NovelToon NovelToon
REINKARNASI MAFIA

REINKARNASI MAFIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Preman / Fantasi / Mafia / Fantasi Wanita
Popularitas:924
Nilai: 5
Nama Author: ridwan jujun

menceritakan tentang seorang wanita yang terlahir lagi menjadi seorang mafia untuk membalaskan dendam

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ridwan jujun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

sialan

Acara pelelangan pun di mulai, acara ini berlangsung ketika sang MC mulai pembukaan. Dirinya duduk paling tengah diantara 8 mafia, banyak sekali tatapan dan lirikan yang kurang mengenakkan di sana. Bagaimana bisa gadis yang berbau minyak telon bisa duduk berdampingan dengan 8 Mafia itu? Mana duduk di kursi yang di khususkan untuk atau bisa di bilang VIP.

"Angkat papan nomor mu jika kau tertarik dengan barang yang di pamerkan," bisik Felix.

Tentu saja, tapi apakah ia akan membeli sebuah benda yang sangat mahal itu? Sewaktu itu ia menerima kalung permata jadi apakah kali ini juga ia akan membeli kalung itu juga? Sebenarnya ia tidak tertarik, hanya saja waktu itu ia kepikiran untuk membayar hutang Ayahnya.

Mereka pun akhirnya menunjukkan kalung permata merah yang ternyata terbuat dari batu Ruby. Berkilau dan sangat mahal, tapi daya tariknya tidak membuat Liana goyah seakan-akan ia sudah bosan pada akhirnya kalung itu hilang ntah kemana ia simpan. Sayang sekali, kalung semahal itu hilang karena kecerobohannya yang lupa ia simpan.

"Kenapa kau tidak mengangkat papan mu?" tanya Edgar.

"Ah, tidak apa-apa,"

"Apakah pemerannya tidak ada yang menarik?"

"Bukan begitu, hanya saja ... aku tidak begitu tertarik dengan ini semua," senyum paksa Liana sambil mengusap leh3rnya.

“𝘓𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘵𝘦𝘱𝘢𝘵𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬𝘪𝘯𝘺𝘢, 𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘩𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨 𝘤𝘶𝘮𝘢-𝘤𝘶𝘮𝘢.” sambung Liana dalam batin.

"Lalu apa yang kau inginkan?"

"Ntahlah, aku tidak memiliki kemauan,"

Edgar dan Felix saling melirik.

Acara pelelangan pun akhirnya selesai, mereka pun akhirnya memutuskan untuk kembali apalagi Liana yang sudah lelah dan sakit menggunakan sepatu hak tinggi.

Liana masuk ke dalam mobil dan duduk di tengah-tengah Arion dan Kenzo.

Kruuukk~

Semua pandangan langsung mengarah ke arah Liana yang sedang membenarkan rambutnya, Liana juga langsung terdiam kala perutnya berbunyi.

"Seharusnya kau bilang jika kau lapar," senyum Felix menopang pipinya menatap Liana, karena Felix duduk di depan jadi ia harus membalikan setengah badannya.

Liana langsung malu.

“𝘗𝘦𝘳𝘶𝘵 𝘴𝘪4𝘭𝘢𝘯! 𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘥𝘪 𝘴𝘢𝘢𝘵-𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘣𝘦𝘨𝘪𝘯𝘪!” maki Liana dalam hati.

"Kita ke Restoran sekarang!" Arion.

Edgar mengangguk karena dirinya yang mengemudikan mobil.

Setelah sampai di Restoran.

Astaga, Restoran ini bukannya Restoran termahal di kota ini? Satu porsinya saja sudah setara dengan harga ponsel. Tapi yang Liana harapkan adalah semoga porsinya sesuai dengan ia makan biasanya.

Mereka masuk ke dalam Restoran dan memilih duduk di sofa, karena ada 2 pilihan tempat. Ada yang di kursi ada juga yang di sofa, sesuai pesanan yang kita inginkan.

"Pilih makanan apa saja yang kau inginkan," Kenzo.

Liana melihat menu makanan, astaga!

