BUKAN Bacaan Ramah Bocah 💋💋
Menjadi korban bullying di sekolah, Kiara bertekad mengubah takdirnya, dan membalas perbuatan jahat mereka yang telah menyakitinya. Diska adalah target utama Kiara, tapi ia juga akan memanfaatkan Xavier yang juga menjadi penyebab hal buruk itu terjadi.
Kiara menyulap penampilannya menjadi sangat cantik dan tidak dikenali. Lalu, ia masuk ke dalam kehidupan Xavier dan Diska. Berhasilkah ia membalas perbuatan mereka? Atau justru kalah dan terjebak dalam cinta Xavier?
Spinoff dari novelku yang berjudul MENIKAHI ANAK SOPIR.
Selamat membaca gaess 😘😘😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itta Haruka07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KKBL Bab 21
Meski Xavier berusaha bergerak cepat, tapi dia terlambat. Untungnya, kopi itu tidak sampai mengenai wajah Kiara karena gerakan refleks Kiara saat mendengar teriakan Xavier. Namun, kopi panas itu tetap mengenai tangan Kiara dan Xavier langsung panik saat melihatnya.
"Kia, kamu nggak apa-apa?" tanya Xavier khawatir, ia membantu Kiara menyibakkan lengan bajunya untuk mencegah kain itu menempel pada kulitnya yang terluka.
"Nggak apa-apa, Pak," jawab Kiara yang masih berdebar karena kejadian barusan. "Untung nggak kena muka," batinnya. Sudah susah payah ia merawat dirinya, bila sampai terkena air mendidih seperti itu, bukannya semuanya akan menjadi sia-sia? Ia pastinya tidak mau lagi kembali ke masa lalunya.
"Kamu bisa kerja nggak sih?!" bentak Xavier dengan wajah geram dan tatapan yang seakan-akan ingin mencabik pelayan tersebut.
"Ma-maaf Tuan, Nona. Saya tidak sengaja," ucap pelayan itu sembari membungkuk. Jantungnya berdebar dengan hebat dan seluruh tubuhnya gemetaran. Tidak ia sangka bahwa customer yang satu ini cukup menakutkan. Tatapannya seperti membunuh.
Di sisi lain, orang yang membayarnya telah beranjak dari tempat duduknya setelah menyesap minumannya beberapa teguk, berjalan ke arah kasir.
"Udah, Pak. Nggak apa-apa. Dia nggak sengaja," sahut Kiara yang mulai merasakan panas dan perih di tangannya. Kulitnya yang putih itu sudah mulai memerah.
"Kita ke rumah sakit, ya." Xavier sangat khawatir, ia tahu bagaimana rasanya terkena air panas itu karena ia sendiri mengalaminya kemarin.
"Tidak usah, Pak. Saya baik-baik saja kok, ini dikompres juga sembuh," tolak Kiara yang enggan menuruti keinginan Xavier, terlalu berlebihan menurutnya.
"Kia, kulit kamu udah merah gitu, pasti sakit. Lebih baik kita ke rumah sakit takutnya infeksi atau gimana." Xavier menarik satu tangan Kiara yang tidak terluka, lalu membawanya pergi dari restoran.
"Pak, saya nggak apa-apa beneran. Saya nggak mau ke rumah sakit." Kiara masih keras kepala.
Xavier diam sesaat, lalu ia menghela napas dan menuruti Kiara. "Oke, kita ke apartemenku, deket sini kok. Ada obat juga di sana."
Kiara mengangguk. Lukanya sudah terasa sangat perih akan lebih baik jika segera diobati agar tidak membekas.
***
Kiara dan Xavier telah sampai di apartemen milik Xavier. Pria itu menyuruhnya duduk sambil menunggunya mencari kotak P3K dan kain untuk mengompres luka Kiara. Kiara mengamati sekelilingnya dan tidak menemukan satu sudut pun yang tidak bersih atau berantakan, sama seperti ruangan kerja Xavier di kantor. Interior apartemennya pun sesuai dengan image pria itu.
Tak lama kemudian, Kiara mendengar suara langkah kaki di belakangnya dan melihat Xavier menghampirinya dengan kotak P3K dan kain yang lembab. Tanpa bicara apapun, pria itu langsung berlutut dan mulai mengobati Kiara.
Pandangan Kiara langsung terjatuh pada sosok Xavier yang dengan hati-hati mengompres lukanya dan menaruh krim pada kulitnya yang terbakar. Sesekali Xavier juga meniup tangannya itu supaya krimnya cepat terserap.
