NovelToon NovelToon
Shadow Skriptor

Shadow Skriptor

Status: tamat
Genre:Spiritual / Vampir / Tamat
Popularitas:529
Nilai: 5
Nama Author: Yusup Nurhamid

Di bawah cahaya rembulan buatan Mata Samara, terletak Negeri Samarasewu, kota sihir yang diatur oleh hukum yang kaku dan Dewan Lima Bintang yang elitis. Di sinilah Yusuf, seorang pemuda yang bukan penyihir, menjalani hidupnya sebagai Skriptor Bayangan—seorang ahli yang diam-diam menyalin, menerjemahkan, dan memalsukan mantera-mantera kuno untuk para penyihir malas dan pasar gelap. Keahliannya bukan merapal sihir, melainkan memahami arsitekturnya.
​Kehidupan Yusuf yang berbahaya hancur ketika ia tertangkap basah oleh Penjaga Hukum Sihir saat sedang menyalin mantera pertahanan tingkat master yang sangat terlarang: Mantera Pagar Duri Nirwana. Dalam pelariannya, Yusuf terpaksa merapal mantera kabut murahan, sebuah tindakan yang langsung menjadikannya buronan.
​Terjebak di Distrik Benang Kusut, Yusuf bertemu dengan Rumi, seorang makelar licik yang menawarkan jalan keluar. Namun, kebebasan datang dengan harga yang mengerikan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yusup Nurhamid, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tinta Bayangan dan Titik Buta

​Yusuf dan Rumi bergerak ke tempat persembunyian Rumi: sebuah ruang bawah tanah di bawah kedai rempah-rempah yang ditinggalkan, yang baunya cukup kuat untuk menutupi jejak mantera apa pun.

​Ruangan itu dipenuhi dengan botol-botol kaca yang berisi cairan yang memancarkan cahaya aneh, tulang-tulang yang diukir dengan simbol kuno, dan perkamen-perkamen tua. Di tengah ruangan terdapat meja batu kasar yang akan menjadi tempat Yusuf bekerja.

​"Kau punya waktu kurang dari fajar menyingsing," kata Rumi sambil menyalakan beberapa lilin yang mengeluarkan asap berwarna perak. "Para Penjaga akan menempatkan Mantera Pelacak Aroma di sekitar Distrik Benang Kusut saat Mata Samara kembali ke puncaknya."

​Yusuf mengangguk. Ia meletakkan Gulungan Pagar Duri Nirwana yang asli di atas meja. Mantera itu, dalam bentuk aslinya, adalah sebuah pola sihir yang sangat kompleks—untaian karakter kuno yang berfungsi sebagai peta tiga dimensi untuk menciptakan dinding pelindung yang tak tertembus.

​"Apa yang ingin kau ubah?" tanya Yusuf, tangannya sudah gemetar saat memegang kuas tulangnya.

​Rumi meletakkan botol Tinta Bayangan Naga Hitam di samping gulungan itu. "Mantera ini adalah tentang Penolakan. Ia menolak apa pun yang mendekat. Aku ingin kau mengubah fungsinya menjadi Penerimaan."

​Yusuf terdiam, menatap Rumi dengan tak percaya. "Itu mustahil. Struktur dasarnya akan runtuh. Jika aku mengubah Penolakan menjadi Penerimaan, mantera ini tidak akan membuka gerbang, tapi justru akan melahap perapal mantera itu sendiri."

​"Itulah keindahan Tinta Bayangan," Rumi tersenyum misterius. "Ia adalah tinta dari Titik Buta Sihir. Ia menipu alam semesta itu sendiri. Kau tidak perlu mengubah seluruh pola. Kau hanya perlu menemukan Empat Pilar Penolakan—empat karakter kunci yang menahan struktur perlindungan—dan menggantinya."

​Yusuf menatap gulungan itu lagi, otaknya mulai bekerja. Sebagai Skriptor Bayangan, ia memiliki kemampuan intuitif untuk melihat arsitektur sihir di balik aksara. Ia harus mencari titik-titik lemah, simpul-simpul yang menahan seluruh struktur.

​Ia mengambil kuasnya, mencelupkannya sedikit ke Tinta Bayangan. Tinta itu terasa hangat dan berduri, seolah hidup, di ujung kuasnya.

​Ini bukan hanya menyalin, pikir Yusuf. Ini adalah Rekayasa Sihir Terlarang.

