Asyh, gadis belia yang pergi ke Amerika untuk melanjutkan studinya. Baru saja sampai ke Negara Paman Sam itu. Asyh sudah menyaksikan kejadian yang membuat hatinya begitu terluka yakni dang kekasih berselingkuh dengan wanita lain.
Lari dari pria 'jahat' itu adalah pilihan Asyh satu-satunya. Dengan segala kekecewaannya, Asyh berlari hingga ke basement apartemen sang kekasih dan malah tidak sengaja menyaksikan sebuah adegan pembunuhan keji.
Asyh dilepaskan oleh dua orang pria yang melakukan pembunuhan itu. Sayangnya, tanpa ia sadari semua itu adalah awal 'kehidupan barunya'.
WARNING!!!
Terdapat Unsur Dewasa dan Adegan Kekerasan di Beberapa Bab!
Harap Bijak Memilih Bacaan dan Bacalah Sesuai Dengan Usia Anda!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZmLing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa tidak lelah?
"As, kemarin ada anggota keluargamu datang menyampaikan kepada pihak kampus bahwa dirimu tidak akan tinggal di asrama lagi. Itu benar?" Vasya bertanya penasaran.
"Itu benar. Aku memutuskan untuk tinggal bersama mereka." Asyh menjawab seadanya.
"Apakah keluargamu sangat kaya?" Vasya bertanya dengan ekspresi berbinar
"Entahlah. Harta mereka bukan urusanku." Asyh bangkit dari duduknya hendak meninggalkan Vasya karena memang kelas mereka telah usai.
"As, tolong sampaikan kepada Sir Arlen, aku menunggunya di gedung kosong belakang kampus." Vasya berjalan terlebih dulu meninggalkan Asyh.
Asyh tersenyum memikirkan cara agar ia bisa mengerjai Vasya.
Asyh tadi menyanggupi untuk membantu Vasya mendekati Arlen hanya sebatas iseng
Meski mungkin ia rela Arlen dekat dengan Vasya pun, tapi Arlen tidak akan sudi.
Asyh keluar dari ruang kelasnya menuju ke ruangan Arlen.
"Hai, As." Azlan mencegat langkah Asyh di koridor yang agak sepi.
Asyh hanya tersenyum dan hendak pergi lagi namun Azlan kembali mencegat nya.
"Mau kemana? Kenapa buru-buru sekali?" Azlan bertanya basa-basi.
"Ke ruangan Sir Arlen. Aku harus menyerahkan tugas." Asyh menjawab menahan kesal dan langsung meloloskan diri saat Azlan sedikit lengah.
"Pria sialan!" Asyh bergumam kesal.
Dengan langkah cepat akhirnya ia sampai di ruangan Arlen.
"Babe.." Asyh menyapa Arlen dengan sangat pelan, takut ada yang mendengar meski ruangan luas itu hanya ditempati oleh Arlen.
Arlen sibuk mengerjakan sesuatu membuat ia tidak mendengar sapaan Asyh ataupun menyadari kedatangan Asyh.
"Saat serius seperti ini dia sangat tampan." Asyh berjingkrak dalam hati.
Ia kemudian mengeluarkan ponselnya dan mencuri potret Arlen secara diam-diam.
Setelah selesai, ia menyimpan kembali ponselnya ke dalam tasnya.
Perlahan ia melangkah mendekati Arlen bahkan ia mengitari Arlen pun, Arlen masih tidak sadar saking seriusnya.
"Babe.." Asyh dengan gerakan menggoda merangkul Arlen dari belakang.
"Oh, darling. Kapan kau datang?" Arlen sedikit kaget dan tangannya reflek meraih tengkuk Asyh dan mengecup sekilas bibir Asyh.
"Sekitar setengah jam yang lalu." Asyh sengaja memasang tampang menyedihkan.
Arlen menghentikan pekerjaannya dan membawa Asyh duduk di pangkuannya.
"Maaf, sungguh aku sibuk tadi." Arlen memaikan rambut indah Asyh.
"Pfft..tidak tidak. Aku bercanda, baru sekitar sepuluh menit aku di sini." Asyh mengalungkan tangannya pada leher Arlen.
Arlen tersenyum melihat gadisnya itu semakin hari semakin agresif kepadanya.
"Babe, kau sudah selesai?" Asyh bertanya dengan bersemangat.
"Sedikit lagi. Ada apa?" Arlen bertanya bingung.
"Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat." Asyh tersenyum jahil.
"Baiklah. Aku segera selesai." Arlen menyusun semua kertas-kertas yang berserakan di mejanya tanpa menurunkan Asyh dari pangkuannya.
"Ayo, permaisuri ku akan membawaku kemana?" Arlen menurunkan Asyh dengan hati-hati.
Asyh tersenyum tanpa menjawab Arlen.
Asyh berinisiatif menggandeng tangan Arlen kemudian mereka keluar dari ruangan Arlen.
Asyh membawa Arlen melewati koridor menuju area belakang kampus.
"Untuk apa kita ke sini darling?" Arlen bertanya bingung.
"Ssttt..jangan keras-keras memanggilku darling" Asyh menutup mulut Arlen dengan telapak tangannya.
Arlen mengernyit bingung.
"Vasya.." Asyh memanggil Vasya yang tidak terlihat dimana-mana.
"Untuk apa kau membawaku bertemu dengan wanita jalang itu?" Arlen menepis kasar tangan Asyh.
Asyh mengedikkan bahunya acuh.
"Sir Arlen.." Vasya berteriak dengan nada mendayu-dayu dan berlari keluar menghampiri Arlen dengan hanya mengenakan dress sexy.
