Li Fei Yang adalah seorang anak berusia 8 tahun yang lolos dari maut, akibat rombongannya di serang oleh sekelompok perampok bertopeng.
Li Fei Yang yang lolos dari maut tanpa sadar membawa langkah nya ke suatu lembah.
Di mana dia bertemu dengan dua orang sakti sedang bertempur dengan sengit.
Li Fei Yang yang bermaksud baik ingin melerai kedua orang tersebut.
Malah terseret dalam pusaran tenaga kedua orang itu. Secara ajaib kedua tenaga raksasa itu tersedot dan berpindah ke dalam tubuh Li Fei Yang.
Kedua orang yang kehabisan tenaga, setelah menceritakan masa lalu mereka dan menerima Li Fei Yang sebagai murid mereka.
Kedua orang itu akhirnya menghembuskan nafas terakhir mereka sambil tertawa gembira.
Li Fei Yang sendiri sangat tersiksa dengan kedua kekuatan yang saling bertentangan di dalam tubuhnya.
Akhirnya pingsan tidak sadarkan diri ditempat tersebut.
Bagaimana kelanjutan nasib Li Fei Yang Si Bocah yang lolos dari maut, menemukan berkah Kekuatan dahsyat tak terhingga, tapi justru membawa petaka besar bagi dirinya.
Silahkan ikuti petualangan Li Fei Yang di PENDEKAR API DAN ES
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MING2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PUNCAK GUNUNG HARIMAU PUTIH ZHOU LEI
"Kedepannya selama sebulan ini, kamu ikut saja dengan ketiga murid ku itu."
"Mereka akan membantu mu melatih tehnik pedang tingkat dasar."
ucap Li Mu Bai.
"Baik' kak, terimakasih banyak kak, maaf bila Fei Yang merepotkan kakak."
ucap Fei Yang merasa sedikit tidak enak hati.
"Akh,.. adik Fei Yang jangan berkata begitu, saya jadi merasa malu ."
"Adik Fei Yang sudah makan, bila belum aku akan meminta mereka mengurusnya untuk mu.."
"Belum sih kak, tapi Fei Yang belum lapar, biarlah Fei Yang bergabung dengan yang lainnya berlatih di depan.."
"Baiklah, begitu juga boleh, silahkan saja adik Fei Yang.
Bila ada apa apa, kamu jangan sungkan beritahu kan pada kakak ."
"Sekarang mari kita kedepan sana, untuk bergabung dengan yang lainnya.."
ucap Li Mu Bai sambil bangkit berdiri dari kursinya.
Fei Yang buru buru menghabiskan teh di dalam cawan
Di mana teh itu sudah tidak begitu panas lagi, dia kemudian buru buru berjalan menyusul Li Mu Bai dari belakang.
Sebenarnya Li Mu Bai bisa saja melatih Fei Yang bila dia mau, tapi setelah melakukan pengecekan terhadap kondisi Fei Yang.
Dia menemukan bahwa untuk melatih Fei Yang, hingga dia bisa menguasai semua tehnik yang dia miliki, itu akan menghabiskan banyak waktu dan tenaga.
Karena tubuh Fei Yang sama seperti orang awam, yang belum pernah belajar ilmu silat.
Kurang lebih mirip dengan murid murid berbakat dari desa, yang di terima dan di latih oleh ketiga muridnya itu.
Jadi dia memutuskan membiarkan Fei Yang di latih oleh Ketiga muridnya dulu.
Bila perkembangannya cukup baik, dia baru akan turun tangan melatihnya.
Bila tidak, ya terpaksa dia tinggalkan, daripada buang buang waktu kultivasinya sendiri, buat menempa bahan yang jelas tidak berguna
Faktor Sifat Li Mu Bai dan Zhou Lei yang seperti inilah, yang membuat kedua kakak seperguruan mereka, memilih mengundurkan diri, tidak mau mencampuri urusan mereka.
Menurut pemikiran mereka menghindari selisih paham di antara saudara seperguruan, yang akan menimbulkan perpecahan, itu jauh lebih penting daripada menentukan siapa benar siapa salah.
Beda prinsip maka tak perlu di paksakan, saling menjaga jarak, itu akan jauh lebih baik.
Penampilan sikap dan wajah seseorang bisa menipu, inilah kenyataan yang ada pada diri Li Mu Bai.
Bagaimana sikap guru, begitu pula lah sikap muridnya tidak beda jauh.
Setelah Fei Yang di titipkan ke mereka, sikap mereka yang awalnya hormat, perlahan lahan mulai berubah.
Apalagi saat mereka menyadari keadaan Fei Yang, yang tak ubahnya murid awam biasa, mereka menjadi semakin memandang rendah padanya.
Memberikan semua pekerjaan dan tugas kasar padanya, bahkan saat jam latihan, Fei Yang malah di kumpulkan dengan murid murid dari desa.
Di mana murid murid desa itu, rata rata tidak bisa ilmu beladiri sama sekali, dan mereka di latih oleh dua orang murid senior, yang kemampuannya biasa' biasa saja.
Tapi Fei Yang menerima semuanya tanpa keluhan sama sekali.
Fei Yang hanya terus berlatih ilmu Qian Kun Im Yang Sen Kung yang diajarkan oleh Yi Han Tao Se.
