NovelToon NovelToon
Misteri Permainan Takdir

Misteri Permainan Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / CEO Amnesia / Pengasuh
Popularitas:874
Nilai: 5
Nama Author: Sagitarius-74

Maya yang kecewa dengan penghinaan mantan suaminya, Reno, mencoba mencari peruntungan di kota metropolitan.. Ia ingin membuktikan kalau dirinya bukanlah orang bodoh, udik, dan pembawa sial seperti yang ditujukan Reno padanya. "Lihatlah Reno, akan aku buktikan padamu kalau aku bisa sukses dan berbanding terbalik dengan tuduhanmu, meskipun dengan cara yang tidak wajar akan aku raih semua impianku!" tekad Maya pada dirinya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sagitarius-74, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PRAM'S HILL

"Riko sayaaang.. Tahun ini kamu mulai masuk taman kanak-kanak. Sebelum tahun ajaran baru, mamah mau ajak kamu berlibur." Suatu hari Maya mengajak Riko berbincang, meminta pendapatnya memilih tempat untuk berlibur.

Anak itu sedang asyik memainkan mobil, tak memandang sang bunda yang sedang mengajaknya bicara.

"Riko sayang.. Emmmm.. Kamu mau berlibur kemana? Pantai, gunung, Dufan.. atau tempat dingin yang banyak pohonnya?" Mata Maya berbinar bahagia memandangi Riko yang kini sudah menginjak usia 5 tahun.

Maya jongkok disamping Riko. Tahu sang ibu mendekatinya, anak itu langsung menghentikan aksinya, dengan kedua tangan memegang mobil+mobilan, ia mematung memandangi sang mamah.

"Aku mau main ke udara dingin aja mah, yang ada pohon-pohonnya, siapa tahu ketemu papah disana," Anak itu tersenyum, lalu kembali beraksi mendorong mobil-mobilannya.

"Ya Allah.. anak itu merasa papahnya masih hidup. Kasihan sekali kamu, nak!" lirih Maya. Ingin rasanya ia menyangkal kalau Pram sudah meninggal. Tapi apa buktinya?.. Sementara jejak yang menunjukkan kemana perginya Pram tak ditemukan sedikitpun!

"Mungkin mas Pram sekarang sudah tenang di alam sana." Maya memandangi poto Pram yang tergantung di dinding kamar.

Tak terasa akhirnya hari keberangkatan Maya dan Riko untuk berlibur tiba juga.

Pagi itu Maya memakai mobil pribadinya tanpa sopir. Maya sekarang bukanlah Maya yang dulu. perempuan udik yang bodoh dan tak tahu apa-apa. Maya, kini sudah menjadi ibu muda yang energik, pintar dan berkelas. seorang pebisnis yang handal.

Dengan pakaiannya yang elegan, ia membawa mobil pribadinya hanya berdua bersama Riko. Maya berencana berlibur ke daerah Dago di kawasan Bandung, berdasarkan request Riko.

Beberapa jam perjalanan, akhirnya mereka tiba juga ditempat tujuan, Dago.

"Riko sayang, kita nyampai.. ayo kita turun, Nak!" ajak Maya pada Riko. Ia menghentikan mobilnya di depan sebuah Villa yang sangat asri dan nyaman. Villa peninggalan Pram yang kini jadi miliknya.

"Asik.. Ayo mah!" balas Riko senang. Ia langsung meloncat dari mobil dan berlari menuju villa peninggalan papanya.

Kedatangan mereka disambut oleh Bi Inem yang kini Maya tugaskan untuk sementara waktu menjaga villa bersama Mang Kardi, suaminya.

"Hallo Den Riko.." Bi Inem menyambut anak asuhnya dengan senang. Ia merasa kangen karena semenjak usia 4 tahun Riko sudah tak diasuhnya, berhubung ia dipindah tugaskan ke villa.

"Bibi.." Riko berlari, ia menghambur ke pelukan Bi Inem yang berdiri di depan pintu villa. mereka berpelukan melepas kangen. Bi Inem menuntun Riko masuk.

Tinggallah Maya sendirian. Ia tak ingin cepat - cepat masuk ke dalam villa. Dirinya merasa rindu mengenang keasrian alam Dago, mengingatkan dirinya akan kenangan bersama Pram, ketika mereka berdua berjalan-jalan di alam bebas pegunungan.

