NovelToon NovelToon
Terjerat Cinta Wanita Bayaran

Terjerat Cinta Wanita Bayaran

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Nikahmuda / Cinta setelah menikah / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Evita Lin 168

Hanya demi uang, Celline rela menjual dirinya pada seorang CEO perusahaan besar yang bernama James Chandra. James hanya menginginkan seorang anak. Dia rela membayar seorang wanita untuk melahirkan seorang anak sebagai penerus untuknya.
Jika Celline dapat melahirkan seorang anak untuk James, maka Celline akan mendapatkan uang sebesar 1 milyar Rupiah dari James. Dan Celline bisa keluar dari rumah pamannya.
Semenjak orangtua Celline meninggal dunia akibat kecelakaan, Celline harus tinggal bersama dengan keluarga om-nya yang tidak pernah memperlakukan dirinya secara manusiawi. Mereka selalu saja menyiksa Celline baik secara fisik maupun psikis. Kalau Celline tidak mau menurut apa yang mereka katakan dan inginkan.
Bagaimakah kisah Celline bisa bertemu dengan James? Dan bagaimanakah cara Celline bisa keluar dari rumah om-nya itu? Apakah Celline bisa merubah sikap dingin James pria itu? Ikuti perjalanan hidup Celline yang penuh dengan lika-liku kehidupan!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evita Lin 168, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15

“Pak Dar……..!” Panggil James.

Dari dalam Pak Dar langsung menghampiri James, “Ada apa, tuan?”

“Tolong siapkan kamar di lantai atas untuk Denny!”

“Baik, tuan.”

Setelah kepala pelayan itu pergi, Denny langsung tersenyum senang. “Terima kasih, kak. Kakak memang the best brother.” Denny langsung memeluk pria berbadan tegap itu.

James langsung menepisnya. Dia mendorong Denny supaya menjauh. Sebenarnya dia sangat kesal atas kehadiran adiknya itu.

Denny hanya membuat rencananya terus terukur dan terancam gagal. Sedangkan sedari tadi Celline hanya diam saja, menatap kedua orang yang ada di depannya itu.

“Kak, nanti aku mau ajak Celline jalan-jalan ya! Aku mau ajak Celline nonton di bioskop.” Denny yang kini menatap wajah Celline yang sedang mengamati ikan hias yang ada di aquarium.

Celline yang mendengar ucapan Denny barusan pun langsung menoleh ke arah Denny. Wajahnya langsung tersenyum senang.

“Tidak bisa!”

Spontan Celline dan Denny langsung menatap ke arah sumber suara itu secara bersamaan.

“Ayolah, kak. Kata Celline, dia baru di sini. Dan hari ini kebetulan Celline lagi libur kerja. Lagipula pekerjaan di mansion bias dikerjakan oleh pelayan yang lain.” Bujuk Denny.

“Sesekali kakak buat karyawannya senang, gitu?” Celetuk Denny lagi. Hal itu membuat James jadi semakin geram.

“Kalau mau nonton, kamu kan bisa pergi sendiri. Tidak perlu ajak Celline segala!” Ujar James sambil menatap tajam ke arah sang adik.

Kemudian berganti menatap ke arah Celline. “Celline, kemu cepat ganti baju. Ikut saya!” Perintah James.

“Baik, tuan.”

“Kalian mau pergi kemana?” Denny jadi penasaran dan mengikuti mereka.

“Ke dokter.” Jawab James singkat.

Kemudian saat hendak kembali ke kamarnya, sebelum melanjutkan langkah kakinya, James berbalik, “Cepat, Celline!”

Gadis itu pun langsung jadi kalang kabut. Celline bergegas masuk ke dalam kamarnya.

“Celline pergi dulu, Tuan Denny.”

Denny hanya manggut-manggut sambil manyun. Kakaknya itu paling bisa membuat orang lain jadi kesal.

Sementara itu, di dalam kamar Celline, dia terlihat sdedang bersiap-siap. “Memangnya mau pergi kemana? Untuk apa pergi ke dokter? Masa mau cek kehamilan? Tapi, kan belum begituan.” Celline menggelengkan kepalanya dengan keras.

Celline mencoba mengusir pikiran-pikiran aneh yang bersarang di dalam sana. Nemun, bibirnya jadi tersenyum. Aneh saja kalau dia pergi ke dokter dengan pria itu.

“Nona…..! Nona Celline, nona sudah ditunggu tuan!”

Kepala pelayan memanggil Celline berulang kali. James sudah berpesan pada kepala pelayan untuk meminta supaya Celline langsung saja ke depan.

“Iya, pak!” Karena Celline tidak mau membuat James marah-marah tak jelas, dia langsung bergegas. Saat melewati ruang tamu, dilihatnya Denny sedang asyik bermain PS.

“Tuan Denny, Celline pergi dulu ya.”

“Hm…. Ya sudah. Pergi sana. Ikut saja tuh pria kulkas itu!” Cibir Denny. Matanya tetap tertuju pada layar kaca.

Sesungguhnya Denny sangat kesal sekali, lantaran harusnya dia jalan-jalan dengan Celline, tapi malah Celline diculik sama kakaknya duluan.

“Pria kulkas? Hahaha…… Memang benar sekali. Pria itu memang lebih mirip kulkas daripada manusia.” Kata Celline dalam hatinya sambil berjalan menjauh dari Denny.

Sesampainya Celline di depan, dilihatnya mobil sedang dipanasi oleh pria kulkas itu. Sebuah mobil yang berwarna hitam sudah menunggu untuk ditumpanginya.

Celline pun mengintip melalui jendela depan. Dilihatnya James sudah duduk dibalik kemudi.

