Menceritakan tentang seorang gadis soleha bernama Aisyah yang mengajar di sebuah pondok pesantren yang jatuh hati dengan seorang pria yang merupakan anak angkat dari pemilik ponpes tersebut. Cintanya ternyata tidak bertepuk sebelah tangan, karena sang pria idaman itu juga mencintainya, akan tetapi ia harus merasakan kekecewaan ketika harapannya untuk menikah dengan pria idamannya itu kandas karena sang pemilik ponpes justru menginginkan ia untuk menikah dengan putra kandungnya yang lumpuh. Akankah Aisyah menerima perjodohannya dengan lelaki yang divonis lumpuh itu?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Its Zahra CHAN Gacha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CA 21 # Drama di Dapur
Aisyah terlihat sibuk menata meja makan dan membereskan dapur, sedangkan Syifa masih asyik membaca buku-buku novel kesayangannya.
"Kamu gak bantuin Aish masak?" tanya Bhumi
"Orang Aish gak mau dibantuin ya...syukur deh, lagian aku juga malas," balasannya
Bhumi kemudian keluar untuk menaruh gelas bekas minumnya ke dapur.
Melihat Aisyah yang kerepotan sendirian iapun berinisiatif untuk membantunya.
"Biar aku aja yang cuci piring," ujarnya lembut
"Gak usah Mas, inikan pekerjaan cewek masa Mas Bhumi sih yang harus ngerjain, sudah Mas istirahat saja, " tolak Aisyah
"Tidak ada pekerjaan cewek ataupun cowok...sama saja, udah kamu lanjutkan saja bersih-bersihnya, " jawab Bhumi
"Tapi Mas..."ucap Aisyah ragu
"Tidak apa-apa, nanti biar aku cari Art pengganti mbok Sari, biar kamu gak usah bebenah lagi, kasian kamu capek." kata Bhumi
Semenjak mbok Sari sakit selama dua minggu kebelakang memang semua pekerjaan rumah dihandle oleh Aisyah.
Hal ini tentu membuatnya harus bekerja ekstra sepulang dari Pondok. Sebenarnya Safi'ah sudah mencari seorang Art untuk menggantikan mbok Sari tapi selalu tidak betah karena tidak cocok dengan Syifa.
"Oh sudah ada yang bantuin toh kirain sendirian?" sindir Rinjani
"Tapi kok yang bantuin Masnya bukan istrinya," sindir Rinjani
"Tidak masalah kan bu kalau laki-laki mengerjakan pekerjaan rumah tangga, karena istri saya sedang kelelahan jadi saya mengerjakan pekerjaannya," jawab Bhumi
"Duh romantis banget sih kamu, tapi sekali-kali suruh istrimu belajar masak dong, masa bikin teh untuk suaminya saja tidak bisa, malah menyuruh Aisyah untuk membuatkannya, kan kebangetan!" sindir Rinjani
"Maklumlah ibu, namanya juga anak manja jadi harus banyak belajar, Insya Allah aku akan mengajarinya nanti, terima kasih atas perhatiannya," jawab Bhumi
"Beruntung banget si Chatis (sebutan untuk orang yang bawel dan suka lemes) dapat suami yang baik kaya dia!" gumam Rinjani
"Diiih, Mas ngapain nyuci piring!, sudah biar Aish aja yang ngerjain!" ucap Syifa ketika melihat suaminya sedang mencuci piring
"Kasian Aisyah sudah memasak, bebenah, dan sekarang sedang menyapu halaman, jadi Mas mau membantu menyelesaikan pekerjaannya!" jawab Bhumi
"Kok Mas jadi peduli sama dia!" cibir Syifa kesal
"Apa jangan-jangan Mas masih suka ya sama Aisyah!" ucapnya sembari menahan cemburu yang mulai menyeruak di kalbunya
"Astaghfirullah kamu ini jangan fitnah Syifa, Mas mengerjakan semua ini demi kamu, karena kamulah yang seharusnya mengerjakan pekerjaan ini. Tapi karena Mas tau kami ini anak seorang Lurah yang tidak pernah melakukan pekerjaan rumah tangga, makanya Mas yang menggantikan dengan catatan kamu akan belajar agar kedepannya kamu bisa melakukannya sendiri," jawab Bhumi
"Ngapain aku harus ngerjain pekerjaan rumah kan ada pembantu suruh aja dia, kok repot!" sahutnya
"Inget Syifa!, dudah berapa kali kita ganti pembantu, gara-gara gak cocok sama kamu!" sindir Bhumi
"Cari yang lainlah, kasih aja gaji yang besar pasti pada mau," jawabnya enteng