Maya berdiri di depan Villa, menatap hamparan kebun teh yang menghijau di kawasan Dago. Udara sejuk pegunungan menusuk kulitnya, namun hatinya terasa hangat.

"Mas Pram, sedang apa kamu di sana? Apa saat ini kamu melihatku? Apa di sana kamu selalu merindukanku seperti aku yang selalu merindukanmu?" Batin Maya nelangsa, merasa rindu dengan sosok Pram yang selalu memanjakannya dan memberinya kehangatan.

Tak terasa setetes air bening jatuh ke pipinya. "Riko tak boleh melihatku menangis!" Dengan cepat Maya menyeka air matanya.

Sudah lima tahun sejak Pram dinyatakan meninggal, lima tahun pula ia berjuang sendirian mengembangkan bisnis yang dulu dirintis Pram. Kini, semua bisnis Pram telah berkembang pesat di bawah kepemimpinannya.

"Indah ya, Mah?" tiba-tiba Riko memecah lamunan Maya.

"Eh, Riko sayang!!" Maya terkesiap kaget, matanya sedikit merah akibat lelehan air matanya barusan.

"Mama menangis?.. Kenapa mah?.." Riko berjinjit, berusaha menggapai pipi Maya. Ia ingin menghapus air mata sang bunda.

Maya tersenyum, ia langsung menggendong Riko. sembari menatap Riko dengan penuh kasih, Maya mengusap puncak kepala Riko. "Enggak Nak, mama gak nangis. Cuma kelilipan ko. Mama sedang menikmati pemandangan. Pemandangannya indah ya Nak?"

Riko mengangguk senang.. " Iya mah, indah. Riko lapar mah. Bi Inem suruh Riko panggilin mamah untuk makan. Ayo mah!"

"Okey sayangku.." Maya tersenyum senang. Keduanya masuk ke dalam villa untuk menikmati makanan hasil olahan Bi Inem.

Kilas balik

Beberapa waktu lalu, saat mereka berlibur ke Jawa Barat, Maya melihat bagaimana anak-anak muda menikmati suasana Dago.

Ide untuk membuka sebuah kafe muncul begitu saja. Kafe yang tidak hanya menawarkan kopi dan makanan enak, tapi juga pemandangan yang memanjakan mata dan suasana yang nyaman.

Hingga niatnya itu ingin ia wujudkan suatu saat nanti. Dan ternyata, kini di saat liburan bersama Riko, niatnya itu muncul kembali hingga ia bertekad untuk mewujudkan impiannya itu sekarang juga.

"Mama ingin buka kafe di sini?" tanya Riko, seolah bisa membaca pikiran ibunya.

Maya mengangguk. "Iya, Sayang. Mama ingin membuat tempat yang bisa dinikmati semua orang. Tempat yang akan membuat Papa bangga."

Walau mereka kini sedang makan, tapi tak pernah lepas dari obrolan. Maya dan Riko tak bisa dipisahkan. Riko bagaikan terlahir dari rahim Maya. Perempuan itu sangat menyayangi Riko lebih dari apapun juga.

Seminggu lamanya Maya dan Riko berlibur di Dago. Semua tempat wisata populer di Bandung, tak ada yang mereka lewatkan. Dan kini, ibu dan anak itu sudah kembali ke kediaman mereka, Jakarta.

Sekembalinya Maya ke tempat kediamannya, ia segera menghubungi Pak Bambang, pengacara keluarga yang sudah lama ia percaya. Mereka bertemu di ruang kerja Maya yang luas dan elegan.

"Pak Bambang, saya ingin membuka sebuah kafe di Dago, Bandung," kata Maya membuka pembicaraan.

Pak Bambang, pria paruh baya dengan rambut yang mulai menipis, mengangguk-angguk. "Ide yang bagus, Bu Maya. Dago memang memiliki potensi yang besar."

"Saya sudah memiliki lahan yang strategis di sana. Saya ingin Pak Bambang membantu saya mengurus semua perizinan dan legalitasnya," lanjut Maya, antusias.

"Tentu, bu.. Saya akan siapkan semua dokumen yang diperlukan. Apakah ibu sudah memiliki konsep untuk kafe tersebut?"

Maya tersenyum. "Saya ingin kafe ini bernuansa alam. Desainnya minimalis modern dengan sentuhan tradisional. Saya ingin pengunjung merasa nyaman dan betah berlama-lama di sana."

"Saya mengerti. Saya akan carikan arsitek dan desainer interior yang sesuai dengan konsep anda," ujar Pak Bambang.