​Ia mulai bekerja. Dengan ketenangan yang mengejutkan, Yusuf mulai melukis di atas perkamen. Ia tidak menghapus karakter yang sudah ada; ia justru melapisinya.

​Karakter pertama adalah simbol untuk 'Dinding'. Yusuf melapisinya dengan pola Tinta Bayangan sehingga karakter itu kini berteriak 'Jalur'.

​Karakter kedua adalah simbol untuk 'Tutup'. Yusuf melapisinya menjadi 'Masuk'.

​Saat ia mulai mengerjakan karakter ketiga, simbol 'Tahan', getaran kecil melanda ruang bawah tanah itu.

​"Mereka sudah di dekat kita," bisik Rumi, matanya yang keemasan berkedip-kedip dalam gelap. "Mantera Pelacak mereka aktif. Cepat, Yusuf!"

​Yusuf mengabaikan getaran itu, fokusnya tertuju pada karakter kuno itu. Tangannya terasa kebas, tetapi ia tahu, satu kesalahan kecil, dan seluruh mantera akan meledak, menghancurkan mereka berdua. Ia melapisinya, mengubah 'Tahan' menjadi 'Bebas'.

​Ketika Yusuf meraih karakter keempat—simbol 'Kekal' yang membuat pagar duri itu abadi—getaran itu berubah menjadi dentuman keras. Sesuatu yang berat menabrak pintu kedai di atas mereka.

​"Mereka sudah menemukan lubang kunciku!" teriak Rumi, cepat-cepat mengambil dua botol kecil ramuan merah. "Aku akan memberi kita waktu. Kau selesaikan mantera itu, Skriptor!"

​Rumi melompat ke tangga batu, meninggalkan Yusuf sendirian di bawah.

​Yusuf tahu ia hanya punya detik-detik. Dentuman keras berlanjut, diikuti suara Korsin yang menggelegar dari atas.

​"Keluar! Kami tahu kau ada di sana, Skriptor Bayangan!"

​Yusuf merasakan ketakutan yang dingin. Ini adalah bagian tersulit. Mantera Kekal adalah fondasi strukturalnya. Jika ia mengubahnya dengan Tinta Bayangan, ia harus melakukannya dengan presisi yang sempurna.

​Ia mencelupkan kuasnya untuk terakhir kali, merasakan panas yang membakar dari Tinta Naga Hitam itu. Ia dengan hati-hati melukis di atas simbol Kekal, mengubah artinya menjadi 'Sementara' atau 'Sesat'. Dengan sentuhan itu, ia tidak hanya mengubah fungsi mantera, tetapi juga mengubah sifatnya; mantera itu kini hanya akan bertahan beberapa saat, cukup untuk membuka jalur.

​Saat Yusuf menyelesaikan coretan terakhir, seluruh gulungan itu bersinar dengan cahaya hitam sesaat, kemudian meredup. Cahaya itu diikuti dengan desisan lembut, seolah gulungan itu baru saja bernapas.

​"Selesai!" teriak Yusuf.

​Tepat saat itu, pilar batu ruang bawah tanah retak. Sebuah panah sihir yang menyala menembus langit-langit, hampir mengenai bahu Yusuf. Debu dan pecahan batu berjatuhan.

​"Mantera ini sudah matang, Rumi!" teriak Yusuf, melipat gulungan itu cepat-cepat.

​Dari atas, Rumi membalas, suaranya tegang. "Bagus! Sekarang, kita kabur. Turunlah, Yusuf! Ada terowongan pembuangan limbah ramuan kuno di belakangmu. Cepat!"

​Yusuf tidak berpikir dua kali. Ia berbalik dan melihat lubang kecil berbau asam di dinding. Ia menyelipkan gulungan itu ke dalam jubahnya, menarik napas panjang, dan melompat masuk ke dalam kegelapan yang menjijikkan, meninggalkan cahaya dan debu mantra Negeri Samarasewu.

​Bagaimana kelanjutan pelarian Yusuf? Apakah ia akan menggunakan mantera yang baru diubahnya, atau menyimpannya untuk tujuan Rumi?

1
Yusup Nurhamid
bagus
Yusup Nurhamid
waahh tamatt
Yusup Nurhamid
GOOOOODDD👍
Arfan Miyaz
bagus ceritanya
Arfan Miyaz
👍
Fitria Utami
bagus alur nya
Tsukasa湯崎
Mantap jiwa!
Yusup Nurhamid: Terimakasih kk😄
total 1 replies
minan zuhri
Suka alur ceritanya.
Yusup Nurhamid: Terimakasih kk
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!