Reinkarnasi kedalam donghua soul land setelah mengalami kecelakaan misterius. sistem menghidupkannya kembali, memberi pilihan apakah ia ingin alur seperti asli atau di rubah sesuka hati, tanpa berpikir dua kali ia langsung memilih untuk merubah alur. menamai dirinya sebagai na jaegyeon. bukan novel terjemahan!!.
"Dewa? omong kosong aku akan jadi kaisar iblis!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Natelashura7, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 26 mengklaim ah yin
"Hei na jaegyeon kau belum tidur?" Tanya shui bing'er melihat pria itu duduk membaca buku.
Shui bing'er sudah pindah ke akademi shrek. Mereka berdua ada di akademi shrek, shui bing'er membawa nampan berisi cemilan dan teh hangat karena udara cukup dingin malam ini. Na jaegyeon hanya tersenyum tipis, tanpa menutup bukunya tapi tidak menurunkannya dari pangkuan. Ia menatap Shui Bing'er yang kini duduk di sampingnya sambil meletakkan nampan ke atas meja kecil di antara mereka.
“Tidur? Hm... aku belum bisa" jawab na jaegyeon tenang. “Kepalaku masih penuh strategi untuk pertandingan selanjutnya. Lagipula... udara malam ini terlalu tenang untuk dilewatkan" Lanjutnya bergumam.
Shui Bing’er duduk diam sejenak, lalu menuangkan teh hangat ke dua cangkir kecil. Aroma bunga melati langsung menyebar, lembut dan menenangkan. Ia memberikan satu pada na jaegyeon.
“Kau terlalu sering menanggung segalanya sendiri,” ucapnya pelan, menyodorkan secangkir teh. “Bahkan membaca strategi pun dilakukan sendirian malam-malam begini" Lanjutnya khawatir.
"Aku lebih suka merancang sesuatu sendiri" Balas na jaegyeon menerima teh itu.
Na Jaegyeon menoleh, matanya menatap Shui Bing’er lebih lama dari biasanya. Cahaya bulan malam itu memantul di rambut birunya yang bergoyang pelan tertiup angin, wanita cantik semakin cantik di bawah sinar bulan yang menjadi penerangan mereka.
"Aku belum berterima kasih karena kau mau bergabung dengan kami,” ucap Jaegyeon akhirnya. “Kau bukan hanya kuat… tapi cerdas dan tenang. Tim kita jadi lebih stabil sejak kau datang" Lanjutnya berucap.
"Kurasa itu pujian terindah dari dirimu yang biasanya sombong" Gumam shui bing'er tersenyum.
"Jaegyeon" Rengek huo wu keluar kamar. "Aku tidak bisa tidur" Lanjutnya memeluk pria itu.
Huo wu menguburkan wajahnya didada pria itu. Tidak peduli kalau ada shui bing'er disamping na jaegyeon, shui bing'er memandang heran ke arah mereka berdua. Na jaegyeon tersenyum tipis, mengelus rambut merah huo wu dengan lembut.
"Dia sering seperti ini" ucap na jaegyeon.
"Begitukah" Ujar shui bing'er sedikit cemburu.
Shui Bing’er meletakkan kembali cangkir tehnya perlahan, matanya tetap menatap Huo Wu yang kini nyaman bersandar di dada Na Jaegyeon, seolah tempat itu memang miliknya. Meskipun ekspresinya tetap tenang seperti biasanya, ada kilatan kecil yang tidak biasa di mata biru jernih Shui Bing’er.
"Mau coba?" Tanya na jaegyeon.
"Ah tidak" Balas shui bing'er malu.
"Jangan malu-malu seperti itu" ujar na jaegyeon menarik shui bing'er.
Wajah shui bing'er bersandar dipelukan na jaegyeon. Huo wu di sisi kiri dan shui bing'er disisi kanan, sekarang shui bing'er tau kenapa huo wu begitu nyaman tidur di dalam pelukan pria ini karena rasanya memang menenangkan. Shui Bing’er tak bisa menyembunyikan rona merah yang merambat ke pipinya saat wajahnya bersandar di dada Na Jaegyeon. Jantungnya berdebar sedikit lebih cepat.
Huo Wu melirik ke kanan, melihat Shui Bing’er yang awalnya terlihat tenang kini memejamkan mata sejenak, seolah sedang menyimpan perasaan yang tidak ingin diketahui siapa pun.
“Jangan jatuh cinta terlalu dalam, dia tidak bertanggung jawab" bisik Huo Wu, meskipun ucapannya terdengar setengah main-main.
“Aku tidak jatuh cinta” balas Shui Bing’er pelan, matanya tetap terpejam. “Aku hanya… menikmati malam ini" Lanjutnya berucap.
**************
Keesokan harinya shui bing'er bangun pagi hari lebih pagi diantara murid lain, ia berniat untuk yang menjadi pertama datang untuk sarapan. Ini pukul setengah enam, tapi ia terkejut saat melihat na jaegyeon sudah ada di meja makan sambil mengunyah apel.