"Terima kasih banyak, Pak Bambang. Saya sangat mengandalkan Anda." Maya tersenyum puas.

"Jangan khawatir, bu. Saya akan melakukan yang terbaik," jawab Pak Bambang dengan sopan.

Beberapa minggu kemudian, Maya dan Pak Bambang berangkat ke Bandung untuk meninjau lahan yang akan dibangun kafe.

Lahan tersebut terletak di dataran tinggi dengan pemandangan yang menakjubkan. Dari sana, mereka bisa melihat hamparan kebun teh, perbukitan hijau, dan langit biru yang luas.

"Tempat ini sangat cocok, Bu Maya. Pemandangannya luar biasa," kata Pak Bambang, terpesona.

Maya mengangguk setuju. "Saya yakin kafe ini akan menjadi tempat favorit banyak orang."

Mereka kemudian bertemu dengan arsitek dan desainer interior yang direkomendasikan oleh Pak Bambang.

Maya menjelaskan konsep kafe yang ia inginkan secara detail. Arsitek dan desainer interior tersebut tampak antusias dan memberikan banyak masukan yang brilian.

"Kami akan membuat desain yang sesuai dengan visi Anda, Bu Maya. Kafe ini akan menjadi ikon baru di Dago," ujar sang arsitek.

Maya merasa lega dan bersemangat. Ia sudah tak sabar ingin melihat kafenya berdiri dan menjadi kenyataan.

Proses pembangunan kafe berjalan lancar. Maya terlibat langsung dalam setiap detail, mulai dari pemilihan material bangunan, desain interior, hingga menu makanan dan minuman. Ia ingin memastikan bahwa semuanya sesuai dengan standar yang ia tetapkan.

"Mamah sibuk sekali," kata Riko suatu sore, saat Maya sedang memeriksa laporan keuangan proyek.

Maya tersenyum. Ia menghentikan pekerjaannya, lalu menghampiri Riko dan memeluknya. "Iya, Sayang. Mamah ingin memberikan yang terbaik untukmu dan untuk Papah."

"Apa Papah akan senang melihat kafe ini, mah?" tanya Riko, dengan mata berbinar.

Maya mengangguk, menahan air mata yang hampir tumpah. "Papah pasti akan sangat bangga, Nak. Papah selalu mendukung semua impian Mamah." Suara Maya tersendat. Ingin ia menangis, sebisa mungkin ia tahan. Ia tak ingin dirinya terlihat lemah di depan Riko.

Setelah beberapa bulan bekerja keras, akhirnya kafe Maya selesai dibangun.

 Kafe tersebut diberi nama "Pram's Hill," sebagai penghormatan kepada suaminya.

Desainnya sangat indah dan unik, menggabungkan unsur modern dan tradisional. Bangunan utama terbuat dari kayu dan batu alam, dengan jendela-jendela besar yang memungkinkan pengunjung menikmati pemandangan yang spektakuler.

Di bagian depan kafe, terdapat taman yang luas dengan berbagai jenis tanaman hias dan bunga-bunga yang berwarna-warni. Di bagian belakang, terdapat area outdoor dengan tempat duduk yang nyaman dan perapian untuk menghangatkan tubuh di malam hari.

"Ini sangat indah, Bu Maya. Ibu berhasil mewujudkan impian ibu," kata Pak Bambang, saat menghadiri acara pembukaan kafe.

Maya tersenyum haru. "Ini semua berkat dukungan Anda, Pak Bambang. Terima kasih banyak."

Acara pembukaan Pram's Hill dihadiri oleh banyak tamu undangan, mulai dari keluarga, teman-teman, kolega bisnis, hingga pejabat pemerintah setempat.

Semua orang terpesona dengan keindahan kafe dan kualitas makanan dan minuman yang disajikan.

"Kafe ini benar-benar luar biasa, Maya. Saya yakin akan sukses besar," kata seorang teman Maya.

"Terima kasih. Saya harap semua orang bisa menikmati tempat ini," jawab Maya senang.

Pram's Hill dengan cepat menjadi populer di kalangan anak muda dan wisatawan. Setiap hari, kafe tersebut selalu ramai dikunjungi orang. Mereka datang untuk menikmati kopi, makanan, pemandangan, dan suasana yang unik.