“𝘈𝘴𝘵𝘢𝘨𝘢! 𝘏𝘢𝘳𝘨𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘫𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘯𝘨𝘪𝘵 𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘱𝘰𝘳𝘴𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘱𝘦𝘭𝘪𝘵! 𝘐𝘯𝘪 𝘮𝘢𝘩 𝘨𝘢𝘬 𝘤𝘶𝘬𝘶𝘱 𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘬𝘶 𝘬𝘦𝘯𝘺𝘢𝘯𝘨! 𝘛𝘢𝘶𝘯𝘺𝘢 𝘨𝘪𝘵𝘶 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘱𝘦𝘴𝘢𝘯 𝘰𝘯𝘭𝘪𝘯𝘦 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘣𝘦𝘭𝘪 𝘮𝘢𝘬𝘢𝘯𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘱𝘪𝘯𝘨𝘨𝘪𝘳 𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯. 𝘗𝘰𝘳𝘴𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘨𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘭𝘪𝘵 𝘥𝘢𝘯 𝘩𝘢𝘳𝘨𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘯𝘨𝘪𝘳𝘪𝘵 𝘥𝘰𝘮𝘱𝘦𝘵!” protes Liana melihat menu dan harga makanannya.

“𝘗𝘢𝘭𝘪𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪 𝘴𝘪𝘯𝘪 𝘤𝘶𝘮𝘢 𝘣𝘪𝘢𝘳 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘦𝘭𝘢𝘴, 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘩𝘢𝘭 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘳𝘶𝘮𝘢𝘩 𝘮𝘢𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘳𝘢𝘬𝘶𝘴!” sambungnya.

"Kau bingung memilihnya?" tanya Carlos bersandar sambil bertumpang kaki menatap Liana.

"A–ah i–iya ... kenapa tidak membeli makanan di tempat lain?"

"Memang kenapa?"

"I–itu ... harganya mahal," “𝘋𝘢𝘯 𝘱𝘰𝘳𝘴𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘶𝘳𝘢𝘯𝘨!”

"Ini harga biasa, kalau begitu kita pesan saja semua–"

"Tidak, tidak, tidak! Baiklah, baiklah, baiklah! Aku akan pilih!" Liana kembali mencari menu yang porsinya lumayan.

Mereka terkekeh melihat tingkah Liana yang gemas.

"Ini saja deh," menunjukan menu pesanan.

"Ada lagi?"

"Emm, tidak ini saja,"

"Minumannya?"

"Emm ... yang ini aja deh!"

"Baiklah," Kenzo memanggil pelayan penerima pesanan tamu dan menyebutkan menu yang mereka pesan.

“𝘐𝘯𝘪 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘨𝘢𝘯𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘶𝘵, 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘳𝘶𝘮𝘢𝘩 𝘯𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘢𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘴𝘢𝘬 𝘴𝘢𝘫𝘢. 𝘑𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯𝘬𝘢𝘯 𝘫𝘶𝘴 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘰𝘱𝘪, 𝘢𝘪𝘳 𝘱𝘶𝘵𝘪𝘩 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 𝘩𝘢𝘳𝘨𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘳𝘢𝘵𝘶𝘴𝘢𝘯 𝘫𝘶𝘵𝘢!”

-

-

Setelah selesai makan, Liana ingin mengeluh lagi karena belum kenyang tapi mau bagaimana lagi masa ia mau bilang kalau dirinya masih kurang dan mau tambah? Memang di rumah sendiri? Lagian makanan di Restoran bagi Liana tidak enak, menang tempatnya saja yang elegan, setelah ini ia tidak mau lagi makan di tempat seperti itu walaupun mereka mentraktirnya.

Saat di mobil, Liana sudah tidak tahan rasa sakit di kakinya. Ia pun melepaskan sepatu hak tingginya, Arion dan Kenzo melirik Liana yang tengah sibuk dengan sepatunya itu.

"Kenapa kau lepas?" tanya Arion.

"Emm, aku tidak bisa nahan sakit lagi jadi aku lepas saja," jawab Liana tanpa menoleh karena ia sedang memijat kakinya.

Kenzo memasukan ponselnya dan ia mengubah posisi Liana untuk membelakangi Arion dan mengangkat kaki Liana ke pah4nya untuk dipijat.

Liana sangat terkejut dengan apa yang di lakukan oleh Kenzo.

"Tu–tunggu ... a–apa–"

"Kenapa kau tidak bilang dari awal?" tanya Kenzo.

Liana malah bengong.

Di banding dengan Arion, Kenzo lebih peka. Arion peka juga namun terlambat tidak secepat Kenzo.

Arion menghela nafas kemudian ia mengangkat tubvh Liana dan memangku Liana, Liana bukan terkejut lagi namun syok berat. Dan Kenzo malah menaikan kedua kaki Liana ke pah4nya. Untung saja mobil ini luas dan sedikit besar jadi tidak begitu sempit seperti mobil biasanya.