“Dimana Asisten Benny? Biasanya Asisten Benny selalu bersamanya.” Ucap Celline dalam hati sambil membuka pintu belakang mobil. Tanpa pikir panjang, Celline pun dengan santainya duduk di kursi belakang.

“Celline! Kamu pikir saya supir kamu apa?!” Cetus James, sehingga membuat Celline jadi tersentak kaget.

Sebenarnya bukan maksud Celline berbuat seperti itu. Namun, gadis itu merasa tak enak hati kalau dia duduk di depan.

“Pindah!” Bentak James lagi.

“Ya ampun, kenapa dia jadi marah-marah seperti itu sih? Celline jadi tidak yakin bakal hamil dalam waktu dekat ini!” Kata Celline dalam hati. Dengan lemas, dia akhirnya pindah posisi.

Setelah Celline duduk di samping James, dia langsung tancap gas. Dia mengemudi dengan kecepatan yang sedikit kencang.

Pria itu benar-benar suka sekali emosi. Sedikit-sedikit marah-marah tidak jelas dan yang sering jadi sasarannya adalah Celline.

Sepanjang perjalanan, hanya ada suara radio dari mobil yang meramaikan suasana. Baik Celline, mapuan James sama-sama pelit dan hemat berkata-kata. Tidak ada pembicaraan diantara mereka berdua.

“Sudah sampai.”

James baru bersuara saat mereka memasuki halaman sebuah rumah sakit. Tidak jauh dari tempat tinggal mereka.

“Maaf, tuan. Kalau boleh tahu, untuk apa kita ke rumah sakit? Celline kan belum hamil, untuk apa diperiksa?”

“Hah?!” James menatap istri mungilnya itu dengan tatapan heran.

Siapa juga yang bilang mau periksa kehamilan? Lagian belum melakukannya juga. Lalu bisa hamil dari mana?

“Siapa yang bilang mau periksa kehamilan? Aneh-aneh saja kamu ini! Saya ajak kamu periksa ke dokter, karena untuk cek kaki kamu yang semalam kena kuah sup panas itu. Ayo, sekarang cepat turun!” Perintah James. Lagi-lagi James bicara dengan nada dingin dan ketus pada Celline.

Celline langsung menciut. Marah-marah lagi. Lagi-lagi dimarahi! Huh! Celline jadi kena getahnya terus, kalau berada di dekat James.

Keduanya langsung menuju dokter kulit. Rupanya saat di mansion tadi, James sudah buta janji dengan dokter kulit itu. Jadi saat mereka dating, mereka berdua langsung masuk bertemu dengan dokternya.

Setelah diperiksa, ternyata luka Celline tidak begitu serius. Kini mereka bersiap pulang. Baik James atau pun Celline sama-sama diam, saat melewati sepanjang lorong rumah sakit itu. Tanpa bicara satu dengan yang lain.

Sesampainya mereka di tempat parkir mobil, seseorang memakai jas putih menepuk pundak James.

“Pak James!” Panggil pria yang ternyata dokter juga di rumah sakit itu.

“Hai! Apa kabar, dok?” Sapa James.

Pria itu bernama Dokter Angga, dokter pribadi keluarga James.

“Baik. Bagaimana kabar Anda?”

“Baik juga, dok.”

“Apa kabarnya kekasih Anda yang dulu itu? Apakah kalian sudah menikah? Apakah dia jadi melakukan operasi?”

“Operasi? Operasi apa? Maksud dokter apa?” James terlihat sangat bingung. Dia tidak mengerti apa maksud perkataan dokter itu barusan.

*****

Dari sana mereka terlihat terlibat pembicaraan yang serius. James masuk ke dalam ruangan dr. Angga seorang diri. Dia meninggalkan Celline di dalam mobil sendiri. Karena ada hal penting yang perlu James bicarakan dengan dokter itu.

Saat mereka hanya berdua, James mulai menanyakan perihal masalah mantan kekasihnya itu.

“Sebenarnya ada apa dengan mantan kekasih saya, dok? Mengapa dokter menanyakan masalah operasi? Operasi apa yang dokter maksudkan?”

Dokter muda itu terlihat sedang berpikir. Dia merasa sudah salah bicara tadi. Jangan-jangan pasiennya itu merahasiakan penyakit yang sedang dideritanya pada pria yang ada di depannya sekarang.

“Lebih baik, Anda coba bicarakan padanya sendiri.”

“Bagaimana saya mau tanya? Mantan kekasih saya sudah menghilang, setelah dia minta putus dari saya.” James sangat kesal pada dr. Angga yang terlihat enggan bicara jujur padanya.

“Sudah menghilang? Sayang sekali kalau begitu. Padahal bulan lalu dia sudah memasuki stadium akhir.”

Mata James membulat sempurna mendengar ucapan dokter itu barusan. Dia menatap nanar pada pria yang lebih muda darinya itu.

“Apa maksud perkataan dokter barusan?” James merasa kepalanya mau pecah.

“Sebaiknya Anda bawa mantan kekasih Anda itu secepatnya ke rumah sakit. Kalau ditunda-tunda terus, takutnya penyakit tumornya itu bisa merambat sampai kemana-mana.”

Deg……

Jantung James seolah berhenti berdetak. Waktu seolah telah berhenti. Langit James tiba-tiba mendadak jadi gelap.

Ternyata wanita yang James cintai itu sedang sakit. Bahkan, dia tidak tahu sama sekali mengenai hal itu. Dia merasa sangat berdosa, karena berpikir yang tidak-tidak setelah mereka berpisah. Dengan berat, dia mengusap wajahnya. Ada rasa sesak di dalam hatinya.

Bersambung........

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!