Setelah ditolak oleh gadis pujaan kampus, Rizky Pratama tiba-tiba membangkitkan sebuah sistem ajaib: setiap kali ia mendapat satu pengikut di siaran langsung, ia langsung memperoleh sepuluh juta rupiah.
Awalnya, semua orang mengira Rizky hanya bercanda.
Namun seiring waktu, ia melesat di dunia live streaming—dan tanpa ada yang menyadari, ia sudah menjelma menjadi miliarder muda Indonesia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon apa aja 39, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19: Masih Penyiar Teknis
Rizky tercengang. Tentu saja dia pernah mendengar nama Ayu.
Gadis itu dikenal sebagai salah satu dari empat siswi tercantik di sekolah menengahnya, meski selama ini Rizky hanya tahu dari cerita teman-teman tanpa pernah benar-benar melihat wajahnya secara langsung.
Tak disangka, hari ini dia justru bertemu Ayu di sebuah warnet.
[Memangnya kenapa kalau dia cantik di sekolah?] pikir Rizky dalam hati. [Dinda juga cantik di sekolah, tapi tetap saja dia pernah kutolak mentah-mentah.]
Ayu dan sahabatnya, Rani, terlihat sedikit risih dengan sikap Rizky yang begitu santai, bahkan cenderung tak sopan.
Rani, dengan rambutnya yang digelung rapi, menoleh pada Ayu dan berkata, “Yuk, kita pindah tempat aja, Yu. Suasananya agak aneh di sini.”
Namun Ayu menggeleng pelan. “Enggak usah. Kita duduk di sini saja. Paling buruk, ya duduk agak terpisah. Lagian penggemarku sudah menunggu, aku enggak sempat pindah-pindah tempat lagi.”
Akhirnya mereka duduk di kursi yang kebetulan berada tepat di kiri dan kanan Rizky.
Rizky hanya melirik sekilas. Ia memperhatikan Ayu membuka permainan battle royale di komputernya, merapikan sedikit makeup untuk kamera, lalu mulai menyalakan siaran langsung.
Sementara itu, Rizky sendiri sudah siap dengan akunnya. Ia menarik dua temannya masuk ke ruang live, dan mereka pun langsung mulai bermain.
Rizky sempat menonton permainan Ayu sebentar dari samping. Jujur saja, kemampuan gadis itu biasa-biasa saja. Aim-nya goyah, strategi pun kacau. Baru mendarat dari pesawat, Ayu malah tersesat arah, menembakkan senjata secara acak, lalu dalam hitungan menit timnya langsung tereliminasi.
Tapi Rizky paham—para penonton live Ayu tidak peduli soal menang atau kalah. Yang penting ada wajah cantik, suara manja, plus tawa renyah yang bisa menghibur mereka.
Benar saja, tidak lama kemudian sebuah roket besar muncul di ruang siaran Ayu.
“Terima kasih, Kak!” Ayu cepat-cepat membuat bentuk hati dengan tangannya ke arah kamera.
Rizky melirik angka penggemar di layar. Hampir 50.000 follower. Ia mengernyit. Gila, gimana bisa? Skill gaming biasa aja, tapi follower sebanyak itu.
Sekilas, ia merasa iri. Tapi tak lama kemudian muncul ide cerdik di kepalanya.
Begitu permainan Ayu selesai, Rizky tersenyum kecil dan berkata, “Hai, kamu Ayu dari kelas satu, kan?”
Ayu menoleh dengan ekspresi sedikit bingung. “Iya. Memangnya kenapa?”
“Kenalin, aku Rizky dari kelas dua,” jawab Rizky cepat. “Kebetulan aku juga streamer game.”
Ayu agak terkejut, matanya berbinar penasaran. “Oh? Kamu juga streamer?”
Kalau Rizky memang streamer besar, tentu itu kabar bagus. Dengan wajah tampannya, bukan tak mungkin dia bisa menarik beberapa penonton baru.
Tapi Rizky malah tersenyum tipis. “Bukan streamer besar sih, aku lebih tepatnya streamer… teknis.”
