Aziya terbangun di tubuh gadis cupu setelah di khianati kekasihnya.
Untuk kembali ke raganya. Aziya mempunyai misi menyelesaikan dendam tubuh yang di tempatinya.
Aziya pikir tidak akan sulit, ternyata banyak rahasia yang selama ini tidak di ketahuinya terkuak.
Mampukah Aziya membalaskan dendam tubuh ini dan kembali ke raga aslinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lailararista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Prolog
Suara tapakan sepatu bergema di lorong apartemen yang sepi, menimbulkan dentingan monoton yang menusuk telinga. Lampu temaram di langit-langit hanya berkelip redup, menambah kesan dingin pada malam itu. Seorang gadis muda bernama Aziya berhenti di depan sebuah pintu. Dengan jari yang sedikit bergetar, ia mengetikkan deretan angka pada keypad digital. Pintu terbuka, dan tanpa ragu ia melangkah masuk.
Namun, langkahnya terhenti ketika telinga menangkap suara samar dari arah kamar. Suara yang tidak seharusnya ada di dalam hunian kekasihnya—erangan lirih bercampur desah aneh, seperti belati yang menusuk tepat ke dalam dada.
Hati Aziya mencelos. Tubuhnya kaku, tapi rasa ingin tahu dan curiga menuntunnya untuk bergerak. Selangkah demi selangkah ia mendekat, hingga tiba di depan pintu kamar yang tidak terkunci. Dengan dorongan halus, pintu itu terbuka.
Sekejap dunia seakan runtuh.
Di hadapannya, lelaki yang selama ini ia sebut sebagai rumah. Gino, tampak berbaring dengan seorang wanita lain. Wanita itu adalah musuh lamanya, seseorang yang selalu mencoba menghancurkan hidupnya. Dan malam ini, ia berhasil.
Aziya tidak menjerit, tidak juga menangis. Pandangannya datar, dingin, menusuk. Dengan gerakan tenang namun mengerikan, ia meraih ponsel dari dalam tas, mengarahkan kamera, lalu merekam kebejatan yang terpampang di depan matanya.
Suara pintu yang ia dorong kasar membuat keduanya tersentak. Gino tergopoh bangun, matanya membelalak panik. Sementara wanita telanjang itu justru tersenyum miring, seolah menertawakan kehancuran perasaan seorang gadis.
“Sayang, ini… ini nggak seperti yang kamu pikir,” suara Gino bergetar, mencoba meraih Aziya dengan wajah memelas.
“Jangan sentuh gue!” Aziya menyentak tangannya, tatapannya dipenuhi rasa jijik.
"Aziya..."
“Diam! Jangan panggil nama gue dengan mulut kotor lo!”
Gino mencoba mendekat. “Aku bisa jelasin. Tolong, Ziya…”
Tidak sanggup lagi menatapnya, Aziya membuang pandangannya ke arah lain. Suaranya tajam, tegas, dan penuh luka.
“Ga ada yang perlu dijelasin. Mulai sekarang, kita selesai! Gue nggak mau liat muka lo lagi!”
“Enggak! Kita nggak putus!” Gino mencengkeram tangannya, keras, seolah kepanikan membuatnya kehilangan akal. Tatapannya berkilat, bukan hanya takut, tapi juga obsesi.
Dengan penuh jijik, Aziya menghentakkan tangannya hingga lepas, lalu mengusapnya dengan tisu, seakan-akan menyeka kotoran menjijikkan.
“Lo cuma pengkhianat. Gue nggak sudi pacaran sama sampah kayak lo.”
Wanita di ranjang tertawa kecil, semakin membuat darah Aziya mendidih. Ia sempat menoleh, menatapnya penuh kebencian.
Tunggu pembalasan gue, bitch.
Tanpa menoleh lagi, Aziya melangkah keluar. Gino buru-buru mengenakan pakaian, berlari menyusul, meninggalkan wanita itu meracau memanggil namanya.
Malam semakin larut ketika Aziya menyalakan mesin mobil. Tangannya menggenggam setir erat, mencoba menahan emosi yang bergemuruh. Hatinya sakit, perih, dan pengkhianatan itu begitu jelas di pelupuk mata. Air mata jatuh meski ia sudah bersumpah tidak akan menangis.
Di belakang, deru motor terdengar. Gino mengejarnya. Lampu kendaraan pria itu berkelip liar, berusaha menyalip. “Ziya! Berhenti! Jangan pergi!”
Aziya menginjak gas, laju mobilnya semakin kencang. Umpatan pengendara lain terdengar samar, tapi ia tidak peduli. Dunia seakan hanya berisi dirinya dan lelaki brengsek itu.
Hingga… seseorang tiba-tiba melintas di jalan. Seorang nenek renta berjalan pelan menyeberang.
Aziya membanting setir ke kiri. Ban berdecit, tubuh mobil terhentak keras. Ia kehilangan kendali. Dentuman logam beradu dengan pembatas jalan menggema—dan dalam sekejap, mobil itu terjun bebas ke dalam jurang.
Gelap.
Dan sunyi.