"Tu–tunggu! A–apa yang kalian lakukan?!" histeris Liana.

Yang lain langsung lihat ke arah Liana yang tiba-tiba histeris, Edgar melirik dari kaca depan mobil.

"Ada apa sih?!" tanya Elvano memiringkan kepalanya untuk melihat kursi depan di mana tempat Arion, Liana dan Kenzo.

Kenzo dan Arion tidak menjawab malah menatap Liana, Liana menutup mulutnya karena tidak sadar. Sangking malunya jadi terbawa suasana.

"Ma–maaf, a–aku cuma ...."

"Sekali lagi kau berteriak aku akan membungkam mulut mu!" Arion memberikan tatapan dingin.

Liana memalingkan pandangannya, Kenzo terkekeh.

Sepanjang perjalanan hanya ada keheningan, Liana tidak berani bergerak sedikitpun karena ia berada di pangkuan Arion, kedua kakinya berada di pah4 Kenzo. Gerak sedikit saja pasti akan ada kesalahpahaman.

Arion menopang kepalanya menggunakan tangan yang ia tancapkan sikunya pada jendela mobil sembari memainkan rambut Liana, dan Kenzo ... bukannya Liana ingin di pijat tapi Kenzo bukan memijat melainkan malah mengelus kakinya. Kalau begini Liana ingin pergi ke tukang pijat saja deh.

Posisi Kenzo juga sama seperti Arion. Tangan Kenzo mengusap jari-jari kaki Liana yang putih, ia melirik Liana yang tengah gugup. Melihat itu Kenzo ingin menjahilinya, ia pun mencubit kuku jari kaki Liana.

"Aaww ...."

Arion melirik Kenzo, si4lan!

"Aku suka des4h4n mu," senyum Kenzo sambil melirik.

"Sebenarnya apa yang kau lakukan!" kesal Liana serta malu.

Kenzo terkekeh, sedangkan Arion melirik tajam ke arah Kenzo.

"Si4lan! Seharusnya kau lihat posisinya, bod0h!" Arion.

"Kenapa? Seharusnya dia yang terangs4ng bukan kau," senyum Kenzo tanpa dosa.

"Diam kau, si4lan!"

"Hentikan! Aku ingin duduk di sini saja! Geser!" Liana berusaha menggeser Arion dan Kenzo agar mereka memberikan celah untuk dirinya duduk seperti sebelumnya.

"Diam lah di sini!" Arion menahan Liana.

"Wah, bagus juga ide mu," Kenzo.

"Kau ini diam saja!!"

Kenzo terkekeh.

Sedangkan yang di belakang menyipitkan matanya melihat keributan di kursi depan, sepertinya dari tadi mereka selalu mendengar keributan di depan.

"Sebenarnya apa yang mereka lakukan, ribut sekali?!" kesal Carlos.

"Ntahlah," Revan menghela nafas.

-

-

Sesampainya di Villa, Liana malah tertidur di pangkuan Arion jadi Arion menggendong Liana tanpa membangunkan Liana, Arion membawa Liana ke kamar untuk di tidurkan.

Kenzo membuka selimut tebal agar Arion bisa merebahkan Liana di kasur, setelah di rebahkan Kenzo menutup sebagian tubvh Liana menggunakan selimut yang ia pegang.

Yang masuk ke kamar Liana hanya Arion dan Kenzo, Arion menggendong Liana dan Kenzo membawa sepatu Liana.

"Kenapa kau tidak bereaksi tadi?" senggol Kenzo.

Arion melirik tajam, "Ini salah mu, si4lan! Karena kau aku jadi tidak fokus!"

Kenzo tertawa kecil, "Itu artinya ada kemajuan,"

"Kemajuan apa yang kau maksud, bod0h! Aku hampir kelepasan gara-gara kau!" Arion menggoyang-goyangkan kerah baju Kenzo.

"Duh~ apaan sih?!" Kenzo mulai pusing.

"Aku peringatkan kau yah, sampai kejadian tadi terulang, aku ambil nyaw4 mu!"

"Ssstt! Jika kau berisik Liana akan bangun! Tapi, kita lihat situasinya," senyum Kenzo.

"Tidak ada situasi terulang lagi!" Arion melepaskan cengkeramannya kemudian langsung pergi meninggalkan tempat, Kenzo malah terkekeh geli.

•••

TBC.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!