Selain itu, dia diam diam membangkitkan kembali kekuatan yang dia latih selama 3 tahun bersama Huo Lung dan Bing Feng.
Selain itu Fei Yang juga melatih berbagai jurus yang Huo Lung dan Bing Feng ajarkan pada nya.
Sedangkan ilmu kelas kucing aliran Xu San, Fei Yang tidak berminat melatihnya.
Karena sebagai seorang ksatria di negerinya, biarpun tidak menggunakan tenaga dalam sekali pun, ke 2 murid senior yang suka menindas orang baru itu.
Bagi Fei Yang mereka jelas bukan tandingannya, hanya saja karena tidak ingin bikin keributan.
Fei Yang memilih nurut pada mereka, bila sedang latihan bersama.
Tapi setelah berjalan seminggu, Fei Yang perlahan-lahan memilih tidak ikut latihan.
Dia lebih memilih membaca dan menghabiskan waktu di perpustakaan naga biru.
Di sini Fei Yang malah menemukan berbagai tehnik tingkat tinggi, seperti pengendalian pedang, menunggangi Pedang, jari pedang,. energi pedang dan ilmu meringankan tubuh berjalan di atas Mega.
Fei Yang belum mampu melatihnya, karena Dan Tian nya tersegel, jadi dia lebih memilih menghapal nya.
Tentu saja tindakan Fei Yang, yang sering bolos latihan di ketahui oleh kedua senior pelatihnya.
Tapi saat mereka memberikan laporan ke Kian Bu, Kian Li, dan Kian Hok."
Ketiga orang itu menanggapinya dengan dingin, mereka tidak menegur atau pun mengijinkan.
Mereka lebih memilih mendiamkannya saja, pura pura tidak melihat .
Mereka menganggap keberadaan Fei Yang ada syukur, kalaupun tidak ada juga bukan masalah.
Meski Fei Yang tidak datang latihan, tapi semua pekerjaan kasar yang di limpahkan ke Fei Yang, dan para murid baru itu.
Tidak ada satupun yang tidak Fei Yang kerjakan.
Fei Yang pagi pagi setelah menyelesaikan tugasnya, dia selalu pergi ke perpustakaan untuk membaca.
Setelah malam, saat semua orang sudah terlelap, Fei Yang baru diam diam berlatih seorang diri.
Tanpa terasa 3 bulan pun sudah berlalu, kini tenaga dalam Fei Yang sudah mencapai 50% pemulihan nya.
Tapi Fei Yang selalu menyembunyikan kemampuannya, sehingga tidak ada yang mengetahui hal ini.
Begitu waktu di mana Fei Yang di titipkan di puncak naga biru berakhir.
Dengan senang hati Li Mu Bai membawa Fei Yang terbang dengan pedangnya, menuju puncak gunung harimau putih.
Di mana itu adalah tempat tinggal saudara seperguruannya Zhou Lei, yang berkuasa penuh di sana.
Zhou Lei dan Li Mu Bai memiliki usia yang hampir sama, hanya saja paras mereka berbeda.
Zhou Lei bertubuh tinggi besar, wajahnya penuh brewok, bentuk wajahnya persegi.
Keahliannya adalah golok, Zhou Lei ini lebih mirip perampok ketimbang seorang pendeta Tao.
Tapi meski sifatnya kasar, tapi setidaknya, dia lebih jujur dan tidak munafik seperti Li Mu Bai.
Berbeda dengan Li Mu Bai yang ahli pedang, Zhou Lei adalah seorang ahli golok.
Zhou Lei begitu mendapat laporan dari muridnya, sambil tertawa keras.
Dia langsung keluar menyambut kedatangan Li Mu Bai yang datang membawa Fei Yang.
"Ta Se Siong,... Siau Se Ti,.. kalian berdua telah tiba, ayo silahkan masuk,.. silahkan masuk.. maaf bila penyambutannya sedikit terlambat.."
ucap Zhou Lei sambil tertawa keras.
Zhou Lei sebenarnya orang nya cukup baik, hanya saja sifatnya yang temperamental, dan tidak bisa menjaga ucapan, terkadang sering menimbulkan keributan tidak perlu.
Zhou Lei mengajak Li Mu Bai dan Fei Yang, masuk kedalam sebuah ruangan yang luas.
Di ujung depan sana ada sebuah kursi besar.
Di kiri kanan ada deretan kursi dan meja yang lebih kecil.
"Silahkan duduk Ta Se Siong dan Siau Se Ti... silahkan di minum teh nya."
ucap Zhou Lei sambil duduk di kursi kebesarannya.
Setelah minum sedikit, Li Mu Bai pun berkata,
"Adik kedua, hari ini aku datang kemari, atas perintah guru, untuk mengantar Fei Yang kemari."
"Fei Yang akan tinggal dan belajar dengan mu selama 3 bulan, setelah waktunya habis, kamu tolong antarkan Fei Yang ke puncak Phoenix api, menemui adik ke 3 Malini Tao Ku".( pendeta wanita)
"Boleh boleh itu tidak masalah, masalah ini biar aku yang mengurusnya, Ta Se Siong tenang saja.."
jawab Zhou Lei enteng.