Tiba-tiba Xavier tertawa, membuat Kiara terperangah karena ketawanya Xavier yang manis sekali. Suaranya pun menggelitik telinganya, tanpa sadar menarik dua sudut bibirnya ke atas. Padahal, Kiara sendiri tidak mengerti apa yang membuat Xavier tertawa.
"Sekarang gantian ya. Baru aja kemarin aku yang kena kopi, sekarang kamu. Karma nih Kia karena kamu udah numpahin kopi ke tubuh aku kemarin." Xavier tersenyum menatap Kiara.
"Aku kan nggak sengaja," balas Kiara dengan cemberut.
Tanpa Kiara sadari, nada bicaranya mulai berubah menjadi lembut, tidak kaku seperti biasanya. Namun, Xavier menyadari itu karena dirinya sangat sensitif dengan segala hal yang berhubungan dengan Kiara. Xavier sadar, Kiara sudah mulai melunak setidaknya gadis itu tidak lagi berbicara formal saat menyebut dirinya dengan 'aku' bukan 'saya' lagi.
"Kita nggak jadi makan deh, maaf ya kamu pasti lapar karena tadi pagi-pagi sekali aku udah datang," ucap Xavier.
Kiara cengo, tidak tahu harus merespon apa. Akhirnya, Kiara berkata, "Nggak apa-apa. Toh aku juga nggak laper." Tepat setelah mengatakan itu, tiba-tiba perut Kiara berbunyi. Jelas sekali ia kelaparan saat ini.
Xavier kembali tertawa, sedangkan raut muka Kiara sudah merah padam menahan malu.
"Aku pulang aja deh," kata Kiara yang sudah ingin kabur dari Xavier karena perutnya tidak bisa diajak berbohong.
"Jangan! Kita makan dulu, biar aku yang masak." Xavier kembali tersenyum, lalu beranjak dari duduknya dan berjalan menuju dapur.
Kiara melihat Xavier yang mulai mencuci dan memotong bahan-bahan masakan.
"Biar aku bantu." Kiara membantu Xavier dengan pekerjaan ringan yang bisa ia lakukan karena tangannya masih terasa sakit. Saat membantu Xavier, Kiara terus memandangi Xavier yang tersenyum dan bercerita dengan lancar.
Xavier bercerita tentang banyak hal, Kiara hanya diam mendengar dan memperhatikan Xavier dari samping. Xavier tidak mempermasalahkan saat ia terus berceloteh sedangkan Kiara hanya diam.
Kiara mendadak teringat sesuatu.
Seorang anak laki-laki tampan dengan kulit putih bersih dan rambut lurus yang terlihat kaku berkata, "Kiara, kamu yang pegang layangannya, nanti aku yang terbangin. Dalam hitungan ketiga kamu lepas ya."
Kiara kecil menurut, ia berlari sedikit menjauh dari temannya. Lalu, ia menuruti perintah teman laki-lakinya itu. Kiara kecil mengangkat layangan di atas kepalanya. Kemudian, saat anak laki-laki itu menghitung, ia pun bersiap.
Layangan itu pun terbang tinggi. Kiara kecil dan teman laki-lakinya itu tertawa memperhatikan layangan mereka yang telah terbang.
"Kamu hebat. Aku senang punya teman sepertimu. Adik-adikku tidak mau melakukan ini." Anak laki-laki itu mengusap pelan rambut Kiara kecil yang tertiup angin.
Hati Kiara mendadak berdetak kencang karena ingatan itu. Namun, tiba-tiba suara Xavier menyadarkan Kiara dari ingatan masa lalunya.
"Dulu aku nggak se-jago ini masaknya. Aku manggang roti aja gosong. Niatnya mau bikin roti panggang yang enak malah bikin anak orang lain sakit perut."
Seketika Kiara terdiam. Dengan susah payah ia menelan salivanya, lalu bertanya, "E-emang Bapak bikin bu-buat siapa? Teman Bapak?"
Kiara melihat Xavier tersenyum. Namun, senyumnya itu seperti senyum kesedihan. Lalu, Xavier pun menjawab, "Iya."
🦄🦄🦄
Kembang, kopi, like, komentar jangan ada yang ketinggaln ya. Nulis judul ini tuh berat banget, nggak kayak aku yang biasanya 🤣🤣🤣
🍭🍭🍭
cusss🤣
mending kawal dia Ampe berjodoh Ama kita 😭🤣🤣
masuk lagi ke dunia dia Thor
ancurin lagi sekitarnya
permalukan dia kyk dulu dia mempermalukan leadmale nya