Shui Bing’er tertegun sejenak di ambang pintu ruang makan. Cahaya pagi yang lembut menyinari ruangan, menyoroti siluet Na Jaegyeon yang duduk santai dengan tangan kiri menopang dagu, sementara tangan kanannya memegang apel merah yang tinggal setengah.
“Kau… sudah bangun?” tanya Bing’er perlahan, masih setengah tak percaya.
"Sudah dari sejam yang lalu. Kalau terlalu siang, aku bisa kehabisan tempat duduk favorit" Jawab na jaegyeon melemparkan sisa apel ketempat sampah. "Aku baru menerobos ke level lima puluh, aku berniat mencari cincin roh" Lanjutnya bergumam.
"Sepagi ini?" Tanya shui bing'er.
"Ya.... " Jawab na jaegyeon berjalan mendekat. "Beritahu mereka aku akan pulang sore hari" Lanjutnya mencium lembut pipi kanan shui bing'er.
Shui Bing’er terdiam saat merasakan sentuhan lembut bibir Jaegyeon di pipinya. Hangat. Singkat. Tapi cukup untuk membuat jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Matanya sedikit membesar, tak menduga kalau pria itu akan begitu… langsung.
“Kau…” ucap shui bing'er pelan, nyaris hanya sebuah bisikan. “Kenapa tiba-tiba...?” lanjutnya bertanya.
"Karena aku tidak tahu apa yang akan terjadi di luar sana hari ini. Mungkin aku akan bertarung, mungkin aku akan terluka. Tapi jika ada satu hal yang pasti… aku ingin meninggalkan sesuatu yang membuatmu tersenyum saat sarapan" jawab na jaegyeon menggoda.
“Aku akan sampaikan ke yang lain… Tapi jangan buat kami khawatir, Jaegyeon" ucap Bing’er akhirnya, mencoba menjaga nada suaranya tetap tenang.
"Aku akan kembali, selalu" Balas na jaegyeon.
Begitu selesai berpamitan dengan shui bing'er, ia berlari cepat menuju ice and fire yin yang, awalnya na jaegyeon ingin memburu monster roh untuk mendapatkan cincin roh berkualitas tinggi. Tapi ah yin menyuruh nya untuk datang, perwujudan kaisar perak biru nampak berdiri menunggu nya, kecantikan alami dan keibuan.
"Aku dengar kamu sedang mencari cincin roh kelima mu" ucap ah yin tersenyum lembut.
"Ya itu benar" Balas na jaegyeon.
"Cincin roh ku adalah 100.000 tahun umumnya anak seusia mu akan mati jika menyerapnya, tapi kamu kuat" ujar ah yin menghela nafas. "Jadikan aku cincin roh kelima mu" Lanjutnya menyuruh.
"Tapi kekuatan roh mu akan berkurang ke level delapan puluh, kau yakin?" Tanya na jaegyeon.
“Selama ini… aku hidup hanya untuk menebus kesalahan masa lalu. Tapi sekarang, ada kau seseorang yang memiliki harapan, kekuatan, dan potensi untuk mengguncang dunia" ucap ah yin pelan, langkahnya mendekat, gaun biru hijaunya berayun mengikuti angin lembut dari Ice and Fire Yin Yang Well.
"Baiklah jika kamu memaksa. Aku tau ini terdengar konyol untuk anak empat belas tahun mengatakannya" gumam na jaegyeon mengaruk pipinya. "Maukah kamu jadi istri ku nanti?" Lanjutnya bertanya.
'Kamu yakin tertarik pada janda seperti ku?" Tanya ah yin tersenyum menggoda. "Umur ku lebih dari 100.000 tahun loh" Lanjutnya.
Na Jaegyeon tertawa pelan, wajahnya sedikit memerah, tapi matanya tetap menatap Ah Yin dengan penuh kesungguhan. Entah kenapa wajahnya tiba-tiba memerah malu seperti ini.
"Aku tidak peduli pada masa lalumu... atau umurmu," ujar na jaegyeon. "Yang kulihat adalah siapa kamu sekarang" Lanjutnya memegang tangan kanan ah yin.
Ah Yin menutup matanya. Tubuhnya mulai memancarkan cahaya biru keperakan yang indah. Tubuhnya berubah menjadi pancaran roh murni, lalu terurai menjadi cincin roh berwarna merah darah dengan pola bunga biru mengambang di tengah. Aura luar biasa dari cincin roh 100.000 tahun itu menyelimuti Ice and Fire Yin Yang Well, membuat seluruh tempat bergetar.
Na jaegyeon menggendong ah yin membuat wanita itu mengalungkan tangannya dileher. Super regenerasi membantu jiwa ah yin untuk pulih lebih cepat, na jaegyeon membaringkan dia atas platform tumbuhan dan setelah itu keduanya Berciuman satu sama lain.
"Mmmh... Aaahhh.. " Erang halus ayrin begitu merasakan sesuatu memasukinya. "Jaegyeon lembutlah padaku" Lanjutnya.