Menikah Demi Papa

"Bagaimana kalau kita makan disini? Makanan disini enak dan sepertinya sesuai dengan selera kak Aluna." Shera memberikan saran.

"Bagaimana Aluna, kamu mau makan disini?"

"Boleh tante."

Mereka berlima masuk restoran. Memesan makanan yang paling enak dan tentunya yang paling mahal. Maklum, orang kaya mah bebas. 🤣

"Kak, aku dengar dari daddy katanya ambil jurusan keperawatan apa itu benar? Kenapa tidak kedokteran saja, dengan kecerdasan yang kakak miliki aku yakin akan mudah mengikuti semua materi kedokteran!"

"Oh itu, sebetulnya dulu kakak ingin mengambil jurusan kedokteran tapi biaya nya sangat mahal. Kantong papa nya kakak bisa jebol kalau memaksakan ambil jurusan kedokteran." Ucap Aluna sambil tertawa.

"Akhirnya kakak mengalah jadi kakak ambil jurusan lain saja yang sama-sama bisa menolong orang. Ini saja kakak mendapatkan rekomendasi dosen untuk mendapatkan beasiswa. Walaupun tidak penuh tapi lumayan sisa uangnya bisa di simpan untuk masa depan."

Ayunda dan Reymond semakin kagum dengan kepribadian Aluna. Tidak salah mereka meminta Alexander untuk menyetujui rencana perjodohan antara Aluna dan Bryan. Selain baik, cantik, Aluna juga pintar dalam bidang akademik maupun mengurus rumah tangga. Sungguh calon istri idaman.

"Boleh dong kapan-kapan aku minta kakak untuk mengajarkan mata pelajaran yang sulit dari guru? Soalnya setiap kali aku minta Kak Bryan untuk bantuin pasti jawabannya selalu sibuk."

Bryan hanya cuek mendengar Shera protes.

"Iya silahkan, dengan senang hati kakak akan membantu."

"Kamu bisa hubungi kakak kapanpun kamu mau. Kamu tulis saja nomor ponselnya disini." Ucap Aluna sambil mengeluarkan ponsel dari dalam tas selempang berwarna biru.

Shera menekan tombol, memasukan nomor ponselnya kemudian mengembalikannya kembali.

"Sudah aku save."

"Bryan, habis dari sini kamu antarkan Aluna pulang. Mommy, daddy dan Shera masih harus keliling mencari kebutuhan untuk seserahan nanti.

"Tidak perlu repot-repot tante, saya bawa motor sendiri." Tolak Aluna.

"Tidak apa-apa, nanti kamu diantar Bryan saja."

"Kalau saya diantar tuan Bryan, terus motor saya bagaimana?"

"Kamu tenang saja, nanti om minta orang untuk mengantarkan "bebek" kesayanganmu ke rumah."

Aluna tak menyangka kalau Reymond bisa bercanda juga. Awalnya dia pikir Reymond sama seperti Bryan cuek dan dingin ternyata penilaiannya salah.

"Tunggu, kamu kenapa masih memanggil Bryan dengan sebutan "tuan"? Kamu calon istrinya Bryan, seharusnya panggil dengan sebutan kesayangan. Ih, kalian kok tidak romantis sih." Ayunda menekuk wajahnya.

"Apa kamu yang memaksa Aluna untuk memanggilmu "tuan"?" Tanya Ayunda penuh selidik.

Bryan hanya diam saja, dia sudah lelah melihat sikap mommy nya yang seperti anak kecil yang baru saja menemukan mainan baru.

"Tidak tante, itu saya sendiri yang mau. Ehm, baik. Nanti saya akan pulang bareng Mas Bryan."

Ada rasa bahagia dihati Bryan ketika mendengar Aluna memanggilnya dengan panggilan "mas".

Satu jam kemudian, mereka berlima keluar dari restoran. Ayunda, Reymond dan Shera berkeliling mall sementara Aluna dan Bryan menuju eskalator.

"Sepertinya akan turun hujan." Gumam Aluna.

Benar saja, ketika Aluna hampir menuju dasar lantai basement diluar langit langsung berubah. Awalnya langit cerah kini berubah menjadi gelap. Suara gemuruh petir bersahutan, cahaya kilat menghiasi langit dan air hujan sedikit demi sedikit turun membasahi bumi.

Bryan dan Aluna sudah sampai parkiran. Bryan mempersilahkan Aluna masuk.

"Masuk lah."

"Terima kasih mas."

...jleger jleger jleger (suara petir)...

"Ah!" Teriak Aluna sambil menutup kedua telinga.