"Gaji besar emang duit dari mana?, bagaimana kalau kita nanti sudah pindah rumah sendiri?, ingat gajiku tidak besar di pondok jadi mungkin tidak cukup untuk membayar pembantu. Jangankan untuk membayar pembantu bisa cukup untuk makan dan beli make up kamu aja sudah Alhamdulillah!" sahut Bhumi
"Lha apa gunanya punya orang tua kaya kalau hidup kita susah!" sindir Syifa
"Tidak selamanya kita harus bergantung pada orang tua kita, masa sih kita sudah merepotkan dia dari lahir sampai dewasa, dan masih mau merepotkan mereka lagi dengan rumah tangga kita. Apa tidak ada pikiran untuk membahagiakan mereka?" balasnya
"Seneng nih lihat pasangan baru yang lagi adu mulut, dan kayaknya emang benar si Bhumi ini suka sama Aisyah, hmmm aku harus bisa memanfaatkan situasi ini!" gumam Rinjani yang menyaksikan Bhumi dan Syifa dari balik pintu dapur
"Ada apa sih bu?, kok kayaknya ada orang yang sedang berdebat?" tanya Aisyah
"Kamu lihat saja sendiri," ucapnya pelan
"Sudahlah Mas, Romo ku tidak akan membiarkan putri semata wayangnya hidup menderita, dia pasti akan membantuku, lagian daripada aku harus ngerjain pekerjaan rumah mending aku suruh mbok Dar saja untuk mengerjakan pekerjaan rumah ku, bereskan!" jawab Syifa
Aisyah masuk ke dapur dan melihat Bhumi dan Syifa yang sedang beradu argument.
"Sudah biar Aish saja yang mencuci piring, tidak perlu repot-repot memanggil mbok Dar segala, kasian dia!" sahut Aisyah yang langsung dengan sigap mengambil alih pekerjaan Bhumi
"Tuhkan!!, dia aja tidak keberatan mengerjakan pekerjaannya sendirian. Mas aja yang terlalu peduli dengannya!" cibir Syifa yang menahan cemburu yang mulai menyeruak di relung kalbunya
Gadis itu kemudian pergi meninggalkan ruangan itu, sembari membanting pintu dapur sebagai ungkapan kekesalannya.
"Bilang saja kamu masih suka sama dia Mas, tidak usah sok-sokan ngomong melakukan semuanya demi aku!" batinya kesal
***Braaakkk!!!
Tentu saja Aisyah dan Bhumi menjadi kaget mendengar bunyi pintu yang dibanting keras oleh Syifa. Bahkan bukan hanya mereka Rinjani yang sedari tadi mengintip keduanya dari balik pintu langsung berteriak kaget ketika Syifa keluar dengan membanting pintu.
"Busyeet!!!, pelan-pelan dong neng nutup pintunya, bisa hancur tuh pintu kalau sering-sering dibanting," ucap Rinjani
"Bodo amat!!" cibir Syifa
"Diih!!, gak pantes banget anak pesantren ngomongnya gitu sama orang tua, dasar Chatis!" maki Rinjani
Rinjani masih belum beranjak dari tempat itu, ia masih penasaran dengan apa yang akan dibicarakan oleh Aisyah dan Bhumi di dapur.
"Maafkan istriku Aish, " ucap Bhumi
"Iya gak apa-apa Mas, lagian bener kok yang dikatakan oleh Syifa, aku senang melakukan semua ini, dan Mas tidak usah mengkhawatirkan aku lagi, karena kita sudah memiliki pasangan masing-masing dan aku harap kita bisa menjaga perasaan pasangan kita, aku tidak mau kedekatan hubungan kita dahulu akan menghancurkan perasaan pasangan kita Mas, " jawab Aisyah
"Wah! makin seru nih!" ucap Rinjani
"Sudah mendingan Mas kembali ke kamar dan tenangkan hati Syifa," bujuk Aisyah
"Iya Aish, maafkan aku. Bukan maksudku untuk membuatmu merasa bersalah, karena tidak ada niat apapun dihatiku ketika membantumu, aku sadar aku ini sudah beristri dan tentu saja aku harus setia dengannya, sekali lagi saya minta maaf karena sudah membuatmu merasa tidak nyaman," ucap Bhumi
"Iya Mas aku tahu kamu adalah laki-laki sholeh yang bisa menjaga perasaan istrimu, terima kasih juga sudah membantuku, btw aku sudah maafkan Mas jadi kembalilah ke kamarmu dan ajak ngobrol Syifa. Aku tahu dia sangat mencintai kamu, jadi tidak sulit baginya untuk memaafkan kamu," sahut Aisyah
"hmmm, baiklah aku tinggal ya," pamit Bhumi
Mendengar Bhumi yang akan segera keluar dari dapur membuat Rinjani langsung berlari meninggalkan tempat itu buru-buru, hingga karena terburu-burunya ia sampai menabrak meja makan yang tidak jauh dari tempatnya berdiri.
**Braakk!!!
