhenti, Junsi segera mengangkat suaranya dan membalas nyanyian Miaoling.

Dengan banyaknya bunga persik bermekaran di hari itu, bagaimana kau bisa melupakan masa lalu?

Hati bagaikan lautan luas ini berpura-pura kuat dan tidak dapat tersakiti

Aku tahu, itu semua hanyalah ilusi

Balasan Junsi kepada nyanyiannya membuat Miaoling terbelalak. Pandangan gadis itu beralih dari Chengliu kepada Junsi. Puisi yang pria itu nyanyikan … seakan mengerti penderitaan yang telah Miaoling rasakan.

Ketika Miaoling sibuk memperhatikan pangeran itu, Junsi menggeser bola matanya untuk menatap Miaoling, memberikannya sebuah dukungan dari tatapan hangat itu. Pancaran mata Junsi seakan berteriak, “Miaoling, lanjutkan! Kau tidak bisa berhenti di sini.”

Miaoling mengalihkan pandangannya ke bawah. Kemudian, dia menutup matanya dan mulai melanjutkan nyanyiannya.

Di malam yang dingin ini, kerinduanmu padamu seperti sungai

Yang semakin lama penuh dengan lumpur yang menyelimuti hatiku

Junsi melirik para penonton yang menutup mata mereka, mencoba mendengarkan lebih jelas dan menjiwai setiap bait puisi yang terucap. Merasa kalau lagu ini menjadi terlalu sedih, Junsi kembali membalas nyanyian Miaoling.

Tahun-tahun yang singkat penuh dengan cinta

Potongan-potongan memori indah memasuki aliran sungai

Bait puisi yang Junsi ucapkan membuat Miaoling meliriknya tajam. Miaoling mengerti dengan jelas arti ucapan Junsi. Pria itu ingin mengubah puisi sedihnya menjadi puisi penuh harapan.

Kalau Miaoling menerapkan ucapan Junsi ke dalam kehidupan sebelumnya, pria itu sama saja mengatakan, “Walaupun sebagian besar waktu kau habiskan dengan kerinduan, tapi pasti ada beberapa saat penuh kebahagiaan.” Miaoling tahu pria itu benar, tapi Miaoling bukanlah Junsi! Miaoling tidak mau mengingat waktu-waktu bahagia itu karena pada akhirnya harapan kecil dari kebahagiaan singkat itulah yang menyakiti dirinya!

Bunga-bunga persik yang berjatuhan

Mengingatkanku pada kepedihan itu, menyayat hatiku

Nyanyian Miaoling membuat Junsi mengerutkan dahinya. ‘Sepahit itukah?’ tanya Junsi dalam hatinya. Akhirnya, pria itu pun menyerah. ‘Kalau memang sepahit itu, maka kita buat lebih pahit sampai kita tidak bisa merasakannya lagi.’

Luka tubuh mudah disembuhkan, luka hati sulit dilupakan

Hati yang terluka masih menyimpan kebencian dari kepedihan lama

Mendengar ucapan Junsi membuat mata Miaoling berkaca-kaca. Ucapan pria itu seakan mengeluarkan kebencian yang terpendam di dalam hatinya. Gadis itu kemudian menoleh ke arah Junsi, menganggukkan kepalanya. Keduanya pun mengucapkan bait terakhir bersama-sama.

Ya, hatiku … masih menyimpan kebencian dari kepedihan sebelumnya.

__________________________

A/N: ARGH! Author nggak tahu kalian dapet feelnya ato nggak dengan bantuan lagu. Anyway, gimana guys? Ha ha ha! Rada cringe sih kalau yang nggak dapet feelnya. LOL!

 

 

1
Asiana Tyas
kasihan changseng...kalo milih ibu,banyak nyawa yg akan.jd korban tp kalo sebaliknya,dia merasa menjadi anak durhaka
Rosmalinda Sary
cie ketemu ibu mertua🤣
Ririn Santi
bgmn bs yanan tdk mengungkapkan kata kata terakhir sahabatnya ttg racun kpd kaisar? yg pd akhirnya kesalahan diletakkan pd junsi
Ririn Santi
kaisar yg egois. meninggalkan istri yg hamil sendirian hny utk ucapan maaf.
Ririn Santi
uuuuh....kehidupan yg mengerikan, jauh dr kata tenang
Ririn Santi
itu sebabnya klu ingin pny istri byk jgn di kumpulkan di satu tempat. mudah bg salah satu utk menyakiti wanita lainnya.
Ririn Santi
egoisnya kaisar dan permaisuri , demi kekuasaan yg tdk memperdulikan peraasaan miaoling.
Ririn Santi
cakeeeeep
Ririn Santi
kapan sih si selir itu dpt balasan puncaknya?
Ririn Santi
kehidupan istana penuh dg tri dan intrik demi ambisi, kekuasaan dan kekayaan.
Ririn Santi
gubraaaak😲😲😲😲😲😲

😭😭😭😭😭😭
Murni Dewita
wah sehati dengan pangeran keempat
Murni Dewita
😂😂😂😂😂🤣
Murni Dewita
👣
Ririn Santi
wafuh trik dan intrik istana bikin tegang aja sih.
Ririn Santi
wah gak sadar aku nangis thor
hiks....m
Ririn Santi
wah 2x dipermalukan di hadapan khalayak persis setelah pertunangan benar" double kill. minta pembatalan aja atuh
Ririn Santi
hayo bisa gak kamu melepaskan diri dr perjodohan ini ling'er?
Ririn Santi
makan tuh umpanmu sendiri hahaha
Milaayu
tapi semua yang baca jd tau loh perdana mentri liang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!