"Kamu kenapa?" Tanya Bryan khawatir.

"Sa-saya takut petir mas." Ucap Aluna malu.

"Ya sudah, kalau begitu kita jangan dulu berangkat. Tunggu saja sampai hujan reda. Saya tidak mau ambil resiko dengan tetap melajukan mobil dengan kondisi hujan deras dan ditambah kamu yang takut petir."

"Baik mas."

Hampir menunggu satu jam, akhirnya hujan reda. Bryan menancap gas, melajukan mobil mewah keluar halaman mall. Berjalan menyusuri jalanan ibu kota yang macet

Satu minggu kemudian

Hari yang dinantikan tiba. Setelah satu minggu mempersiapkan segala keperluan untuk lamaran, keluarga Smith bersiap bertandang ke kediaman Alexander.

Sementara di kediaman Alexander, Aluna sedang sibuk di make over oleh Rossa. Alexander masih sibuk mengecek persiapan untuk menjamu calon besan.

"Ocha, seharusnya dulu kamu kuliah ambil jurusan tata rias bukan malah ambil jurusan keperawatan."

"Mau buka salon jika ambil jurusan tata rias?" Ucap Rossa kesal ketika ingat dulu dia pernah bertengkar dengan bundanya gara-gara Rossa menyampaikan keinginannya melanjutkan kuliah di bidang tata rias.

"Sudah tidak usah dibahas lagi."

Rossa melanjutkan kegiatan merias Aluna agar terlihat lebih cantik. Kemampuan Rossa dibidang akademi memang rata-rata tapi dibidang tata rias bisa diacungi jempol. Banyak orang yang puas dengan hasil karya Rossa namun sayang hobinya tidak didukung penuh oleh bundanya.

"Aluna, kamu itu kalau di dandanin gini terlihat sangat cantik loh. Aku yakin, Bryan pasti akan langsung jatuh cinta kepadamu."

"Sempurna!" Ucap Rossa sambil mengecek kembali hasil karya buatanya.

"Assalamu a'alaikum." Ucap Reymond.

"Wa'alaikum salam. Mari silahkan masuk." Alexander selaku pemilik rumah mempersilahkan masuk.

Ayunda, Reymond, Shera dan Bryan duduk di sofa yang terdapat diruang tamu. Mereka nampak kompak dengan setelan batik yang dibeli beberapa hari lalu. Alexander pun tidak mau kalah. Dia memakai batik lengan panjang berwarna coklat dengan celana kain hitam yang dipilihkan Aluna.

Dari dalam nampak seorang gadis berjalan secara perlahan menuju ruang tamu ditemani Rossa. Ketika memasuki ruang tamu, mata Bryan tak sengaja menangkap sosok gadis itu. Gadis yang sangat cantik. Bibir merah bak sekuntum bunga mawar, pipi merah merona dipadukan mini dress berwarna cream menambah kesan cantik dan elegan.

Semua yang hadir terpesona dengan penampilan Aluna begitu juga dengan Bryan. Bahkan Bryan tidak sedikitpun mengedipkan mata saking terpesona dengan penampilan Aluna malam itu.

"Sudah Ry, jangan dipandangi terus. Nanti copot bola matamu nak." Ucap Reymond.

Bryan langsung mengalihkan pandangan ke arah lain.

"Mumpung semuanya sudah berkumpul, aku ingin langsung saja ke tujuan utama datang kesini. Alexander sahabatku, kedatanganku kesini ingin melamar Aluna putrimu untuk menjadi istri dari putraku Bryan. Apakah diterima?"

"Kalau aku terserah Aluna saja. Bagaimana?"

"Iya om, papa. Aluna menerimanya." Ucap Aluna lantang tanpa ada rasa ragu dalam dirinya.

"Alhamdumillah." Ucap semua orang yang ada di ruang tamu.

Bryan memasangkan cincin pertunangan ke jari manis kiri milik Aluna. Cincin berlian itu begitu indah, cahayanya menyilaukan mata tatkala terkena pantulan lampu.

"Oh iya, ini ada sedikit makanan dan beberapa seserahan yang bisa dipakai Aluna." Ayunda menyerahkan beberapa bungkus parcel yang sudah dihias pita merah jambu.

"Terima kasih." Ucap Aluna dan Alexander bersamaan.

Aluna menyerahkan parcel itu ke Rossa dan Rossa meletakan semuanya ke atas meja di dekat kamar Aluna.

Mereka berbincang bincang kemudian melanjutkan dengan acara makan malam bersama.