Maya merasa bahagia dan bangga. Ia telah berhasil mewujudkan impiannya dan menghidupkan kembali semangat Pram. Setiap kali ia melihat pengunjung menikmati kafe tersebut, ia merasa Pram ada di dekatnya, tersenyum dan memberikan dukungan.

Suatu sore, saat Maya sedang duduk di teras kafe sambil menikmati secangkir kopi, Riko datang menghampirinya.

"Mah, kafe ini sangat bagus. Aku suka sekali," kata Riko, memeluk Maya.

Maya membalas pelukan Riko dengan erat. "Mamah sayang kamu, Nak. Kafe ini adalah bukti cinta Mamah untukmu dan untuk Papah."

Maya menatap langit senja yang berwarna-warni. Ia tahu bahwa perjalanan hidupnya masih panjang dan penuh tantangan. Namun, ia yakin bahwa dengan kerja keras, ketekunan, dan cinta, ia bisa mengatasi semua rintangan dan mencapai semua impiannya.

"Terima kasih, mas Pram," bisik hati Maya. "Aku akan terus menjaga dan mengembangkan bisnis ini untukmu dan untuk Riko."Diciumnya pipi Riko yang masih dalam pelukannya..

Beberapa bulan kemudian, Maya memutuskan untuk mengadakan acara peringatan lima tahun menghilangnya Pram di Pram's Hill. Ia mengundang semua orang yang pernah dekat dengan Pram, termasuk teman-teman, keluarga, dan kolega bisnis.

Acara tersebut berlangsung sederhana namun khidmat. Semua orang berkumpul untuk mengenang Pram dan berbagi cerita tentang kenangan indah bersama almarhum.

"Pram orang hebat. Ia selalu bersemangat dan optimis. Ia selalu memberikan yang terbaik untuk semua orang," kata seorang teman Pram.

"Saya sangat merindukannya. Ia adalah sahabat terbaik yang pernah saya miliki," kata teman lainnya.

Maya mendengarkan semua cerita dengan hati yang terharu. Ia merasa bangga menjadi istri Pram..

Semua orang tersenyum dan bahagia. Tak demikian dengan Maya. Ia justru berkabung. Walau wajah tersenyum, tapi hati menangis. Entah mengapa setelah 5 tahun kepergian Pram, ia merasa rindu akan suaminya itu.

"Mas.. aku rindu kamu. Sebenarnya kamu dimana?.. Hati kecilku merasa kamu masih ada.."

1
Tie's_74
Walaupun karyaku ini ada beberapa adegan dewasanya, tapi ada pelajaran kehidupan yang bisa diambil, kalau dalam hidup ini kita jangan menilai orang dari luarnya saja. Bisa jadi orang yang kita pandang rendah, ternyata dia mempunyai kemampuan diatas kita. Selain itu pelajaran yang dapat diambil dari cerita ini, kita jangan cepat menyerah dengan keadaan, dan harus selalu semangat.. Yakinlah kalau dibalik cobaan pasti akan ada hikmahnya. Ok gess, selalu semangat ya.. 🥰🤗
Tie's_74
Dari bab ini, bisa dipetik pelajaran, bahwa dalam hidup ini kita jangan cepat menyerah. Sesulit apapun Tuhan berikan ujian pada kita, kita jangan cepat menyerah dan selalu semangat menjalani hidup. Karena laut pun tak selamanya pasang, ada masanya surut. Begitupun dengan kehidupan kita. Ada saatnya kita di uji, tapi bila kita tak cepat menyerah, yakinlah kalau badai akan segera pergi, berganti dengan balasan yang setimpal dari Tuhan akan Perjuangan kita. Akan indah pada waktunya.. Untuk para pembaca setiaku, selalu semangat ya.. Semoga kita sehat selalu dan diberikan rezeki lancar, Aamiin.. /Heart/
Tie's_74
Dari bab ini, kita bisa ambil pelajaran, jangan menilai orang dari luarnya ya guys.. Dengan usaha dan kerja keras, yakinlah bahwa hidup kita akan lebih baik. dan tentunya, kita harus percaya diri.. 😁.. Selalu semangat untuk semua pembaca setiaku. 🙏🏻🤗
Tie's_74
Makasih Kaka komennya.. 🙏
Codigo cereza
Terharu banget
Tie's_74: makasih komennya, Kaka 🙏🏻🤗
total 1 replies
Hao Asakura
Ceritanya keren, bahasanya juga mudah dimengerti!
Tie's_74: makasih komennya kakak... 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!