"B*tch! Jangan mendekatiku!" Arlen menghindar saat Vasya hendak memeluknya.
Asyh menahan tawa melihat ekspresi jijik Arlen. Sangat berbeda saat Arlen di dekatnya.
Vasya melihat keberadaan Asyh di samping Arlen, dan menatapnya dengan tatapan marah.
"Kenapa kau juga di sini?" Vasya dengan nada marah.
"Em..aku mengantar Sir Arlen. Aku tidak ingin jika ada yang melihat kalian, mereka bisa salah paham." Asyh memasang wajah imutnya.
"Sudah, pergi sana!" Vasya menghardik Asyh kasar.
Asyh melangkah hingga berdiri di antara Vasya dan Arlen.
"Vasya, jangan marah seperti itu. Lagipula apa sih yang ingin kau lakukan? Mengajak Sir Arlen ke tempat sepi seperti ini dan keluar dengan berpakaian seperti wanita murahan seperti itu?" Asyh memegang dress yang dipakai Vasya dan menatap Vasya dengan tatapan merendahkan.
"Bukan urusanmu! Tugasmu hanya membawa Sir Arlen kemari!" Vasya menepis kasar tangan Asyh yang memegangi dressnya tadi.
"Jangan bersikap murahan Vasya!" Asyh berlalu meninggalkan Arlen dan Vasya begitu saja.
"Sir, jangan pergi! Lihatlah, asisten mu itu menghinaku." Vasya berakting memelas.
"Karena kau memang hina!" Arlen mendorong Vasya dengan kasar hingga Vasya jatuh terjerembab.
Arlen langsung meninggalkan Vasya tanpa peduli apapun.
Arlen segera mengejar Asyh.
"Dimana dia?" Arlen bergumam geram karena tidak mendapati Asyh dimanapun.
Tett tett
Klakson mobil Arlen berbunyi.
Arlen langsung berlari ke parkiran dan masuk ke dalam mobilnya.
"Kenapa? Untuk apa kau lakukan itu?" Arlen bertanya geram dan kedua tangannya mencengkram kedua lengan atas Asyh dengan sangat kuat.
"Aku tidak bermaksud apapun babe. Hanya mengantarmu ke sana." Asyh menjawab santai meski lengannya terasa sakit.
"Apa kau meragukanku lagi? Kau tidak percaya padaku? Kau mengujiku?" Arlen meninggikan suaranya dan wajahnya telah merah padam karena amarah.
Asyh meringis kesakitan.
Tidak ingin menunggu jawaban Asyh, Arlen langsung membungkam bibir mungil itu dengan kasar.
Asyh memilih diam tanpa melawan. Ia tahu Arlen sedang marah dan tidak bisa diajak bicara baik-baik.
Lama mencium Asyh dengan kasar, Arlen menyudahi kegiatannya.
"Ka kau berdarah?" Arlen terkejut melihat bibir Asyh mengeluarkan darah segar.
Asyh hanya diam dan tersenyum kecil.
Arlen segera mengambil beberapa lembar tisu dan menyeka darah yang ada di bibir Asyh.
"Maafkan aku." Arlen terus menahan darah yang masih keluar dari bibir Asyh meski tidak banyak.
"Apa tidak lelah?" Asyh bertanya dengan suara sendu.
Arlen menghentikan pergerakan tangannya dan terpaku mendengar pertanyaan Asyh.
Arlen menatap Asyh dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Apa tidak lelah seperti ini terus? Marah tanpa tahu alasan sebenarnya, lalu menghukum dan menyakiti, setelah itu minta maaf dan mengatakan kau menyesal. Apa tidak lelah berputar di dalam lingkaran yang sama?" Asyh menatap Arlen dengan tatapan sendu dan tersirat luka di kedua mata indahnya.
"Aku ... "
"Aku lelah. Aku ingin pulang." Asyh memutar badannya membelakangi Arlen dan memejamkan matanya.
Arlen menghela nafas kasar.
Dengan berat hati ia mengendarai mobilnya meninggalkan kampus itu.
Sepanjang perjalanan mereka hanya diam dan membisu.
Asyh menitikkan air mata dalam diam. Ia tahu memang kesalahannya menuruti keinginan Vasya.
Tapi perlakuan Arlen tadi sangat menyakitkan untuknya.
Setelah dua jam akhirnya mereka sampai di kastil Arlen.
Asyh langsung turun dari mobil dan masuk ke dalam kastil tanpa menunggu Arlen.
Asyh sudah bisa menghafal seluk-beluk kastil itu.
Asyh langsung saja masuk ke dalam kamar dan naik ke atas ranjang
Asyh membungkus seluruh tubuhnya dengan selimut.
Arlen yang baru saja masuk dan melihat Asyh begitu menyedihkan pun duduk di tepi ranjang.
"Aku harus bagaimana? Katakan! Aku harus bagaimana?" Arlen dengan suara lembut
Asyh tidak merespon apapun
"Baiklah jika itu maumu! Jangan salahkan aku jika kau tidak bisa melihatku lagi!" Arlen bangkit dari duduknya dan keluar meninggalkan kamar itu.
...~ TO BE CONTINUE ~...
pelakor dilaknat dan dibinasakan
sedangkan
pebinor bebas berbuat semuanya dan diperlakukan lembut, kesalahan beres begitu saja, bahkan pebinor diperlakukan sangat lembut melebih sang suami
ini pemikiran menjijikan dari wanita jablay dan munafik yang dibawa kedalam novel