“Streamer teknis?” Ayu mengernyit, bingung.
Rani yang sedari tadi mendengarkan langsung nyeletuk sinis, “Streamer apaan tuh? Ngaku-ngaku doang? Memangnya kamu punya berapa follower?”
Rizky menjawab jujur, “Sekitar sepuluh ribuan.”
“Ck!” Rani mendengus sambil memutar bola matanya. Bahkan Ayu ikut tersenyum miring. Mereka pikir Rizky tadi seorang streamer top, ternyata hanya punya penggemar sepuluh ribu, masih kalah jauh dibandingkan Ayu.
Ayu mengibaskan kuncir kudanya dengan angkuh. “Kalau begitu, lupakan soal kolaborasi. Tapi kalau mau main bareng denganku, boleh-boleh saja. Syaratnya gampang kok.”
“Apa itu?” Rizky menatapnya.
“Cukup kirim satu roket besar, aku akan main bareng kamu,” jawab Ayu sambil tersenyum manis.
[Ya ampun, satu game dihargai satu roket besar? Parah banget] batin Rizky. Tapi justru ia semakin tertarik untuk menantang.
“Cuma satu?” Rizky memastikan.
“Tentu saja,” Ayu mengangguk ringan.
Tanpa banyak pikir panjang, Rizky langsung mengirim satu roket besar lewat ponselnya.
Mata Ayu berbinar kaget. Ia tak menyangka Rizky semurah itu. Kalau tahu dari awal, mungkin ia bisa pasang harga lebih tinggi.
“Kalau begitu ayo, cepat masuk game,” kata Ayu.
Mereka bertiga—Rizky, Ayu, dan Rani—langsung memulai permainan baru.
“Kenapa cuma kita bertiga? Bukannya squad harus empat orang?” tanya Rizky heran.
“Enggak perlu, bertiga juga cukup. Kalau sama kamu, harusnya makin seru,” jawab Ayu percaya diri.
Rizky mengangguk. “Oke, kalau begitu.”
Mereka turun di pangkalan militer, spot paling berbahaya di map.
Rizky sempat ragu. “Bukannya pangkalan itu penuh musuh? Bahaya banget.”
Ayu tertawa kecil. “Namanya juga game, ada resiko ada hadiah. Kamu berani kan?”
Rizky tersenyum tipis. “Ya, benar juga.”
Tak lama setelah mendarat, Ayu dan Rani langsung bermain agresif, menembaki apa saja yang bergerak. Akibatnya, mereka cepat sekali dijatuhkan oleh tim musuh.
“Rizky, cepat balaskan dendam kami!” teriak Ayu panik.
“Jangan lama-lama looting, langsung serang mereka!” desak Rani.
Rizky hanya terkekeh. Ia sudah memegang AK dan M4 lengkap dengan helm level 3. Lalu dengan tenang ia menuju gedung C.
Begitu musuh menembaknya, semua orang mengira Rizky akan tumbang. Tapi dengan refleks luar biasa, ia langsung membalik senjata dan menembak balik dengan presisi sempurna.
Satu musuh jatuh. Dua. Tiga.
Penonton di live chat Ayu langsung heboh.
[Astaga, itu kecepatan manusia?!]
[Saudaraku Rizky, kamu pro player ya?!]
[Kok bisa segesit itu? Gila!]
Bahkan Ayu yang awalnya meremehkan, kini menegakkan punggung dan menatap layar Rizky dengan serius.
Tanpa henti, Rizky menumbangkan setiap lawan yang ia temui. Dari pangkalan militer hingga P City, ia mengumpulkan 26 kill, dan akhirnya membawa timnya meraih Winner Winner Chicken Dinner.
Ruangan live Ayu meledak dengan komentar.
[Siapa cowok ini? Gila, jago banget!]
[Masa cuma streamer teknis? Ini level pro player asli!]
[Astaga, jangan-jangan ini Rizky Pratama? Katanya streamer teknis yang pernah kasih donasi gede itu?]
Ayu pun terdiam. Untuk pertama kalinya, ia mulai menaruh rasa penasaran serius pada Rizky.
---